MwD | Kenapa?

4.1K 168 7
                                    

"Kamu gak perlu semenyesal ini Devan. Kalau ada yang bisa disalahkan atas ini semua. Mungkin kami yang paling bersalah. Kami terlalu terburu-buru menjodohkan kalian berdua." Ujar Ayana.

"Tapi-"

"Udah gak perlu tapi-tapi. Lupakan saja semua ini. Sekarang kita lebih baik fokus kepada rencana kalian berdua."

"Betul tuh Mah. Jadi, kalian mau homeschooling atau apa?" Tristan menyambar.

"Kalau Homeschooling gak mungkin bisa Mah Pah, gimana kalau Nia sama Devan ambil Paket C aja?"

Devan terhenyak."Tapi, bukannya kamu mau masuk kampus negeri?"

Vania mengangguk."Iya, bisa kok. Kalau diizinin, Nia mau ambil bimbel tambahan buat persiapan SBMPTN atau Ujian Mandiri."

"Baik, kalau itu rencana kalian. Papah akan  fasilitaskan kalian untuk bimbel di tempat yang bagus." Ucap Tristan.

"Gak perlu Pah. Biar Devan aja yang bayar semuanya."

"Lho kenapa? Kami gak keberatan kok." Ayana bingung.

Devan tersenyum. "Bagaimanapun, Nia ini kan istrinya Devan. Sudah saatnya Devan bertanggung jawab untuk semua kebutuhan Nia."

Vania ikut tersenyum. Pipinya memanas. Nia jadi malu sendiri.

"Uluh-uluh, romantisnya pengantin baru. Papah jadi pengen nikah lagi deh dengarnya."

PLAAAAAKKKKKK! Ayana memukul paha Tristan. Ternyata sikap Nia yang suka KDRT pada Devan menurun dari Ayana. Wkwkwkwkwk

"Berani Papah nikah lagi, Mamah patahkan punya Papah!"

Ancam Ayana kepada Tristan.

"Wailah. Becanda Mah." Tristan menjeda "Tapi, kalau diizinin bisa kita diskusikan baik-baik kok."

"PAPAH!"

Devan dan Vania tertawa melihat tingkah Ayana dan Tristan.

Drrrrttttttt, Drrrrrrttttttt. Ponsel Devan bergetar. Di sana terpampang Nama Geo di sana.

"Pah, Mah. Devan izin angkat telpon dulu ya."

Tristan dan Ayana mengangguk.

Perlahan, Devan menjauh untuk mengangkat telpon tersebut.

"Hallo Van, gue sama anak-anak udah tau siapa yang nyebarin foto pernikahan lo sama Vania."

....

Bella mematung saat melihat siapa yang barusan mengetuk daun pintu kosannya.

"MAKSUD LO APA HAH?" Bentak Devan.

"Hush! Bukannya salam atau apa, ini kok langsung emosi sih."

"MAKSUD LO APA ANJING?"

Bella tersenyum sinis. "Kenapa? Lo yang paksa gue bertindak kayak gitu. Jadi, jangan salahin gue."

"Lagian ya, ini murni kesalahan kalian berdua. Siapa suruh nikah pas masih sekolah."

"Dan, udah jadi kewajiban gue kan selaku manusia buat menyampaikan kebenaran tentang kalian berdua."

"BANGSAT LO!"

Lagi, lagi Bella tersenyum. "Eitttttt! jangan salahkan gua ya. Gua gak ngehancurin masa depan kalian berdua. Kalian berdua yang menghancurkan masa depan kalian sendiri. Jadi stop, salahkan gua oke."

"Dan, tolong nikmatin semuanya ya. Nasi emang udah jadi bubur, tapi lo bisa kan bikin bubur yang enak,"

"Satu hal lagi Van, gua mau tanya sama lo."

"Gimana rasanya ngehancurin masa depan seorang perempuan? Emang ya, semua lelaki itu semuanya brengsek."

"DIEM JALANG!"

Deg! Entah kenapa Bella sangat sensitif terhadap kata tersebut.

Plaaaaakkkkkkkkkkk!

Bella menampar pipi Devan dengan keras. "GUA BUKAN JALANG!"

bukannya merasa kesakitan, kini Devan malah tertawa.

"Kalau bukan jalang apa? LONTE?"

Bella diam. Berusaha menahan agar airmatanya tidak tumpah pada saat itu.

"Kok diem, jawab gua. Lo Jalang atau Lonte?"

"Jawab! Lo jalang atau lonte?"

"CUKUP!" Bella histeris.

Bella memegangi perutnya yang mendadak keram.

"Arrrggghhhhhhh."

Bella menjerit, kemudian tubuhnya hambruk ke lantai. Beberapa saat kemudian darah segar mulai keluar dari bagian bawah tubuhnya.

Devan kaget bukan main. "Bel, lo gak apa-apa? Bel?"

Devan benar-benar tidak tega melihatnya. Sebetulnya apa yang sedang terjadi padanya?

Maaf kalau updatenya lama. Makasih ya udah mau baca MwD sejauh ini.

Publish : 20 Juni 2021

Married with Devan [END]Where stories live. Discover now