DVNM | Bella Putri

3.9K 167 2
                                    

Bella menyeka air matanya yang kian lama kian deras. Hatinya sakit, bahkan sangat sakit sekarang. Tubuhnya tersungkur di lantai. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

"Gak mungkin Devan udah nikah. Gue yakin, Devan cuma cinta ke gue." Tangisnya pecah.

Bella benar-benar terpuruk sekarang. Tujuannya kembali ke sini adalah Devan. Tapi, mendengar kabar Devan telah menikah membuat pertahanannya benar-benar runtuh. Ekspektasinya pun hancur. Ia merutuki dirinya sendiri. Andaikan saja, ia tidak telat untuk sadar bahwa dia juga mencintai Devan, mungkin ini semua tidak akan terjadi.

"Gak! Lo gak boleh lemah Bella. Lo mesti dapetin Devan, apapun caranya!" Bella menyeka airmatanya. Ia yakin, ia masih punya peluang untuk mendapatkan Devan kembali. Apalagi, respon Devan kepadanya juga masih hangat. Seharusnya ini semua mudah untuk dilakukan.

"Gue yakin, Devan masih cinta sama gue."

...

Sebuah pesan, masuk ke dalam ponsel Devan.

0812xxxx
"Van, bisa tolongin aku gak? Tolong ke kosan aku ya. Ada masalah sama keran kamar mandi aku."

Sejenak, Devan terdiam. Tidak langsung membalas pesan tersebut. Matanya justru beralih pada perempuan di sampingnya. Entahlah, akhir-akhir ini ia merasa tidak enak dengan Vania ketika hendak berbohong.

Merasa diperhatikan, Vania menoleh. Kontan hal tersebut membuat Devan sedikit kelagapan.

Vania tersenyum. "Kamu kenapa Van?"

Devan menggeleng. Ikut tersenyum. "Gak apa-apa,"

Bahkan, dari manik mata Vania, Devan bisa melihat ketulusan darinya.

Devan lagi-lagi terdiam. Bingung. Satu sisi, ia tidak menyangkal bahwa dirinya masih dan bahkan sangat mencintai Bella. Tapi, di sisi lainnya, hatinya juga terenyuh pada ketulusan seorang Vania. Jujur, sejak bersamanya, Devan merasa kembali menjadi dirinya yang dulu. Bukan sekarang.

Vania selalu mengingatkannya untuk beribadah, bahkan menjauhi hal-hal yang belakangan ini Devan anggap lazim. Padahal, sebelum Bella pergi dari hidupnya, Devan sama sekali tidak pernah kenal dengan yang namanya rokok, minum-minuman, tawuran, apalagi obat-obatan.

Ya, dulu Devan termasuk tipekal cowok yang bisa dikatakan goodboy, prestasinya juga cukup membanggakan. Tapi, semua itu mendadak berubah 180 derajat saat ia mengenal cinta. Cinta yang membuatnya gila, dan cinta juga yang membuatnya seperti ini.

Kalau saja cintanya terbalaskan, dan Bella tidak pergi, mungkin Devan tidak menjadi badboy seperti sekarang.

Memang ya, kadang cinta itu membuat yang pintar jadi bodoh, dan yang baik bisa jadi jahat.

Tapi, sejak bersama dengan Vania hatinya mendadak berubah. Ada rasa ragu, ketika ia ingin berbuat hal yang salah. Bayangan kata-kata Vania terus-menerus memenuhi otaknya.

"Nia pernah baca Van, ka...kalau lelaki itu bisa berubah ketika bertemu perempuan yang tepat."

"Dan, Nia ingin jadi perempuan itu buat kamu."

"Nia ingin kamu berubah jadi lebih baik Van,"

Bunyi notifikasi pesan kembali terdengar dari ponselnya.

0812XXXX
"Van?"

"Ya sudahlah. Nanti, biar aku cari tukang aja. Maaf, kalau aku ganggu hidup kamu."

Devan mengacak-acak rambutnya gusar.

"Kamu kenapa?" Tanya Vania. Ia sedikit bingung dengan Devan yang aneh.

"O...oh ini, Papah minta tolong buat ke Kantornya sekarang." Devan beralibi.

"Ya udah, ke sana aja."

"Tapi, aku gak enak sama kamu. Aku kan udah janji hari ini mau full seharian sama kamu."

Vania tertawa. "Ya, besok juga libur kok. Jadi, masih bisa seharian."

"Seharian ngapain nih." Ledek Devan, memperlihatkan muka yang absurd.

"Mulai dah mesumnya." Vania berdecak.

"Siapa yang mesum? Aku kan cuma nanya."

Iya juga sih. Kenapa Vania berpikir yang enggak-enggak.

"Terserah kamu!" Vania mengerucutkan bibirnya.

Cup!

Devan mencium bibir Vania.

"Ih, DEVAAAANNN..."

Devan malah tertawa. "Siapa suruh bibirnya dimanyun-manyunin? Mancing-mancing aku aja."

Wajah Vania memanas. Kini, pipinya memerah seperti mati lampu ya sayang seperti mati lampu....

Eh salah deng. Maksudnya kayak tomat.

...

Suara motor mengalihkan fokus Bella. Dengan cepat, perempuan itu mengintip di balik gorden kamarnya.

Benar. Itu orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. Dan, sejauh ini respon Devan masih sama. Masih peduli dengannya.

Tanpa membuang waktu lagi, Bella segera  menuju pintu kamarnya.

Drama is beginning.

...

Tok...tok...tok...

Devan mengetuk pintu berwarna coklat di hadapannya. Tanpa lama, pintu tersebut terbuka. Menampilkan sosok Bella yang sedang memegang obeng, bajunya juga sedikit basah. Devan berasumsi, kalau Bella tengah berusaha membenarkan keran air itu sendiri.

"Devan? Aku kira kamu gak bakal dateng. Baru aja aku mau minta tolong orang lain." Bella berlagak terkejut.

"Mana kerannya? Sini biar gue coba benerin."

"O...oh, di dalem. Ayo masuk." Ajak Bella.

Baru beberapa langkah Devan berjalan. Secara tiba-tiba Bella terpeleset oleh tetesan air yang tercecer di lantai. Refleks, Devan menahan tubuh Bella. Menariknya, hingga jatuh ke dalam dekapannya.

Jarak wajah Devan dan Bella sangat dekat. Bahkan mereka berdua dapat saling merasakan napas orang yang ada di depannya.

Entah karena apa, Devan terhipnotis dengan wajah Bella. Sejauh ini, ia belum pernah seintim ini dengan Bella.

Entah apa yang merasuki Devan pada saat itu, secara tak terduga Devan menyambar bibir Bella. Menempelkan bibirnya di atas bibir Bella. Dan, parahnya Bella juga membalas ciuman tersebut.

Tanpa mereka duga, pintu kamar tersebut terbuka.

Tubuh Vania mendadak membeku. Hatinya terasa mencelos saat melihat apa yang ada di depannya.

"De...Devan?" Lirih Vania.

Mabuhay. Makasih udah mau mampir ya. Jangan lupa beri vote, biar mimin semakin semangat nulisnya.

Publish : 28 April 2021

Gak kerasa ya, udah 3 bulan mimin nulis cerita ini. Kemungkinan bulan besok akan selesai kok.








Married with Devan [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum