Season 1| Dia?

8.6K 404 1
                                    

Kami akan menjodohkan kamu Nia."

Vania melotot. "Apa dijodohkan?"

Vania terkejut bukan main, apakah ia salah dengar?

"Iya Nak, Mamah dan Papah memang ingin menjodohkan kamu."

"Ta-tapi, Nia kan masih SMA."

"Kami tau itu Nia, kami rasa ini adalah hal yang terbaik untuk kamu." Jelas Tristan.

"Apakah kamu setuju Nak?" Sambung Anya.

Sejenak, Vania terdiam. Apakah ia akan sanggup menikah di usia semuda ini, bahkan ia pun belum genap 17 tahun. Belum lagi, calon suaminya. Apakah dia mau menerimanya, bagaimana kalau dia tidak seperti yang ia inginkan.

Pikiran-pikiran penuh keraguan tersebut terus-menerus mengisi kepala Vania. Tapi perempuan itu yakin apapun yang dipilih oleh kedua orangtuanya itu pasti yang terbaik untuknya.

Vania menghela napas, "Bismillah, Vania setuju Mah, Pah."

"Alhamdulillah. Syukur kalau seperti itu."

"Kalau begitu, kamu segera siap-siap ya. Malam ini kita bakal ketemu calon suami kamu,"

Vania mengangguk.

💐💐💐

Di Markas,

Suara panggilan masuk mengalihkan perhatian Devan dari rokok yang tengah ia isap.

Dengan cepat, Ia pun mengambil benda persegi tersebut. Di sana terpampang nama "Bunda". Tanpa ragu ia pun mengangkat sambungan telepon tersebut.

"Hallo Bun, ada apa?" tanya Devan.

"Kamu dimana? Kamu gak lupa kan malam ini kita akan bertemu calon istri kamu?"

Devan menghela napas panjang. Sebetulnya tidak mau menerima perjodohan ini. Terlebih lagi dengan perempuan yang belum ia kenal. Masa depannya masih terlalu panjang, Devan masih ingin menikmati masa mudanya. Tapi, Ia sulit untuk menolak perintah kedua orangtuanya, apalagi Bunda. Ah, senakal-nakalnya Devan dia tetaplah jadi anak manja kalau sudah berurusan dengan Hanum, bundanya.

"Lho kok diam?" Sambung Hanum.

"A...anu Devan lupa Bun," Devan beralibi. Sebetulnya ia ingin menghindar.

"Alasan! Ya sudah cepat pulang ke rumah Bunda! Bunda sama Ayah sudah nungguin kamu!" Bunda mulai ngegas.

*ih kok ngamok.

"Oke, oke. Devan segera pulang,"

Sedetik setelahnya, sambungan telepon itu terputus.

Devan bergegas meninggalkan markasnya. Kontan hal tersebut membuat teman-temannya terkejut.

"Lo mau kemana?" Tanya Geo.

"Pulang ke rumah Bunda,"

Ajit menyambar. "Uluh-uluh Dedev mau pulang ke rumah Bunda" Ajit meledek Devan.

"Diem lo kentut ayam!" Sinis Devan. Sedetik setelahnya lelaki itu meninggalkan tempat tersebut.

🌾🌾🌾

Malamnya, Tristan, Anya dan Vania sudah standby di sebuah kafe yang cukup mewah di Jakarta.

Sudah hampir 15 menit, mereka menunggu. Tapi, keluarga dari calon suami Vania belum juga sampai.

Keringat dingin, serta debar jantung yang tidak stabil membuat Vania tidak nyaman. Ah, dia benci situasi ini.

"Mah, Pah, Nia ke toilet dulu ya." ucap Vania.

Anya mengangguk. "Jangan lama-lama ya,"

Vania ikut mengangguk. Dengan cepat ia pun bergegas menuju toilet yang ada di belakang.

Beberapa detik setelah Vania meninggalkan mereka berdua, Hanum dan Aditya menghampiri Tristan dan Anya.

"Maaf tadi sedikit macet. Biasalah Jakarta," alibi Hanum.

"Gak apa-apa Num. Kami juga baru sampai." Jawab Anya.

Tristan mengedarkan pandangannya. "Anak kamu mana?" Tanyanya.

Aditya membuka suara. "Lagi ke toilet sebentar katanya."

"Lho, anak kami juga lagi ke toilet." Sambar Anya.

"Wah, jangan-jangan mereka memang berjodoh ya." Hanum terkekeh.

Tristan, Aditya, dan Anya juga ikut terkekeh.

Oke, kembali ke Vania.

Di toilet, Vania memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Arggghhhh, kenapa detak jantungnya semakin tidak stabil.

Ia terus menerus mencuci tangannya. Inilah yang Vania lakukan ketika sedang panik, dan tertekan.

Setelah merasa sedikit tenang, Vania segera keluar toilet dengan sedikit berlari. Saking terburu-burunya, tanpa sengaja Vania menabrak seorang lelaki yang kebetulan juga baru keluar dari toilet.

Brughhhhhhhhhht.

"AW!" Pekik Vania. Ia terjatuh akibat tabrakan tadi.

"Ma-maaf, tadi aku buru-bur-" ucapan Vania terhenti saat mendapati siapa lelaki yang tadi ia tabrak.

"DEVAN?" Ya, lelaki itu adalah Devan.

"Makanya lain kali kalo punya mata dipake," ujar Devan. Tanpa ragu ia menyodorkan tangannya. Berniat menolong Vania.

Tapi, bukannya menggapai tangan kekar tersebut. Vania justru menepisnya.

"Gak perlu! Nia bisa sendiri." Vania segera bangun.

"Aneh!" Desis Devan. Tapi, hal tersebut di dengar perempuan itu.

"Maksud kamu apa ngatain aku aneh?" Nada bicara Vania sedikit meninggi.

"Ya lo aneh!"

Vania menggerutu. "Kamu tuh yang aneh! Dasar pembuat onar!"

Detik berikutnya Vania bergegas meninggalkan Devan. Sedangkan lelaki itu, sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan dan diutarakan Vania barusan.

Baru beberapa langkah perempuan itu berjalan. Perasaan Vania mulai tidak enak. Sepertinya ada yang mengikutinya dengan jarak yang dekat.

Vania segera berbalik badan. Hal tersebut spontan membuat orang yang membuntuti Vania menabraknya. Vania hampir terjatuh, tapi Devan dengan cepat menahan tubuh mungil Vania hingga jatuh ke pelukannya. Ya lelaki itu adalah Devan.

Untuk beberapa detik posisi mereka tidak berubah. Mereka saling bertatapan satu sama lain,

Sekejap ingatan Vania akan percakapan ia dengan Netta melintas di pikirannya. Betul kata Netta, Devan termasuk tampan. Hidung mancungnya, bibirnya yang merah, serta manik mata hazelnya seakan-akan tersusun sempurna pada wajahnya.

Sesaat setelahnya, Vania tersadar. Dengan cepat ia pun mendorong tubuh Devan menjauhi tubuhnya.

"Devan, kamu ngapain ngebuntutin Nia hah?"

Devan menautkan kedua alisnya. Sejujurnya ia gak ada niatan untuk mengikuti Perempuan itu.

"Kepedean Lo!" Ucap Devan, ia pun bergegas meninggalkan Vania.

Sepeninggal Devan, Vania jadi malu sendiri. Ah, kamu apa-apain sih Vania. Batinnya.

Dengan menahan malu, Vania bergegas menghampiri kedua orangtuanya. Tapi, ketika sampai Vania justru dibuat terkejut. Kaget sekaget-kagetnya.

"Nah ini anak kami," Tunjuk Anya. Spontan Aditya, Hanum, dan Devan menoleh ke arahnya.

"Vania, ini Devan calon suami kamu," tukas Anya.

"APA?" Ucap Vania dan Devan secara bersamaan.



Apa kabar? Moga baik-baik aja ya. BTW makasih udah mau mampir, mimin aman menghargai apabila kamu memberikan vote ya.

Publish : 29 Januari 2021










Married with Devan [END]Where stories live. Discover now