10. DVNM | Tak terdefinisi

6.5K 294 0
                                    

Malam menjelang.

Vania berjalan menuju kamar Devan. Ah ralat, maksudnya kamar mereka berdua. Vania memperhatikan sekilas tempat tidur Devan, Arghhhhhhhhh tempat tidur Devan tidak seluas tempat tidur miliknya. Dan bagian terparahnya hanya ada satu tempat tidur di kamar itu.

"Lo ngapain berdiri disitu?" Tanya Devan.

Vania hanya menggeleng. "Van,"

"Apaan?"

"Tempat tidurnya cuma satu?"

"Lo gak liat?" Devan malah balik bertanya.

Vania mendengus kesal. "Ih Devan."

"Ya lagi, udah tau nanya!" Devan menjeda. "Ayo tidur!"

"Van, apa gak kesempitan?" Vania masih ragu.

"Lah bukannya enak bisa sambil peluk-pelukan?" Devan meledeknya.

"Ish Devan,"

"Terserah lo dah. Lo mau ya lo tidur, kalo enggak. Noh sofa luas," tunjuk Devan.

Tanpa sepatah katapun, Vania mengambil salah satu bantal dan bergegas menuju sofa.

"Heh, lo mau kemana?"

"Nia mau tidur di sofa aja!"

Devan menarik lengan Vania.

"Kenapa?"

Vania menghela napas. "Gak apa-apa." Vania beralibi. Sejujurnya ia hanya takut untuk tidur bersama Devan. Ia takut diapa-apakan dengan lelaki itu. Walaupun Devan sudah berstatus suaminya, tetap saja Vania masih ragu untuk melakukan itu semua.

(Note : Hati-hati ya, kalo cewek udah ngomong Gpp. Beuh itu urusannya bakal panjang).

Devan hanya membiarkannya. Toh, cewek seperti Vania tidak akan kuat tidur di sofa. Devan lebih memilih untuk merebahkan tubuhnya di kamar. Berusaha memejamkan matanya, tapi ia tetap tidak bisa melakukan itu.

Pikirannya masih kepada Vania. Lama-lama Devan juga tidak tega membiarkan Perempuan itu tidur di sofa.

"Ah Bodoamat! Sekali-kali itu anak harus di kasih pelajaran!" Gumamnya.

Setengah jam berlalu. Devan terus menerus dihantui rasa bersalah karena membiarkan perempuan itu untuk tidur ditempat yang tidak sepantasnya.

Devan pun bangun dari tempat tidur, dan berjalan menuju arah dimana Vania tidur. Sepertinya ia sudah tertidur pulas. Napasnya pun sudah mulai teratur.

"Van, Vania?" Ucap Devan, tapi sepertinya Vania sudah mencapai alam mimpi.

Tak ada pilihan, ketimbang harus membangunkannya. Devan memilih untuk membopong tubuh mungil Vania dan membawanya ke kamar.

Ia meletakan tubuh Vania di sampingnya. Serta mengusap-usap rambut Vania yang tergerai. Sebuah senyumanpun terbit di bibir Devan memperhatikan setiap sisi wajah Vania.

Ya, tidak dapat Devan pungkiri Vania memiliki wajah yang cantik. Bahkan bisa dikatakan sangat cantik. Alisnya yang cukup tebal, hidungnya yang seperti siung bawang putih, serta bibirnya yang terlihat begitu manis.

Dengan Nekad, Devan mendekatkan wajahnya ke wajah Vania. Membiarkan napas Vania menerpa wajahnya. Perlahan, mendekatkan bibirnya ke bibir Vania.

Cup!

Sebuah senyuman kembali terukir di bibir Devan.

"Maaf Van, gue ngambil first kiss lo diem-diem." Ujarnya dalam hati. Setelahnya ia menarik tubuh Vania ke dalam pelukannya. Membiarkan Vania menenggelamkan wajahnya pada dada bidangnya.

🐧🐧🐧

Bunyi alarm berhasil membuat Vania terbangun, perempuan itu mengerjapkan matanya.

Ketika sudah sadar, mendadak Vania amat terkejut saat mendapati dirinya tengah tertidur dalam pelukan Devan. Kontan Vania menyingkirkan tangan kekar lelaki itu dari tubuhnya. Dan sedikit menjaga jarak darinya. Seingatnya semalam ia tidur di sofa. Dan kenapa tiba-tiba ia bisa di sini?

Vania melotot saat sebuah pikiran lewat di kepalanya.

"Apa jangan-jangan semalam Devan?" Ucapnya pelan. Tapi, tidak mungkin juga sih. Toh Vania kan sedang datang bulan.

Tanpa berpikir panjang, Vania bergegas membangunkan Devan.

"Van, " Vania mengguncangkan tubuh Devan perlahan.

Lelaki itu belum merespon.

"Devan, udah siang. Bangun ih!"

"Hoaaaaaammmmm. Nanti dulu sih." Tangan Devan menarik tubuh Vania dan membawanya kembali dalam pelukannya.

"Devan ih lepasin!"

"Devaaaaaaannnnnnnnn!"

Bukannya melepaskannya, Devan justru mempererat dekapannya.

Vania menarik napas gusar, sampai sebuah idepun menghampiri otaknya.

"VAN LEPASIN! NIA TEMBUS!" Sentak Vania seolah-olah panik.

Mengetahui hal tersebut, Devanpun kaget. Dan segera melepaskan dekapannya serta bangun dari posisinya yang tadi tertidur.

Melihat tingkah Devan, Vania tertawa kecil.

"Bisa gak sih lo gak usah bikin panik, hah!"

Vania masih tertawa. "Ya abis kamunya Van." Vania menjeda. "Ya udah kamu mandi duluan gih, biar ini Nia yang rapihin."

"Gimana kalo kita mandi bareng?" Tawar Devan.

Plaakkkkkkkkkkkk! Satu pukulan berhasil mendarat di tangan Devan.

"Buruan mandi Devan!"

Akhirnya Devan pasrah. Mau tak mau iapun harus menuruti titah Vania. Ah, sekarang perempuan itu sudah seperti Bunda.

Terimakasih udah mau mampir.

Publish : 03 Februari 2021.

Jangan lupa baca "Khitbah dari Dewa." Di lapak agustiiiiin_



Married with Devan [END]Where stories live. Discover now