30

63 9 0
                                    

Happy reading

||

"Gila lo ya, Kak. Kalau kita telepon polisi bisa-bisa kita yang jadi tersangka."

"Kenapa?"

"Karena kita menjadi alasan kenapa Nesa bisa terjatuh."

"Tapi bagaimanapun ini darurat." balas Kivant sambil merogoh kantong celananya untuk mengambil ponsel.

Dia harus segera menghubungi polisi agar Nesa bisa di selamatkan sekarang juga.

Brukkkk!!

Kenant merebut ponsel itu lalu membantingnya hingga terpisah menjadi beberapa bagian.

Kivant hanya diam melihat ponselnya di banting. Tangannya mengepal kuat.

"Mau kamu itu apa, hah?! Apa kamu mau Nesa kenapa-kenapa di bawah sana?!" bentak Kivant.

Dia memberikan satu bokeman di wajah adiknya itu.

"Dari tadi aku diam saja karna aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, tapi aku diamin kamu malah ngelunjak."

Emosi Kivant sudah tidak bisa di kontrol lagi.

Diam bukan berarti dia kalah, sedari tadi dia diam membiarkan Kenant bertingkah karna ia tidak mau melawan adiknya.

Tetapi kini tidak lagi adiknya ini sudah keterlaluan. Katanya cinta, sayang sama Nesa lalu kenapa dia tidak mau mengorbankan nyawanya buat Nesa? Apakah ini yang dinamakan sayang?

"Kalau kakak tidak bisa apa-apa mending diam aja jangan banyak bacot," kesal Kenant.

"Lalu dengan diam apakah Nesa bisa selamat? Apakah dengan diam Nesa bisa baik-baik saja di bawah sana? Tidak Kenant!"

"Trus kita harus apa? Arrrgghh."

"Hubungi polisi."

"Masih ada cara lain tidak harus dengan menghubungi polisi."

Kenant berjalan di tepi jurang. Dia memperhatikan tempat itu mencari jalan agar bisa turun ke bawah walau hanya dengan senter ponsel sebagai penerang ia 'tak putus asa.

Kivant ikut mencari jalan. Namun sial dia menginjak batu yang sudah goyang alhasil dirinya ikut terjatuh ke bawah.

Kenant yang melihat itu tambah bingung sekarang bukan satu nyawa yang harus ia selamatkan, tapi dua nyawa sekalipun.

"Kak!!" teriak nya.

"Astaga ini harus gimana? Mana daya ponsel gue udah sekarat lagi."

Dengan sisa baterei nya yang sudah sekarat Kenant mencoba menghubungi mamanya. Kali aja mamanya bisa membantunya.

"Ah, sial!" kesalnya saat ponselnya tiba-tiba mati daya.

Di bawah sana Nesa dan Kivant nampak 'tak sadarkan diri. Jatuh dari ketinggian yang lumayan tinggi membuat siapa pun tidak sadarkan diri.

Nesa dan Kivant terbaring dengan posisi yang sedikit jauh di tengah-tengah mereka terdapat pohon besar membuat tubuh mereka tidak saling terlihat.

Kondisi Kivant sangat parah darah bercucuran dimana-mana. Wajah tampannya pun terluka parah tergores batu tajam saat ia terjatuh.

Ditambah tadi dia sempat berkelahi dengan Kenant membuat tubuhnya mudah tumbang.

Sementara kondisi Nesa tidak terlalu parah hanya ada beberapa luka yang menggoresi tubuhnya.

______

Suara ambulance bergemuru dimana-mana. Mobil-mobil polisi berjejer di sepanjang jalan.

Hari sudah mulai terang mentari sudah menunjukkan sinarnya.

Tim SAR sudah bersiap untuk turun ke dasar jurang mencari keberadaan Nesa dan Kivant.

Semalaman Nesa dan Kivant berada di bawah sana. Tiada yang tau apakan mereka baik-baik saja atau bagaiamana.

"Selamatkan anak saya, Pak. Saya tidak mau dia kenapa-napa," pinta Rianti pada polisi.

"Ibu bersabar saja semoga tim kami bisa menemukan anak ibu. Kami pun tidak bisa berjanji akan hal itu," ujar Pak Polisi.

Rianti hanya bisa berdoa agar Nesa dalam keadaan baik-baik saja.

Bukan hanya Rianti yang bersedih, tetapi Doruk ayah dari Kivant juga sangat khawatir dengan kedaan Kivant.

Walaupun Kivant sudah melakukan kesalahan tapi dia tetap anak kesayangannya. Anak yang menjadi kebanggaan nya walau 'tak pernah ia katakan.

'Kenapa semua harus bersedih karenannya, biarkan saja dia tiada malah itu akan lebih bagus. Dia mati saya akan mendapatkan apa yang saya mau,' batin Kaito.

Kaito sangat gembira saat mendengar Kivant jatuh ke jurang malahan dia berharap Kivant tidak selamat.

Di bawah sana tim SAR sudah berpencar mencari keberadaan Nesa dan Kivant.

Cukup lama proses pencarian hingga pada siang hari mereka di temukan dengan keadaan yang memprihatinkan.

Nesa dan Kivant diangkat di bawah ke atas. Di sana sudah ada orang tua dari kedua korban.

Rianti menangis histeris melihat keadaan Nesa. Dia tidak menyangka semua ini akan terjadi pada putri semata wayangnya.

"Masukkan mereka kedalam ambulance. Bawa ke rumah sakit biar cepat di tangani sama dokter," perintah Pak Polisi.

Rianti ikut masuk dalam ambulance ia tidak mau meninggalkan putrinya lagi.

Setibanya di rumah sakit Nesa dan Kivant di masukkan ke UGD dengan ruang yang berbeda tentunya.

"Tante yang sabar ya, Nesa pasti baik-baik saja kok," ujar Kenant berusaha menenangkan Rianti.

Kenant sama sekali tidak merasa bersalah akan semua yang terjadi. Dia mengatakan pada semua orang bahwa Nesa dan Kivant berdebat hingga tidak sengaja mereka terpeleset dan akhirnya jatuh dalam jurang.

Keren bukan.

"Andai saja Nesa tidak mengenal Kak Kivant mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi," ujar Kenant.

Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk memanas-manasi Rianti agar tambah benci pada Kivant.

"Yang kamu ucapkan benar, tidak seharusnya Nesa kenal sama kaka kamu yang brengsek itu."

Yang brengsek Kivant atau Kenant?

"Yang sabar ya, Tan."

Kenant tersenyum penuh arti saat berhasil membuat Rianti tambah tidak suka sama Kivant.






Tbc____




Jangan lupa vote dan komennya.





Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now