Akhirnya, Sidney menjatuhkan keheningan di antara mereka berdua-yang sepertinya membuat Wira tak sabar. Pemuda itu kemudian berdecak dan menggeleng pelan, melangkah melewati Sidney yang tenggelam dalam kebimbangannya.
Belum jauh Wira melangkah, saat Sidney tiba-tiba saja berbalik. Kemudian, tanpa benar-benar dia sadari, gadis itu sudah menarik ujung seragam Wira yang tak dimasukan.
Gerimis ringan membasahi seragamnya, langkah Wira terhenti dan dia menoleh pada ujung seragam yang dicubit Sidney, menahannya dengan kuat enggan melepaskan. Wira mengangkat wajah, bertemu pandang dengan gadis bermata bening di hadapannya, yang dengan kebulatan tekad di mata menelan ludah dalam kegugupan.
Que sera sera, apapun yang terjadi-terjadilah.
"Mahawira Aryasatya, tolong jadi pacar gue."
***
Jam delapan tepat, bel baru saja berdering membuat kehebohan biasa dipagi hari. Teman-teman sekelasnya, sibuk menyelesaikan pe-er yang tertunda sebelum guru datang, yang lainnya berlari mati-matian di lorong depan kelas untuk sampai tepat waktu.
Sidney, yang nyawanya telah terkuras habis di pagi hari tadi jatuh lemas di atas meja. Hujan tak bertahan lama, tapi rasanya semangatnya ikut terbawa oleh awan yang tertiup angin.
Meitha yang baru saja datang dengan terengah memandang Sidney yang bagai ikan mati, tanpa bertanya gadis itu bisa menebak apa yang terjadi. Tak jauh dari tempat duduk mereka, Shakira sedang terkikik dengan teman-temannya, menunjuk Sidney terang-terangan. Mungkin dia hanya menggosipkan sikap sok Sidney kemarin, karena rasanya tak mungkin Shakira menyadari rencana Sidney mendekati Wira kan? Sementara untuk keadaan Sidney saat ini, Meitha pikir itu pasti tentang rencana Sidney untuk berbicara pada pemuda itu pagi ini.
"Pembicaraan pagi tadi gak berjalan lancar?" Meitha duduk di sebelah Sidney, merasa menyesal karena telah terburu-buru padahal guru mereka belum datang.
"Gue udah nungguin dia setengah jam lebih, hujan-hujanan, menjatuhkan harga diri dengan nembak dia, yang dihadiahi dengan tatapan seakan-akan gue gila, terus gue juga udah capek-capek ngejelasin kenapa gue minta dia jadi pacar gue." Sidney terdiam, mengubur wajahnya dengan tangan.
Menatap skeptis, Meitha bertanya, "terus?"
"Dia bilang itu bukan urusan dia."
Meitha menatapnya prihatin, namun dia belum sempat mengatakan apapun, guru ekonomi sudah memasuki kelas. Jadi pembahasan mereka terhenti di situ, namun sebelum Meitha akhirnya memperhatikan guru yang tengah memberikan salam, dia mengulurkan selembar kertas. Berisi beberapa biodata pria.
'Ini apaan?' Berkata tanpa suara, Sidney memandang bingung.
'Pelajari aja,' Meitha membalas, juga tanpa suara.
***
"Nih," Sidney menyerahkan lembaran kertas yang diberikan Meitha saat pelajaran ekonomi tadi, sementara mereka sedang bersiap-siap menuju lab Bahasa.
Meitha mengambilnya, "udah dipelajari?"
"Cuma baca sekilas."
Meitha mengangguk, sementara bersama anak-anak lainnya mereka keluar kelas.
"Itu apaan sih?"
"Shakira ke sini."
Sidney menoleh, Shakira dan dua teman se-gank-nya mendekat. Wajah congkak, jelas-jelas memberikan pandangan merendahkan. Sidney muak! Kalau bukan gara-gara perempuan itu dia tidak akan merendahkan diri di depan Wira tadi pagi. "Kenapa?" Tanyanya ketus.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Clockwork Memory
RomanceNatasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan para senior, bertemu dengan seorang ketua BEM yang menjadi idola satu fakultas...
