Wina jadi tidak tega untuk terus marah, jadi dia meraih satu tangan Axel dan menggenggamnya. “Itu karena Tuhan pasti sayang banget sama Mbah Putri,” ujarnya dengan nada menenangkan.

Axel manatap mata Wina yang kecoklatan, hanya untuk menemukan pantulan dirinya di mata yang indah itu. Mau tak mau pemuda itu kembali menyunggingkan senyumnya. “Ya, pasti Tuhan sayang sama Mbah Putri, buktinya dia ngirim kamu kesini.” Jeda sejenak, kemudian senyumnya hilang dan kembali menatap nisan, “walau aku gak setuju karena kamu udah bohong.”

Wina menghela napas, kalau dia tidak berbohong bagaimana dia bisa berada di sini sekarang. Orang tuanya pasti tidak akan mengijinkan!

***

Setelah dari makam, akhirnya Axel mengajak Wina untuk mencari makan siang sebelum mengantarnya ke Bandara. Menatap jalan yang tak begitu ramai di depaan, Axel memutuskan untuk bercerita. Kalau dipikir-pikir, mereka sudah berpacaran tapi bahkan tak benar-benar saling mengetahui satu sama lain. “Dari umurku sepuluh tahun, aku tinggal sama Mbah Putri dan Mbah Kakung, tapi lima tahun kemudian Mbah Kakung meninggal. Sejak itu, aku cuma hidup sama Mbah Putri.”

Wina menatap Axel dengan merenung. “Mama, Papa kamu?” Suaranya terdengar ragu.

Tapi Axel tersenyum, tampak tak keberatan. “Cerai. Mama kembali ke Perancis, dan Papa sibuk di Jakarta.”

Tertegun, Wina menggigit bibir merasa tak enak. “Maaf, aku gak bermaksud bikin kamu sedih.”

Axel menyeringai, “tak masalah, lagipula aku tidak benar-benar keberatan. Mereka mengunjungiku setidaknya beberapa kali dalam setahun, tapi aku tidak terlalu akrab dengan mereka. Jadi itu tidak benar-benar membuatku merasakan apapun. Lagipula, sejak kecil aku tidak berencana mengikuti salah satu dari mereka. Kupikir, aku cukup puas untuk tinggal di sini dengan Mbah Putri.” Axel menghela napas.

Wina mencengkram lengan kaos putih yang dikenakan Axel, diam-diam memberikan dukungan.

Axel menoleh, dan mengusap rambut Wina. Rasanya lama-lama, pemuda itu bisa terbiasa dengan ini. “Terimakasih, tapi aku sudah gak apa-apa.” Ujarnya lembut, dan kembali memperhatikan jalan.

“Jadi, kamu bakal terus tinggal di sini, sendirian?”

“Hum?” Melirik singkat, Axel mengedikan bahunya. “Awalnya aku berencana melanjutkan kuliah ke UNNES, ambil TeKom. Tapi itu sebelum aku kenal kamu,” Axel menyeringai. “Apa aku pindah ke Jakarta saja ya? Kamu mau kuliah di mana? Jadi kita bisa satu kampus.”

Wina tertawa, tak benar-benar serius menanggapi kata-kata Axel. “Aku mau masuk Universitas Danurwangsa, almamater Mama sama Papaku, mau ambil Sastra Inggris.”

Axel mengangguk, “oke kalau gitu sudah diputuskan, kita berdua masuk ke Danurwangsa.”

Wina mengangkat alisnya, “di Undar gak ada teknik komputer.”

“Ya udah, kalau gitu aku ambil sastra Inggris juga.”

Memandang pemuda yang tengah tersenyum main-main sekalipun fokus pada jalan di depannya, Wina menaikan alis, tahu betul kalau Axel tak serius. UNNES? LDR sampai kapan?

***

“Maaf aku gak bisa anterin kamu sampai Jakarta.”

Wina menggenggam tiketnya dan menggeleng pelan, “gak apa-apa. Kamu pasti sibuk dan banyak yang harus diurus juga, udah nemenin aku dua hari ini aja aku udah senang.”

Axel menyentuh kepala Wina, dan mengusap rambutnya dengan ibu jarinya. “Sampai Jakarta, kamu kabari aku ya.”

Gadis berambut panjang itu mengangguk, kemudian terdiam mendengar pengumuman chek in. “Udah waktunya.”

“Um,” menatap Wina dengan perasaan berat untuk melepaskan, Axel mendekat dan mengecup singkat kepala Wina. “Hati-hati di jalan, setelah semua urusan di sini selesai, aku ke Jakarta.”

Wina yang memerah akibat kecupan Axel mengangguk.

“Dan Win,…”

Menatap Axel melalui bulu mata, Wina menunggu pemuda itu melanjutkan kata-katanya.

“Terimakasih karena sudah hadir di hidupku, berkat kamu semua terasa jauh lebih baik.” Axel menyentuh pipi Wina, dan memberikan senyum lembut. “Jangan pernah pergi dari aku, oke, Wina Austria?”

Wina tak menjawab, namun dia menunduk menyembunyikan senyum di wajahnya.

----------------------------------------------------------------------------

Hai kakak-kakak!!!

Gimana kabarnya? Puasanya lancar?
Ini aku kasih yang manis untuk berbuka.
Btw, makasih ya untuk pesan dan kesediaan kalian menunggu.
Makasih juga yang udah repot-repot sampai nyari ig aku.
Maaf janjiku tak tepat :(
Tapi yang perlu kalian tahu, karena kalian aku ada. Dan setiap komen yang kalian kasih, memberi aku semangat lebih lagi.
Terimakasih...

Terakhir, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya. Terimakasih karena masih setia....

Regards,

R. R. Putri.

Clockwork MemoryWhere stories live. Discover now