𝐗𝐋𝐕𝐈. 𝐁𝐑𝐈𝐍𝐆 𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐀𝐈𝐍 ༉‧₊

857 123 98
                                    

Eleanor Wyllt;

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Eleanor Wyllt;

Siapa yang tidak akan menyerah jika orang yang sedang kita perjuangkan tetap saja menutup diri mereka rapat-rapat?

Aku harap itu adalah aku. Karena faktanya, aku merasa benar-benar lelah. Secara fisik, aku baik-baik saja. Katakanlah aku bisa mengangkat dua Troll secara bersamaan dari common room Slytherin sampai ke common room Ravenclaw tanpa kesulitan. Tetapi mental-ku yang menjadi permasalahannya. Sikap dingin Draco kepadaku sama sekali tak berubah. Malah semakin menjadi-jadi.

Hanya tersisa satu harapan lagi. Pesta Natal Slughorn. Kala itu, saat semua anggota Slug Club diundang untuk makan malam bersama Slughorn, ia mengundang kami semua untuk datang ke pesta Natal yang akan dibuatnya. Slughorn juga memperbolehkan kami untuk membawa teman atau pasangan kami ke sana. Dan aku, orang yang benar-benar berambisi untuk memperbaiki sifat pasanganku, tentu saja akan mengajak Draco untuk menjadi pasanganku di pesta itu.

Sekaranglah saatnya. Draco—seperti biasa—sedang menghindari segala keramaian common room, dan menyibukkan dirinya di sudut ruangan dengan segala pekerjaan rumahnya yang menumpuk. Hal itu, juga membuatku merasa takut. Walau terkesan tak peduli dengan nilai akademisnya, Draco bisa dibilang merupakan murid yang rajin. Bukan hal biasa jika dia menunda mengerjakan tugasnya seperti itu. Aku sudah menawarkan bantuan otakku kepadanya, tetapi secara mentah-mentah ia langsung menolak pertolongan itu dengan alasan bahwa ia tidak sebodoh yang aku pikirkan. Dia memang tak bodoh, hanya saja perilakunya sangat aneh akhir-akhir ini.

Keadaan common room Slytherin sangatlah memadai sekarang; anak-anak tahun pertama sedang berbincang dengan bersemangat mengenai pelajaran yang baru mereka pelajari, anak tahun ketujuh dengan santainya membicarakan tentang ujian NEWT mereka, dan Daphne, Theodore, Blaise, serta Pansy sedang berkumpul membicarakan sesuatu yang sepertinya sangat menyenangkan. Intinya, semua orang sedang bergembira dengan teman-teman mereka. Anehnya, si Malfoy ini malah memutuskan untuk bersembunyi dan mengasingkan diri dari peradaban.

"Halo, Draco," aku menyapa, ketika menghampirinya dengan langkah ragu-ragu. "Butuh bantuan?"

Orang yang sedang kuajak berbicara menggeleng tanpa menoleh. 

"Sungguh? Aku bisa membantu kalau kau ma—"

"Cukup dengan basa-basimu." Matanya mendelik ke arahku. "Apa yang kau inginkan?"

Meneguk ludah dengan gelisah, aku meneruskan, "Aku ingin tahu apakah kamu ingin ikut bersamaku ke Pesta Natal Slughorn?"

"Si Slughorn sudah menganggapku menjadi salah satu dari klubnya?"

"Er—tidak," balasku pelan. "Dia mengadakan pesta saat Natal nanti, dan kami diperbolehkan untuk mengajak seseorang bersama kami."

Sekarang Draco sudah sepenuhnya menatap mataku. Saat itu juga, aku baru menyadari sesuatu. Dia terlihat pucat. Maksudku, sangatlah pucat. Matanya sembab dan warna kemerahan pada bibirnya memudar. Ingin sekali aku menjeritkan kepada semua orang bahwa pria di hadapanku berpenampilan seperti mayat. Draco sepertinya tidak berbohong saat ia mengatakan bahwa ia sedang sakit hari itu. Tetapi, keadaan yang sekarang ini, berkali-kali lipat lebih parah.

𝐌𝐄𝐑𝐋𝐈𝐍 𝐆𝐈𝐑𝐋 | 𝘥𝘳𝘢𝘤𝘰 𝘮𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora