Mayra-42

36.5K 3.1K 275
                                    

HOLLA:)

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN DI PART INI YA. KARENA SATU BINTANG DARI KALIAN SANGAT BERARTI.

HAPPY READING.
-Mayra-

Tolong bangunkan Mayra dari halusinasinya. Katakan bahwa semua ini hanyalah mimpi, dari rasa bahagia nya di hari ulang tahunnya. Katakan juga, pria yang kini berdiri didepannya bukanlah kakak kandung nya.

Mayra beralih menatap kedua orang tuanya. "Mom Dad? Bilang sama Ara, kalau Ara cuma berhalusinasi. Kalian gak lihat Abang kan, didepan Ara? Ara pasti cuma halu kan?"

"Sweetheart dia memang kakak mu, Arion." lirih Maya menatap sendu putrinya.

Mayra menggeleng tak percaya, tangannya terulur menyentuh setiap inci wajah kakaknya. Mencubit lengannya sendiri, namun terasa sakit. Bahkan secara perlahan, Mayra memundurkan langkahnya.

"G-gak mungkin."

"Daddy yang akan menjelaskan nya Sweetheart." seloroh Arlan berkata.

Mayra menatap lekat ayahnya, menunggu pria paruh baya itu menceritakan semuanya.

Flashback on-

"ARION!"

Semua orang menangis histeris melihat Arion yang menghembuskan nafas terakhirnya. Semuanya merasa hancur dihari itu juga. Seseorang yang sangat berarti pergi selamanya meninggalkan mereka semua.

"Lia? Tolong bawa Ara dan Devan pulang. Tante mau urus semuanya disini, tante mohon tenangin mereka ya?" pinta lirih Maya.

Thalia dengan linangan air matanya mengangguk. Mulai membawa Mayra dan Devan yang masih SMP untuk pergi. Tentunya mereka harus pulang ke kediaman Arsenio untuk menyiapkan semuanya.

"Dad? Putra ku, dia tega meninggalkan kita. Dia tega meninggalkan kita semua untuk selamanya Dad, hikss." Maya menangis histeris dalam dekapan suaminya.

Tit tit tit..!

Maya dan Arlan tersentak kaget mendengar bunyi mesin dilayar monitor. Bahkan layar monitor yang semula menunjukkan garis lurus, kini berubah menjadi gelombang sedia kala.

"DOKTER! SUSTER PERIKSA PUTRA KU!" Teriak Arlan khawatir.

Dokter yang menangani Arion langsung saja memastikannya. Nampaknya dokter itu cukup terkejut dengan mukjizat seperti ini.

"Subhanallah, ini mukjizat dari Tuhan untuk putra kalian." ucap sang dokter dengan rasa harunya. "Pasien masih hidup, denyut nadinya juga kembali normal. Namun pihak rumah sakit, harus tetap memeriksa lanjut kondisi Arion."

Maya mengusap air matanya. "Lakukan yang terbaik untuk putra ku dok, apapun itu akan kami lakukan!"

Pergerakan ditangan Arion mampu membuat semua orang panik. Bahkan Maya dan Arlan mendekati putranya yang mulai membuka matanya.

"Arion? Kamu butuh sesuatu nak? Apa ada yang sakit? Hikss tolong jangan pergi meninggalkan kami nak." lirih Maya mengecup tangan putranya berkali-kali.

"A-ara dimana?" itulah Arion, dimanapun dan kapanpun. Orang pertama yang ia tanyakan hanyalah adiknya. Bahkan Pria itu berkata dengan terbata-bata.

MAYRA [XS-1 NEW VERSION]Where stories live. Discover now