“Gue yang maksa dia ikut, lagian kita searah kan.” kata Mayra yang mengerti pikiran teman-teman nya.

“T-tapi aku mau berhenti di kafe depan, tempat ibu aku kerja Ra. Boleh kan?”

Mayra mengangguk. “Boleh kok, lebih deket kan malah.”

“Lo tumben gak pulang sama Devan? Biasanya kan jam segini dia nganterin lo.” Jihan bertanya sesekali melirik lewat kaca depannya.

“Devan hari ini latihan basket, kayaknya semua temennya juga ikut kok.” sahut Tania. Tania baru mengingat sesuatu saat mendengar masalah Devan waktu itu.

“Ra? Aku mau ngomong sesuatu boleh?”

“Ngomong aja, kalau privasi bisa kita berhenti di manapun lo mau.”

Tania menggeleng. “Enggak, aku cuma mau ngomongin masalah handphone Devan. Kemarin Devan marah marah ke aku, dia ngira aku ngapa-ngapain handphonenya. Boleh berhenti gak? Aku mau cerita sama kalian juga, menepi aja minimal.”

“Han.” Mayra meminta Jihan untuk menepikan mobilnya. Tentu saja Jihan langsung paham.

“Jadi gini—”

Flashback on—

Tania sejak tadi tiada henti bersama Devan. Mengingat Pria itu yang meminta nya agar tidak berjauhan.

“Aku titip handphone ke kamu, aku mau ke temen temen dulu. Kalau Mama yang telfon, diemin aja.”

Tania mengangguk paham. Selepas kepergian Devan. Tania memutuskan menghampiri Sinta yang berada di pinggir panggung. Sinta sangat asik dengan teman teman sekelasnya.

“Udah Ngebucinnya?” tanya Sinta mengingat sejak tadi sahabatnya bersama Devan.

“Sin, mau ikut aku ke toilet gak? Aku mau benerin riasan aku, berkeringat banget nih. Dilorong sebelum ke toilet, ada anak cowok IPA dua soalnya. Malu aku.”

“Duh Tan, gue lagi asik nih ngegosip sama temen temen. Lagian di toilet sepi tuh, gimana kalau lo sendiri aja kesana nya?”

Tania menghela nafasnya lelah. “Yaudah deh, aku sendirian aja kesana.”

Tania dengan langkah pelannya melangkah kearah toilet. Sesampainya didalam toilet, dirinya tidak melihat tempat penyimpanan tas. Terpaksa Tania menyimpannya diluar, didekat wastafel yang cukup luas. Lalu gadis itu, masuk kedalam salah satu bilik.

Setelah keluar, Tania sempat melupakan tasnya diluar. Bahkan, gadis itu melangkah terburu-buru kearah pintu. Baru beberapa langkah, suara seorang wanita yang memanggilnya menghentikan langkah nya.

“Tania? Ini tas kamu?”

Tania spontan membalikkan badannya, rupanya benar. Beruntung dirinya tak jauh dari toilet. Langsung saja menghampiri wanita yang ia kenal cukup berprestasi diatasnya.

“Astaga makasih ya, beruntung ada kamu.”

Flashback off—

“—setelah itu, aku bener bener gak ingat kalau Devan sempat menitipkan handphonenya. Memang ini kebiasaan Devan nitipin handphonenya di aku, tapi di hari itu aku benar benar lupa. Kalau seandainya Devan gak ngingetin kemarin, aku beneran lupa. Devan gak marah karena handphonenya hilang, tapi dia marah dan nuduh aku yang enggak enggak.”

MAYRA [XS-1 NEW VERSION]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن