"Kalau nanti kau berhasil melewati ujian mengemudi dan mendapatkan surat izinmu, aku tidak akan lagi mau menjadi supir pribadimu. Kau dengar, Eun?"

"Lalu maksudmu, aku yang akan jadi supir pribadimu?"

"Sudah pasti."

"Aku tidak akan mau jadi supir pribadimu ya, Lee! Enak saja."

Masih terngiang percakapan mereka kala itu. Ketika seseorang yang ia harapkan tertawa di balik kemudi mobil sambil menggenggam tangannya. Suara tawa menyebalkan yang sangat ia rindukan.

"Kak?" Tetapi kemudian, suara itu tergantikan oleh suara lembut Sungkyung yang menyadarkannya dari lamunan. "Kenapa melamun?"

"Ah ... oh, maaf. Aku sedang kurang fokus."

Perempuan itu tersenyum kecil. Ia mulai menginjak pedal gas mobilnya setelah memasukkan persneling. Audi yang beberapa hari ini terparkir tanpa berjalan di depan rumahnya, akhirnya mulai bergerak.

Jalanan malam itu nampak lenggang. Sungkyung sedikit senang karena berhasil membuat kakaknya mau menyetir, meskipun beberapa bagian hatinya teremas. Koeun tidak berbicara sedikitpun. Pun, radio di mobil tidak dinyalakan. Menambahkan kesunyian malam itu.

Mobil berjalan konstan. Membelah lalu lintas sepi. Melewati jalan yang dulu sering ia lewati. Mereka berdua tak punya tujuan akan pergi kemana. Tetapi, Koeun secara otomatis mengendarai mobilnya ke arah yang begitu familiar.

Sungkyung sejak tadi tak berhenti memandangi kakaknya. Dia tau rute yang mereka lewati, beberapa kali ia pernah melewati jalam ini meski tak sesering Koeun. "Kak, kita mau kemana?"

Lagi, Koeun mengerjap. Menyadari ke arah mana mobil ini berjalan. Melewati sebuah taman kecil dengan sebuah food truck yang menjual toast langganannya.

Ah bukan, langganan mereka.

Koeun menoleh, melihat ke arah Sungkyung dengan tatapan bingung setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. "Iya ya, kita mau kemana?"

"Aku tidak tahu, kakak yang membawa mobil ini. Memangnya kakak mau kemana?"

Dia yang ditanyai seperti itu makin bingung. "Tidak tahu. Kakak tidak mengerti kenapa bisa membawamu kemari."

Adik bungsunya tersenyum maklum, lantas menyentuh tangan Koeun yang ia istirahatkan di atas persneling. Paham kenapa kakaknya secara otomatis pergi kemari. Tempat ini, jalan menuju rumah Mark. Seseorang yang tiba-tiba pergi dari hidupnya setelah menemani perempuan itu cukup lama.

"Kakak mau berbalik? Kita pergi ke arah lain?"

Tapi perempuan itu menggeleng. Kembali menginjak pedal gas dan menjalankan mobilnya. Menyusuri jalan yang ia ingat di luar kepala. "Tidak, kita lanjut saja. Di dekat sini ada cafe yang menjual kopi sangat enak. Kita kesana sebentar, ya." Audi itu kembali menyusuri jalan. "Kakak rindu kopi di sana."

Sungkyung tahu, yang Koeun rindukan bukan kopinya. Tetapi seseorang yang selalu mengajaknya ke cafe itu.

***

Cafe itu lenggang. Hanya ada beberapa pengunjung dengan kegiatan mereka masing-masing. Menikmati pesanan mereka sambil mendengarkan lagu yang terputar di sana.

WHAT IF? (mark + koeun)Where stories live. Discover now