29. DG's baby

114 10 0
                                    

Ghea yang tadinya bersandar pada Devan sembari main game, kini sudah tertidur.

"Gue gak bisa gerak," ujar Devan pelan.

"Gak usah gerak," ucap Nicho dingin. Dia pergi ke salah satu kamar di markas mereka dan kembali membawa mantel bulu yang lembut. Dia menyelimutkan mantel itu ketubuh Ghea.

"Ni bocil nyaman gitu gak?" tanya Gabriel yang baru datang bersama yang lainnya.

"Udah, biarin aja," jawab Devan tak tega.

Nicho mengawasi wajah Ghea dengan seksama.

Dia pasti sangat kesakitan.

Simpati  berlebihan seperti ini belum pernah Nathan berikan pada siapapun kecuali keluarganya. Mungkin karena dirinya seorang lah yang tahu tentang keadaan Ghea.

"Verros Gank kayaknya gak aktif lagi deh. Lomba kemarin biasanya mereka yang paling heboh," ucap Bram.

"Si Alex ngilang. Itu mah uda biasa," balas Gabriel.

"Palingan balek lagi, terus buat rusuh," lanjutnya.

"Gue ngerasa kejadian kemaren ada hubungannya sama Alex. Tapi gak mungkin juga Verros Gank berbuat hal brutal kayak gitu," ucap Hans serius.

"Menurut gue ini ulah bandar atau mafia deh. Uda diamin aja! Takutnya rasa penasaran lo malah nyeret jauh," timpal Nathan.

"Gue biasanya bakal usut tuntas. Tapi gue angkat tangan karena gak mau kejadian itu terulang. Baru kali ini pembantaian layangin korban sampe puluhan jiwa," lanjut Hans. Dalam mode serius, dia memang banyak bicara.

"Kita punya banyak orang yang harus di jaga. Jangan sampe terlihat," ucap Devan.

Ghea menggeliat sebentar dan merangkul tangan Devan dengan erat untuk posisi yang lebih nyaman.

"Sstt!" Nicho tidak ingin Ghea terbangun.

"Ni bocil kayak ga ada masalah aja," ucap Bram.

"Lo diam! Kalo dia bangun gimana?" tanya Nicho dingin.

"Iya! Perasaan mulai dari tadi gue ngomongnya pelan deh!"

"Masalah kemaren, gue gak mau Ghea sampe tau," ucap Devan.

"Kalo dia tau? Maksud gue, anak lain bisa aja keceplosan. Atau Ghea mungkin sadar karena dia kenal semua anggota di sini," balas Revan.

"Gimana kalo si bocil tiba-tiba ngabsen?" tambah Bram.

"Kejadian itu tidak terelakkan. Kita berharap Sam beristirahat dengan tenang di surga," ucap Gabriel.

Ganghan Gank telang kehilangan satu anggota mereka karena sebuah kejadian. Jika double G tidak bergerak cepat, mungkin mereka akan kehilangan orang lebih dari Sam. Bahkan bukan hanya anggota double G saja, namun warga juga bisa kena jika mereka tidak ikut serta dalam aksi itu.

Setelah cukup lama mereka berbicara serius, Ghea mulai terbangun.

"Devan," panggilannya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Gue emang 43 kg doang, tangan lo pasti sakit," kekeh Ghea.

"Gak papa. Lo ringan," balas Devan santai.

Ghea menguap dan melakukan sedikit stretching.

"Bram, cari makan yuk," ajaknya.

"Lo kan gak ngapa-ngapain, cil. Kok laper?"

"Hehh! Gue barusan mimpi aneh, ya! Lo bayangin aja gue habis bertempur sama siluman ular." Ucap Ghea.

"Hahaha! Aneh lo." Bram terkekeh geli.

"Bareng gue aja," ucap Nicho sambil berdiri dan keluar duluan.

"Tungguin es!" Ghea mengejar Nicho yang berjalan dengan santai itu. Maklum, Ghea hanya selengan Nicho, jadi dia harus berlari kecil untuk menyamai langkah mereka.

"Gue cape! Lambat-in dikit," ucap Ghea.

Nicho berhenti dan menunggu Ghea.

"Sakit?" tanya Nicho khawatir.

"Gak! Hahaha! Lo berlebihan banget!" Ghea menggeleng.

"Ghea?"

"Apa?" Ghea mendongakkan kepalanya menatap Nathan.

"Gak jadi. Lo mau apa, biar gue aja yang beliin?" ujar Nathan.

"Yang manis kayaknya enak deh. Gue ikut aja, entar kayak kemaren. Lo gak ada beliin apa yang gue pesen."

"Demi kebaikan lo," ucap Nicho menaiki motornya.

"Gue ikut, Nick!"

"Naik!" Balas Nicho. Ghea pun menaiki motor Nicho.

"Besok lo pemeriksaan rutin kan?" tanya Nicho saat mereka sudah melaju jauh.

"Iya," jawab Ghea.

"Lo jangan lupa minum obat, ya. Terus jangan banyak beraktivitas juga! Kalo boleh ga usah keluar rumah, apalagi malam! Lo istirahat aja!"

"Es, lo khawatir banget yah?" kekeh Ghea.

Nicho kemudian terdiam. Dia merasa aneh dengan tanggapan Ghea yang seolah-olah penyakit seriusnya adalah main-main.

"Bisu lo?"

Nicho masih diam.

Your Best FriendWhere stories live. Discover now