18. Sebuah pelukan

111 9 0
                                    

Bruk!!!

Tubuh Uel terjatuh. Pria yang membuatnya jatuh tidak memberinya ampun. Dia memukuli Uel berulangkali.

Pukulan besar mengenai wajahnya. Kini tubuhnya yang terpental cukup jauh.
Brukk!

Alex yang baru datang, dengan ganas melawan balik musuh mereka.

"Dari mana aja lo satu minggu ini, bos?" tanya Uel sambil menerima uluran tangan bosnya itu.

"Gue butuh bantuan, woi!" Ucap Noe berusaha membantu temannya yang lain.

Mereka berlima keluar bersama malam ini dan tiba-tiba diserang.

Mereka bersatu dan melawan musuhnya. Kemampuan mereka tiba-tiba meningkat saat bosnya sudah kembali.

Perkelahian yang tidak terelakkan itu pun selesai. Kemenangan berpihak pada Verros Gank kali ini. Musuhnya sempoyongan melarikan diri.

"Dryon sialan!" Umpat Noe menyeka bibirnya yang berdarah.

"Tunggu serangan balik kami!" Kesalnya.

"Lo darimana aja?" marah Noe menghampiri Alex.

"Hiatus, gue ngurus sesuatu," jawabnya.

"Anjing lo!" Kesal Noe.

Alex hanya tertawa kecil sambil menepuk-nepuk tangannya, menghilangkan bekas debu yang menempel.

"Balek, yuk. Besok gue mau sekolah," ucap Alex membuat mereka melongo.

"Anjing! Dua minggu ngilang lo rindu sekolah? Anjir!" Uel merasa jijik sekaligus terkejut.

  ***

Ghea tidak tahu panggilan apa lagi kali ini. Orang aneh yang menyuruhnya ke perpustakaan untuk ke dua kalinya dan di sanalah gadis itu sekarang, perpustakaan sepi dan tenang itu.

"Pasti dedemit," ucapnya. Sudah sepuluh menit dia duduk di sudut perpustakaan dan tidak ada yang menemuinya.

Lo gila! Dari Ghea. Dia merobek kertasnya dan meletakkan itu di meja.

Saat ingin pergi, tangan kekar menahannya dan langsung mendekapnya.

"Sialan! Lepaskan!"

"Ssst! Gue rindu," ucap Alex dan memeluk tubuh Ghea yang memberontak.

"Anj...." Alex membekap mulutnya dengan keadaan masih memeluk gadis itu.

 Ghea memberontak tapi pria itu menahannya dengan erat. Tangan kekarnya bahkan tidak terganggu sama sekali.

Alex melepaskan pelukannya dan menatap wajah Ghea yang berkaca-kaca. Gadis itu marah dan ketakutan.

"Gue senang lo baik-baik aja," ucapnya mengelus kepala Ghea sekilas dan pergi begitu saja.

"Anjing sialan!" Ucap Ghea marah. Dia melemparkan buku pada pria itu namun lemparannya melesset.

Dia mengutuki pria brengsek yang memeluknya dengan paksa itu.

Setelah lama berperang dengan diri sendiri, Ghea disadarkan bel yang berbunyi.

Ini sudah jam pulang.

Ghea membenturkan kepalanya berulangkali ke rak buku disana.

"Gue uda dipeluk orang lain, Than," gumamnya pelan.

"Eh... Nathan, Nicho, sekarang Alex! Ahk! Murahan banget gue! Awas aja babi!" Umpatnya.

Ghea berjalan keluar. Dia beruntung tidak ada orang di perpustakaan saat itu. Entah mungkin Alex yang melakukannya, dia tidak peduli.

"Tas lo. Dari mana aja sih?" Tanya Naila sembari memberikan tas putih dengan motif kucing itu.

"Perpus. Ketiduran," balas Ghea.

"Habis ini kita nge mall, yuk," ajak Naila.

"Boleh! Gue free," setuju Leana.

"Boleh. Gue tinggal bolos les doang." Ghea juga ikut setuju.

Sore itu, di markas Ganghan Gank

"Bocil," sapa mereka saat Ghea baru masuk.

Ghea sudah pasrah dengan panggilan itu.

"Hmm." Dia bergumam dan tersenyum ramah.

"Ini bukunya," ucap Ghea meletakkan tumpukan buku yang Nathan minta.

"Bocil,” sapa Bram yang baru keluar dari sebuah ruangan.

"Apa?" tanya Ghea jutek.

"Ketus banget lo? Pms?" tanyanya.

"Gak, gue pusing! Anterin pulang dong," ucap Ghea.

"Tumben lo minta pulang. Biasanya harus diusir dulu," ujar Bram mengerutkan keningnya.

"Wah, biawak! Keren lo!" Kesal Ghea.

"Tapi emang tumben, 'kan? Mana baru datang lagi," ucap Rehan menimpali.

"Kalo gak mau ya udah! Gue pusing," Ghea menghentakkan kakinya dan pergi.

"Tunggu, Loli! Bentaran! Gue juga mau balek," ucap Nathan.

"Cepat! Kalo lewat lima menit gue bocorin motor Lo!" Kesal Ghea melanjutkan langkahnya.

Mereka menggeleng. Ghea memiliki sifat yang sama dengan Naya, bedanya Ghea dengan 5 kali lipatnya.

Ghea sangat kesal hari ini. Alex membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Antara marah dan takut bercampur aduk, dia sangat membenci pria itu.

Dia melihat kantong belanjanya yang hanya membelikan topi dan jajanan. Dia kelelahan menemani Naila dan Leana berbelanja, belum lagi mencari buku yang Nathan titip.

"Lo mau pulang?" tanya salah satu dari mereka yang diluar. Tide, teman sekolah Ghea juga.

Ghea yang menguap mengangguk pelan.

"Mau gue anterin?" tanyanya lagi.

"Nunggu Nathan. Lewat lima menit dia gak datang, lo antarin gue," jawab Ghea.

Tide terkekeh geli. Ghea benar-benar mirip dengan Layla. Mungkin jika Layla masih hidup dan mereka berdua datang ke Ganghan Gank, markas mereka pasti meledak karena keduanya.

Ghea membuat mereka melupakan sekaligus merindukan Layla. Gadis pujaannya yang sudah berpulang karena kecelakaan yang tidak terelakkan.

Your Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang