10. A little happines vs sadness

118 12 0
                                    

"Tumben lo mandi!"

Ghea yang baru keluar kamar mandi melihat Nathan dikamarnya.

"Lo pikir gue Jeno?" Kesalnya.

"Jeno tiap hari gue mandiin," ujar Nathan.

  Ghea duduk dimeja riasnya dan memoles krim diwajahnya.

  "Lo tolol! Gue minta maaf yah," ucap Nathan tanpa menoleh. Dia fokus membelai kucingnya.

"Gue cinta sama lo, Than! Gue gak marah!" Batin Ghea.

"Loli! Budek?"

Ghea menghela nafasnya.

"Anak geng kehidupannya gelap-gelap ya?" tanya Ghea.

"Iya, tapi gak juga, si," ucap Nathan.

"Terangan mana lo atau Alex?" tanya Ghea.

"Gila lo! Gue gak mau pamer! Tapi bandingin aja sendiri!"

"Alex keren!" Ucap Ghea basa-basi. Namun dia memang keren.

"Ih! Di pelet lo?"

Cemburu dikit!

"Loli, lo harus tau kalo kehidupan itu gak seindah masa kecil kita. Kita uda mau dewasa!" Ucap Nathan.

"Gak deh! Lo gak tumbuh-tumbuh! Masa ada umur segini tingginya cuman 148 doang? Mana kerjaannya makan, minum doang, lagi.” Lanjutnya membuat Ghea kesal.

"Lo tau gak Alex itu hobi main sama cewek?" tanya Nathan.

"Katanya sih, playboy! Bukannya cowok sama aja, yah?" kata Ghea.

"Wah, jangan samain semua dong! Mentang-mentang cowok lo brengsek semua!"

Gue mana ada cowok, tai!

  "Gini Ghea Loli imut. Gimana ya mau jelasinnya? Mm... Gue takut buat otak lo yang kecil jadi makin gak guna!"Nathan bergumam.

"Alex itu cowo brengsek yang suka main cewek. Bukan pacaran pacaran gitu! Maksudnya ngerusak orang! Belum lagi sama jalang-jalangnya," papar Nathan.

  Ghea mengangguk paham. Dia beruntung Nathan memberitahunya fakta itu.

"Makanya gue gak mau lo dekat-dekat sama dia!"

Ghea berbunga. Dia semakin melayang dibuat Nathan.

"Tapi sih, siapa yang mau dekat sama Lo?" kekeh Nathan.

"Wah, tai! Lo keren!" Ucap Ghea kesal.

"Becanda. Lo jangan marah lagi, kek macan!"

Cowok anjing!

"Main game yuk!" Ajak Nathan.

"Boleh! Tapi Lo bagi contekan ya."

"Otak lo memang langka!" Ucap Nathan menggendong Jeno dan turun.

"Yes!" Gumam Ghea mengambil buku-bukunya dan mengikuti Nathan kerumahnya.

"Ghea! Mau kemana?" tanya Novita.

"Belajar mom.”

"Halah! Dia mau nyontek tan,” ucap Nathan.

Ghea nyengir kuda.

"Astaga, sayang!" Novita menggeleng pasrah. Mereka sudah berjanji untuk tidak memaksakan kehendak mereka atas hidup Ghea.

"Daddy kamu mana? Jam segini belum pulang!" Tanyanya lagi sambil mengumpat dan mulai sibuk memasak.

***

Ghea menuruni anak tangga dan membuka kulkas.

"Ghea? Malam-malam begini gak boleh minum air dingin," ucap Dian.

Ghea menghentikan aktivitasnya.
Dia berjalan dan duduk disamping daddy-nya.

"Daddy berantam ya sama mommy?" tanya Ghea.

"Gak sayang. Daddy mau nonton TV. Kalo daddy nonton di kamar, mommy kamu bisa kebangun." Jawabnya.

Ghea bersandar dan ikut menonton TV anime kesukaan mereka itu.

"Hei, ini uda malam! Anak sekolah harus tidur,” ucap Dian.

"Hmm!" Ghea mengangguk tapi tidak mengindahkan perkataan itu.

"Sakit, ya?" Tanya Dian.

"Gak,” jawab Ghea singkat.

"Besok jadwal pemeriksaan! Uda buat surat izin ke sekolah?" tanya Dian.

Ghea mengangguk.

Dian mengeryitkan dahinya. Mungkin putrinya tertular penyakit ngambekan istrinya. Tidak biasanya Ghea berbicara irit kata. Mengingat sekarang tanggal 27, kedua wanita itu pasti sedang datang bulan.

"Maaf ya, sayang," ucap Dian.

"Daddy salah apa?" tanya Ghea.

Dian menggeleng dan mulai fokus dengan tontonannya.

Pagi pun tiba.

Keluarga bahagia itu kini sedang bersiap-siap menuju rumah sakit.

"Emm.... surat... resep obat.... uda semua," ucap Novita.

"Ghea! Turun!" Panggilnya.

Ghea turun dengan malas. Dia benci harus ke rumah sakit sekali seminggu.

"Dad! Habis ini kita cari makan yah?Ghea dengar disebelah rumah sakit ada tempat makan baru.” Dengusnya.

Mereka menaiki mobil dan berangkat ke rumah sakit.

Setelah sampai disana, Ghea langsung diperiksa oleh dokter yang menanganinya.

Dokter Farel menggeleng.

"Tidak ada perkembangan,” ucapnya.

Dian menggenggam erat tangan istrinya yang mulai menangis.

"Kita harus kuat demi Ghea,” ujar Dian.

Ghea keluar dari kamar mandi. Dia sudah mengganti pakaian pasiennya dengan pakaiannya sebelumnya.

"Ghea lapar,” ucapnya cengengesan.

"Iya. Sebentar ya sayang,” ucap Dian.

Ghea memainkan ponselnya di kursi tunggu sembari orangtuanya masih sibuk dengan perbincangan seriusnya.

Ghea sudah tahu tentang penyakit ganasnya, jadi dia mencoba bersikap sesantai mungkin. Dia tidak ada niat menguping mereka yang berbicara pelan itu.

"Baiklah, Ghea kamu harus mendengarkan orangtuamu. Tidak boleh jajan sembarangan ....."

"Tidak boleh begadang, tidak boleh beraktivitas berat, menghindari alergi! Dan harus selalu bahagia!" Lanjut Ghea. Dia sudah sangat hapal dengan perkataan dokter Farel.

Dokter Farel tersenyum dan mengantar mereka keluar.




Your Best FriendWhere stories live. Discover now