7. Jamur dan bangsanya

128 15 0
                                    


"Anjing! Ngagetin banget lo!" Ucap Ghea mengelus-elus dadanya. Beruntung maskernya tidak retak. Entah sejak kapan Nathan sudah duduk santai di kasurnya.

"Lo kesurupan? Tumben belajar,” ucap Nathan santai.

Ghea menutup bukunya. Dia tidak belajar, dia hanya menulis puisi-puisi di bukunya. Ini normal bagi anak seni.

"Nge-game yuk!" Ajak Ghea.

"Gak! Belajar lo,” tolak Nathan dan memainkan ponselnya.

Ghea berbalik dan menatap Nathan kesal. Dia berjalan ke pianonya dan mulai memainkannya.

"Gue gak suka apapun selain musik!" Ucap Ghea.

Jemari lentiknya mulai menekan piano itu. Nada-nada yang indah keluar dan mulutnya mulai bernyanyi.

".... Be my only one. Ireoke bureugo shipeun ireum nae gyeote. Soneul japgoseo gachi georeoyo ....”

Suara Ghea mampu menenangkan hati yang gundah.

  Ghea tidak sadar jika Nathan sedang menayangkan siaran langsung di media sosialnya.

Komentar-komentar viewers yang tidak sedikit itu mulai dilayangkan.

"Siapa itu kak?"

"Suaranya bagus!"

"Pacar kak Nathan yah? Adik?"

“Tuyul bisa nyanyi?”

“Kayak kenal deh.”

"Lalalaaa... My only one..." Ghea mengakhiri permainannya yang mengagumkan itu.

"Lo ngerekam gue?" kesal Ghea.

"Kagak!" Sanggah Nathan.

"Hapus gak!" Marahnya.

"Gak!" Kekeh Nathan dengan kamera ponselnya yang menyorot Ghea.

Nathan dengan jahil menyoroti Ghea yang merepet.

"Ghea! Katananya!" Ucap Novita yang baru datang memperingati.

Ghea sedang mengambil katana tajam milik ayahnya dan mengarahkannya pada Nathan.

"Woh! Ini udahh!" Nathan sontak takut dan pura-pura menghapus sesuatu di ponselnya.

"Serem banget lo!" Ujar Nathan.

"Dia ngerekamin aku, mom!" Adu Ghea.

Novita tertawa dan mengambil katana itu. Entah kenapa katana tajam milik suaminya itu berada di kamar Ghea.

"Udah! Mommy udah siap masak! Makan yuk," ajaknya.

"Ikut ya, tan,” ucap Nathan.

"Gak!" Tolak Ghea.

"Ghea,” tegur mamanya.

"Kasih gue contekan baru boleh.” Ghea mulai bernegosiasi.

"Iya! Masakan tante enak, gak rugi gue,” kekeh Nathan.

***

  "Es!" Panggil Ghea. Dia dan Nicho sekarang menuju sekolah.

Saat Nicho ada urusan ke rumah Nathan pagi ini, dia langsung dititipkan pada Nicho pasalnya Nathan ingin menjemput sesuatu dari arah yang berbeda.

"Es!" Panggil Ghea lagi.

"Lo sama Nathan anak geng, ya?" tanyanya. Dia melihat lambang gantungan tas Nicho yang sama dengan Nathan.

“Hmm,” jawab Nathan singkat.

"Dingin banget! Gue gigit baru tau rasa lo!" Kesal Ghea.

"Geng apa?" tanya Ghea lagi.

Nicho tidak ada niat menjawab pertanyaan itu. Dia diam.

"Woi!" Kesal Ghea.

"Berisik," ujar Nicho.

Ghea menghela nafasnya. Dia dan Nicho benar-benar tidak cocok.

"Nicho!" Panggil Ghea.

"Apa?" tanya Nicho ketus.

"Pms lo?" Tanya Ghea.

Nicho memerengkan tubuhnya sedikit.

"Berisik banget, sumpah! Apa?" tanyanya.

Ghea tersenyum dan menggeleng. Dia senang setidaknya Es itu mulai berbicara empat kata. Biasanya hammm, humm, hemm.

"Es," panggil Ghea lagi.

"Apa?" Balas Nicho pasrah.

"Lo pernah denger berita tentang siswa yang mati beku karena cuek? Nafasnya jadi bau karena jarang ngomong,” tanya Ghea.

Nicho menggeleng lemas.

"Es?" panggil Ghea tidak mau menyerah

"Apa Ghea?" Tanya Nicho sabar dan lembut. Dia menekan nadanya namun tidak ada bentakan kekesalan, hanya pasrah.

"Lo punya tato gak?" tanyanya.

"Lo pikir kalo anak geng punya tato gitu?" Nicho tidak habis pikir karena Ghea mengangguk polos.

"Nathan punya tato gak?" tanyanya balik.

"Gak."

"Yaudah," ujar Ghea. Nicho hanya bisa menghela nafasnya panjang.

"Jadi lo gak punya yah?" gumam Ghea.

"Ada," jawab Nicho dingin.

"Seriusan? Gambar apa? Dimana?" Tanya Ghea penasaran.

"Kecil, huruf g.” Jawab Nicho singkat.

"G? Ghea?" Tanya Ghea.

"Ganghan Gank!" Jawab Nicho frustasi. Akhirnya dia membuka identitasnya.

"Dimana? Mau liat dong!" Tanya Ghea.

"Harus buka baju dulu," jawab Nathan.

  Ghea melingkarkan tangannya dan mengelus perut Nicho.

"Perut lo berotot. Buka aja, gapapa,” ucapnya.

"Gila!"

Ghea tertawa puas dengan candaannya sendiri.

  Motor Nicho berhenti di lampu merah.

"Oi, jamur!" Panggil Nicho.

Merasa panggilan itu untuknya, Ghea menoleh.

"Apaan?" tanya Ghea.

"Lihat, itu bangsa lo!" Tunjuk Nicho ke anak SD yang sedang diseberangkan.

  "Wah! Lo nyamain gue sama anak SD?!" Kesal Ghea.

Alih-alih marah, Ghea menatap Nicho yang tertawa kecil. Dia tidak bisa melihat jelas karena helm pria itu, tapi Ghea ikut senang.

"Misi completed! Setidaknya hidup gue yang gak panjang berguna!"

Your Best FriendHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin