28. Overprotektif

126 9 0
                                    

Jam kosong seperti ini adalah surga bagi siswa-siswi untuk mengobati kejenuhan selama belajar. Semuanya mengisi jam kosong itu dengan kesibukannya masing-masing.

Mata Ghea menatap punggung Nathan dan Leana, dia cemburu dan iri melihat kedekatan itu. Mereka berdua belajar bersama mulai dari tadi, dan bahkan tertawa bahagia berbagi cerita.

"Ikut gue," ucap Nicho menarik tangan Ghea.

Ghea mau-mau saja. Jika dia berlama-lama di kelas, mungkin hanya sakit hati yang semakin dalam yang akan dia rasakan. Belum lagi kebisingan kelasnya bagaikan pasar dengan para pengejar potongan harga.

"Tunggu bentar," ujar Nicho dan meninggalkan Ghea di kursi taman.

Tidak berselang lama dia kembali membawa jus stroberi dan langsung memberikannya pada Ghea.

"Tumben lo," ucap Ghea dan langsung meminumnya.

"Lo gak bisa lama-lama di kelas. Bising," balas Nicho dan ikut duduk santai.

"Ihhh, kesurupan lo?" tanya Ghea.

 Sebuah bola terbang kearah mereka dan Nicho langsung menepisnya. Dia melemparkan bola itu kembali ke lapangan.

"Geser dikit! Lo gak boleh kena panas," ucap Nicho agar Ghea bergeser ke tempat yang lebih teduh.

Ghea mengernyitkan keningnya sambil bergeser.

"Lo buat gue takut, Nick," balas Ghea menatap pria itu.

"Ghea?"

Darah Ghea berdesir mendengar suara Nathan. Entah mengapa pria itu memanggilnya dengan lembut dan dalam seperti itu.

Ghea menoleh.

"Lo punya gue buat cerita. Gue yakin lo bakal sembuh," ucapnya tanpa menatap Ghea.

Ghea membelalakkan matanya. Seharusnya dia menduga hal ini. Ghea sudah tahu sejak lama bahwa rumah sakit yang menanganinya adalah milik ayah Nicho.

Ghea menghela nafas dan menatap kosong kedepannya.

"Lo uda tau, ga ada alasan buat bohong lagi," kata Ghea pelan. Ghea meluruskan kakinya dan memejamkan matanya.

Nicho menatap gadis tegar itu. Ghea terlihat sangat santai.

"Lo khawatir yah?" tanya Ghea. Dia membuka matanya dan menatap Nicho.

"Lo orang pertama yang tau tentang jantung sialan ini. So, selamat datang di dunia Ghea. Gue gak bakal bertahan lama, bokap lo uda lebih tau tentang itu," ujar Ghea santai.

Nicho langsung menarik kepala Ghea dan memeluknya. Aksinya membuat jantung Ghea malah semakin berdetak dengan cepat karena terkejut.

"Lo bakal sembuh," ucapnya pelan.

"Hahah! Lo lucu banget. Gue suka ekspresi lo!" Ghea tertawa dan melepaskan pelukan itu.

"Kalo ada yang tau, gue gak segan-segan ngebunuh lo! Ga ada yang tau soal ini termasuk Nathan," lanjutnya.

"Lo harus sembuh!" Ucap Nicho serius.

"Iya! Bawel amat lo! Kayak bayi baru ngomong aja!" Ghea menggeleng.

"Lo janji?"

Ghea menatap Nicho. Pria dingin yang biasanya tidak mau mengurusi perkataan orang itu terlihat sangat serius. Ghea tersenyum dan mengangguk.

"Mm, janji," balasnya.

Dan canggung diantara keduanya pun mulai tercipta. Bagai mana tidak? Ghea yang biasanya ribut sudah kehabisan kata-kata, sementara orang yang berada disampingnya adalah orang yang jarang berbicara.

Jam istirahat pun sudah tiba.

Ghea dan teman-temannya sedang berada di kantin.

Nicho menggeser es kopi Ghea dan menukarnya ke air mineral.

Ghea menatap Nicho dengan kesal. Jika dia marah, maka ketahuan lah kenapa Nicho begitu.

"Makasih, Than," ucap Leana lembut saat Nathan membawakan sekotak susu untuknya.

Nathan tersenyum dan mengangguk.

Ghea semakin kesal. Rasanya ingin sekali dia menjambak Nathan.

"Bocil!" Tide yang baru datang, langsung duduk disebelah Ghea.

"Lo nanti main ke markas lagi, yah," ucapnya.

"Ghea hari ini les. Habis itu harus pulang, baru istirahat," ujar Nicho dingin sambil fokus membaca bukunya.

"Biasanya juga bolos," balas Nathan.

Ghea melihat Nicho dan Nathan kemudian menoleh ke Tide.

"Apa yang menarik? Kalo ada gue bolos lagi," balas Ghea santai.

Nicho menoleh kemudian menutup bukunya. Dia beralih ke ponselnya.

"Kan lo yang buat menarik. Kita cari keributan ke gang sebelah, deh," ucap Tide sembari memakan kuaci milik Naila.

"Lo main sama mereka?" tanya Naila nampak terkejut dengan interaksi mereka.

"Iya, dia ratu kita," jawab Tide sembari mengambil kuaci itu lagi.

"Punya gue," kesal Naila.

"Gue lagi gak mood. Kayaknya latihan ngebacok, oke deh," gumam Ghea.

"Ihh, ngeri amat lo!" Naila bergidik.

"Gak bisa!" Ucap Nicho mematikan ponselnya dan menatap Ghea tajam.

"Apa?" Ghea mengerutkan keningnya.

"Lo gak usah ke markas hari ini!"

"Kenapa?" Ghea, Nathan, dan Tide bertanya bersamaan.

"Lo pada lupa kalo kita ada misi nanti malam?" tanya Nicho.

"Oh, betul juga." Nathan paham.

"Gue tinggal ikut apa susahnya?" tanya Ghea.

"Gak, lo di rumah aja!" Nicho terlihat sangat tidak setuju.

"Lo mabuk, Nick? Tumben banget mulut lo lancar?" Nathan menyelidiki wajah Nicho yang serius.

Nicho menghela nafasnya dan meninggalkan mereka tanpa mengatakan sepatah kata.

"Kan, kumat lagi," ucap Tide.

Your Best FriendWhere stories live. Discover now