3. Dihukum

189 15 0
                                    

 
Ghea menuruni anak tangga dan menemukan pangerannya yang kesal.

"Awas aja kalo kita terlambat,” ucap Nathan.

"Palingan dihukum,” ketus Ghea. Hanya pura-pura , Ghea sadar jika dirinya salah. Kebiasaan begadangnya agak susah diobati.

"Makan dulu,” ucap Novita.

"Di sekolah aja, mom." Ghea menggeleng menolaknya.

Dia memakai sepatunya dan Novita memasukkan sesuatu ke tas Ghea. Itu adalah obat. Mereka menutupi penyakit Ghea, sesuai dengan permintaan Ghea sendiri.

"Hati-hati," ucap Dian.

"Iyah om," balas Nathan pamit.

Ghea dan Nathan keluar dan menemukan ayah dan ibu Nathan yang mengobrol romantis sembari meminum teh di teras.

"Tante,om. Kita berangkat yah,” pamit Ghea.

Motor Nathan melaju dan Ghea mulai menikmati angin pagi itu.

Ghea merasa senang karena Nathan tidak memiliki kekasih sejak tahun lalu.

Saat melihat postingan Nathan bersama kekasihnya dulu, Ghea benar-benar hancur. Hati kecilnya terluka begitu dahsyatnya. Dia tidak bisa berbohong jika cintanya memang sudah benar-benar untuk Nathan seorang.

Ghea tidak makan dan tidak tidur.

Dia menangis kencang sampai neneknya yang mencoba menenangkannya mengalami serangan jantung. Beruntung saat itu, sang nenek masih bisa sabar menghadapi cucunya yang manja.

Ghea bersenandung kecil. Bisa dilihat jika Nathan juga menikmati senandungnya.

Ghea memang tidak pintar, lemah, penyakitan, dan bertubuh pendek. Namun dia memiliki bakat di bidang musik, dia memiliki suara yang bagus dan bisa memainkan beberapa alat musik.

"Loli, tugas lo uda siap?" Tanya Nathan. Mereka sedang berada di lampu merah.

"Gak!"

"Mampus lo! Nanti pak Aje marah," ancamnya.

"Gue gak takut, gue baru!" Ujar Ghea, dia memang tidak takut.

"Pak Aje mana ngasih ampun," ucap Nathan.

"Bodo amat!" Teriak Ghea.

Akhirnya mereka tiba di sekolah.

Semua pandangan tertuju pada mereka. Tentu saja itu terlihat mengejutkan karena salah satu pangeran sekolah mereka berjalan bersama seorang siswi baru.

"Adeknya kak Nathan yah?"

"Bukan! Mereka sekelas!"

“Siswi baru, ’kan?”

“Anak SMA? Kok pendek amat?”

Ghea bisa mendengar jelas pertanyaan dan bisik-bisik mereka.

"Cepet, nyet!" Ghea kesal. Jika Nathan tidak memiringkan motornya, Ghea yang pendek tidak bisa turun.

"Iya!" Nathan berdecak kesal.

Ghea melompat dari motornya dan meninggalkan Nathan.

Meski Ghea mencintai Nathan, pria itu lebih sering membuatnya kesal. Seperti saat ini, pria itu mengejar Ghea dan menarik tasnya.

"Kaki lo panjang, nyet!" Ghea makin kesal. Langkahnya tidak bisa diimbangi.

"Mampus! Loli!" Ucap Nathan sembari menunjuk seorang guru berahang tegas dengan kacamatanya.

"Kenapa?" Tanya Ghea.

"Tuh, Pak Aje!" Jawabnya.

"Ganteng," balas Ghea jujur.

"Tai!" Kekeh Nathan.

"Gue jamin lo bakal dihukum," ucapnya dan meninggalkan Ghea.

"Nathan! Tungguin!" Pangeran tak berkuda itu akan susah dikejar. Beruntung Nathan membawa motor dengan cepat, jadi mereka tidak terlambat. Setidaknya Ghea tidak harus mengejar pujaan hatinya yang menyebalkan itu.

Nicho berlalu dari belakang Ghea.
Hawa dinginnya benar-benar menyeruak. Orang-orang benar tentang pria itu, vampire dari kutub selatan.

***

Benar saja. Guru matematika itu tidak memberi ampun.

"Gabung sama yang lain!" Ucapnya dingin.

"Kamu kan bisa tanyakan pada temanmu!" Lanjutnya.

Ghea kesal. Namun dia tidak terlalu peduli karena dia memang malas untuk belajar matematika saat ini.

Nathan terkekeh.

"Anjing!" Ucap Ghea pelan dari jauh. Dan Nathan malah semakin tertawa dibuatnya.

Beruntung Naila dihukum juga. Jadi Ghea tidak akan kesepian.

"Sialan!" Umpat Ghea pelan.

"Gak papa, ketua juga dihukum," ucapnya Naila tertawa kecil.

Ghea tersenyum kepada siswa berkacamata itu. Kemarin dia tidak hadir karena sedang sakit. Dan yah, sekolah ini memang tempat orang-orang good looking. Ghea merasa sangat betah disana.

Ghea ikut berlutut dengan mereka, namun dia cukup malas untuk mengangkat tangannya ke atas.

"Ghea! Angkat tanganmu!" Ucap Aje dingin.

Ghea memutar bola matanya malas dan mengangkat tangannya. Dia bahkan tidak peduli dengan kelas sebelah yang mulai keluar untuk pelajaran olahraga.

"Ghea!" Seseorang nyapa Ghea. Dia adalah Nasrini, sahabat kecilnya. Mereka dulu selalu bersama-sama, namun Nasrini pindah dan rumah mereka sedikit berjauhan saat ini.

Ghea tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya. Nasrini pun tertawa kecil dan mengepalkan tangannya.

"Semangat!" Ucapnya dan kemudian bergabung ke rombongannya.

Nasrini tahu jika Ghea tidak banyak berubah, sahabatnya yang pemalas itu memang butuh disemangati.

Your Best FriendWhere stories live. Discover now