8. Menunggu

113 10 0
                                    


"Kek paparazi aja," gumam Ghea. Semua perhatian memang tertuju padanya saat ini.

"Es, gue duluan!" Ghea meninggalkan Nicho di parkiran dan berlari ke kelasnya.

  "Ghea!" Sapa Naila.

Ghea membalas dan langsung menghampiri mereka. Mereka terlihat langsung mengobrol ria pagi itu.

  Di siang hari yang panas, di Pendopo sekolah.

Ghea duduk manis sambil menunggu teman-temannya yang sedang rapat OSIS.

"Kak! Kak Ghea, ’kan?" Seorang siswa datang menghampiri Ghea. Wajahnya muram seolah-olah sedang tertekan. Sebenarnya lucu ketika dia memanggil kakak pada Ghea, sementara dia jauh lebih tinggi daripadanya.

"Iya, kenapa?"

"Ada yang nyariin kakak. Katanya ditunggu in di perpustakaan,” ujarnya.

"Siapa? Guru? Mana tugas gue banyak yang belum siap tadi!" Ucap Ghea parnoan.

"B-bukan kak!" Sanggahnya.

"Trus?"

"Kakak nyusul aja deh!" Ucapnya kemudian pergi.

"Ih! Jangan-jangan dedemit! Amit-amit!" Ucap Ghea bergidik. Dia tidak mau menurutinya.

Ghea melihat siswa-siswi yang mulai berkurang. Mereka sudah pulang dan tinggallah dirinya sendiri disana.

Daddy Uciha ⚔️

'Dad! Jemput Ghea dong.'

'Siap tuan putri. OTW~'

Ghea terkekeh geli.

Daddy nya yang sibuk selalu saja memanjakannya.

Nathanduk 💩🔐

'Than gue duluan yah!
Gue takut rambut gue mutih
karena nungguin lo!'

'Bareng siapa? Tungguin la!
Palingan sejam lagi.'

"Bah! Lu kira gue main-main? Maksud gue nungguin lo peka, ege! Tega banget lo biarin gue  jatuh cinta sendirian!" Umpat Ghea kesal.

Suara klakson mobil membuat Ghea menoleh ke arah gerbang.

"Daddy!" Panggilnya sambil berlari.

"Cepet banget dad! Daddy nge ninja yah? Cakra daddy masih banyak?” Tanya Ghea sambil memasang sabuk pengamannya.

"Daddy takut tuan putri daddy kering kerontang karena nunggu lama. Daddy memang disekitar sini tadi." Jawab Dian.

"Kita jalan dulu, mau?" tanya Dian.

Ghea mengangguk setuju.

"Daddy gak kerja?" tanya Ghea.

"Kerja sih, cuman bolos dikit!" Kekehnya.

"Ngelarang Ghea bolos, tapi ..." Ghea ikut tertawa.

Mereka berhenti di restoran sekitar.

"Jangan bilang-bilang mommy, yah!" Ucap Dian.

Ghea yang mengunyah ayam gorengnya mengangguk patuh.

"Ini ... gak usah!" Dian menggeser beberapa makanan yang pantang Ghea makan. Dokter melarang semua makanan yang tidak cocok untuk gadis itu.

"Dad! Nanti temanin Ghea jajan, yah,” ucap Ghea dengan mulutnya yang penuh.

"Jajan apa? Yang kemarin kan belum habis."

"Ada, yang sehat kok! Kalo daddy gak mau, Ghea bakal kasih tau mommy," ancamnya.

"Wah! Kan yang makan, kamu!"

"Yang ngajak kan, daddy!"

"Ya udah, nanti habis ini.” Dian pasrah dengan putrinya yang keras kepala itu. Mereka tidak masalah karena terlalu memanjakannya, mereka benar-benar takut kehilangan Ghea.

  "Daddy! Daddy sayang gak sama mommy?" tanya Ghea.

Dian mengerutkan keningnya.

"Sayang,” jawab Dian.

"Tapi lebih sayang sama Ghea sih!" Lanjutnya sambil terkekeh.

Ghea ikut tertawa.

"Semalam aku liat daddy tidur di luar, makanya Ghea tanyain.” Ujar Ghea.

Dian terdiam sejenak.

"Mommy kamu kalo pms kan emang mirip macan, sayang!" Candanya.

"Nah! Kamu anak macannya," lanjutnya.

"Bentar ya sayang. Daddy ngangkat telepon dulu," ucap Dian kemudian pergi meninggalkan Ghea.

Setelah beberapa saat Dian kembali lagi.

"Daddy harus balik ke kantor," ucapnya.

"Ya udah. Nanti Ghea naik bus aja,” balas Ghea.

"Minta mommy kamu yang jemput, deh! Bahaya naik bus sendirian.”

"Mommy lagi jagain toko." Ghea masih fokus dengan makanannya.

"Maaf yah,” ujar Dian.

"Kok minta maaf, dad? Gapapa. Asal jangan tinggalin Ghea disini sebelum bayar,” kekehnya.

"Oke. Hati-hati ya, sayang!" Ucap Dian. Dia pamit pergi dan membayar makanan mereka sebelum dia keluar dari restoran itu.

Your Best FriendWo Geschichten leben. Entdecke jetzt