9. Gangster

114 12 0
                                    

Ghea menoleh ke ponselnya berulang kali untuk memastikan dia berada di jalan yang benar.

"Banyak banget yang berubah," gumamnya sambil membaca nama jalan didepannya.

Setelah jajan tadi, dia lupa harus belok ke mana. Alhasil disinilah dia, di jalan sempit yang terlihat sepi.

"Permisi bu. Halte bus terdekat dimana, yah?" tanyanya pada seorang wanita paruh baya.

"Dari arah sana, neng. Neng uda jauh masuk ke sini. Tapi bisa kok tinggal lurus, nanti belok kiri sekali di simpang depan fotocopy-an." jawabnya wanita paruh baya itu ramah.

"Makasih Bu," ujar Ghea.

Dia menghela nafasnya panjang.

"Jantung gue bisa meledak ini. Mana bang ojolnya gak ada yang nerima pesanan lagi!" Gumamnya.

"Jangan-jangan ini jalan keramat? Hussh!" Ghea membuang jauh pikiran negatifnya.

"Lewati gunung.. bukit dan lembah..." Dia bersenandung kecil dan memulai melangkahkan kakinya lagi.

Ghea menelusuri jalan yang tidak dia kenali itu dan membuang nafas kasar.

"Gue nyerah!" Gumamnya sambil menekan dadanya yang ngilu. Dia mengambil ponselnya dan menelpon Nathan.

"Than, gue tersesat."

"Tersesat? Dimana lo sekarang?"

"Kalo gue tau namanya gak tersesat, Than!

Oh! Jalan... Verros? Mm! Disini ada namanya!"

"Loli! Lo jangan kemana-mana! Tunggu disana! Hindari orang-orang yang tampangnya mencurigakan!" Ucap Nathan panik.

"Mencurigakan? Ini jalan dedemit yah? Jangan buat gue takut dong!"

"Gak! Lo duduk baik dan jangan kemana-mana!"

Ghea mengeryitkan keningnya. Dia mendengar motor Nathan yang menyala sebelum pria itu mematikan ponselnya.

"Jalan normal gini kok!" Gumam Ghea.

"Nathan gak mau ya Gheanya kenapa-napa, ya?" Ghea memilin kemejanya dengan hati yang berbunga-bunga.

Ghea menatap jauh ke depan dan melihat tempat fotocopy.

"Owh, dikit lagi! Terus belok kiri. Eh! Kanan gak sih?" Monolognya.

Setelah berpikir sebentar! Ghea belok kanan.

Jalan yang dia lalui semakin sunyi.

"Gue gak tau kota sebesar ini ada jalan sepinya,” gumamnya.

Langkah Ghea terhenti saat melihat beberapa pria didepan sebuah rumah. Di halaman rumah itu terparkir banyak sekali motor.

"Ngeri banget, kayak gay! Kalo Nasrini disini pasti happy tu si paijo!" Ucapnya.

"Eh?" Ghea menyipitkan matanya dan melihat diantara mereka ada beberapa teman sekolahnya.

"Good!" Gumamnya dan melanjutkan langkahnya.

"Halo anak SD,” sapa salahsatunya.

"Mata lo anak SD!" Umpat Ghea.

"Sendirian aja! Mau kemana?"

"Jalan besarnya dimana om? Keknya gue tersesat," ucap Ghea.

Mereka tertawa.

"Ih! Gue serius!" Ujar Ghea.

"Lo gak tau Verros Gank, yah?" tanya salahsatunya.

"Nama jalan. Ada yang mau anterin gue gak?" tanya Ghea balik.

"Kita kan satu sekolah!" Lanjutnya pada salah satu dari mereka.

Alex yang baru keluar menatap gerbang markas mereka. Senyuman miring tersungging di bibirnya. Dia berjalan kesana dan menghampiri mereka.

"Hay sayang!" Sapanya

Ghea menoleh ke Alex. Dia mengingat tato VG dibalik telinganya. Sadarlah Ghea jika dia berada di markas Verros Gank.

"Ngapain ke sini?" Tanya Alex lagi.

Ghea terdiam. Dia takut.

Alex tersenyum manis dan mengelus kepala Ghea.

"Are you loose, baby girl?"

Ghea terperanjat kaget. Dia langsung menepis tangan Alex.

"Gak,” ucapnya dan berbalik hendak pergi.

"Eits! Polos amat lo,” ujar Alex menarik tangan Ghea.

"Sini gue anterin,” lanjutnya.

"Emang sarang dedemit!" Batin Ghea.

Ghea melihat dengan jelas tato Alex pasalnya pria yang biasa menutupinya dengan seragam sekolah itu, kini sedang memakai jersey.

"Lo suka tato gue?" tanya Alex.

Ghea menggeleng dengan cepat.

"Awas! Gue mau pulang!" Ujar Ghea.

Motor Nathan dan Nicho berhenti disana. Semua orang berdiri dan menatap ke luar.

"Ghea! Sini!" Panggil Nathan.

"Misi om!" Ucap Ghea pamit undur diri.

Alex mengangkat tangannya saat anggota lain terlihat ingin menghampiri mereka menjadi berhenti.

"See you soon, girl!" Ucapnya melambai pada Ghea.

"Bos! Itu double G keluar sendiri gak mau di serang, bos?" tanya Uel.

"Gak usah. Cewek gue polos, nanti dia takut," balasnya.

"Gila lo, Lex! Toge imut gitu mau lo rusak?" tanya Noe.

"Emang bos lo punya hati?" timpal Uel.

Sementara itu Nathan tidak berhenti menasehati Ghea.

"Lo gak bisa sembarangan ke luar sana! Lo pikir dunia ini kayak kamar lo sendiri, hah?!" Kesalnya.

"Mana gue tau kalo itu markas mereka!" Balas Ghea ikut kesal.

"Lo batu banget! Alex itu bos Verros Gank! Dia itu iblis! Uda gue bilangin jangan terikat sama dia! Bodo! Tolol!"

"Lo gila ya? Gue takut! Ngapain lo bentak!" Kesal Ghea.

"Kalo lo takut ngapain sampe ngobrol sama mereka?! Otak lo dimana?" Terdengar jelas jika Nathan marah.

"Berhenti!" Ucap Ghea.

"Gue bilang berhenti!" Ulang Ghea kesal. Ghea menggigit bahu Nathan dan membuatnya berhenti.

"Gue tau gue bodo! Ga usa diingetin!" Ghea turun dengan kesal.

Nicho berhenti dibelakang dan menatap mereka.

"Loli! Lo mau kemana?" Jelas Nathan khawatir dengan si Loli yang malah ikut marah.

Ghea diam dan langsung menaiki motor Nicho.

"Buru! Lo mau gue gigit juga?" Kesalnya karena Nicho hanya diam dan menatapnya.

Nicho menggeleng-gelengkan kepalanya. Daddy Ghea benar, Ghea memang anak macan.

"Lo gak papa?" Tanya Nico tiba-tiba.

"Jamur-jamur gini gue bisa bela diri juga!" Ghea semakin kesal.


Your Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang