1. Kembali

420 25 1
                                    

°°Jika memang berjodoh, sejauh apapun jarak memisahkan, kita akan dipersatukan kembali. Semua tentang waktu bukan?°°

________________

Pintu terbuka dan terlihatlah sosok siswa laki-laki yang hendak berangkat sekolah.

"Pagi tante, Ghea-nya mana?" tanya Nathan.

"Udah duluan, Than," jawab Novita.

"Lah? Katanya barengan."

"Tau tuh, daddynya ngotot banget mau nganterin Ghea," ujar Novita kembali sibuk menyirami bunga-bunganya.

Nathan menggeleng. Dia memakai helmnya dan pamit pergi. Motornya pun melaju kencang menuju sekolah.

Sementara itu Dian mengobrol penuh semangat bersama para guru di ruang guru.

"Putriku memang tidak terlalu pintar dan tidak bisa olahraga. Tapi dia bisa musik," ucapnya mengobrol santai pada guru-guru yang di sana.

"Daddy!" Bisik Ghea pelan, dia sangat malu.

"Jam pelajaran sudah dimulai. Mari, nak," ajak Lena, wali kelas baru Ghea.

"Baik-baik, yah!" Ucap Dian melambai pada putrinya. Dia pun pamit pergi setelahnya.

Ghea duduk di kelas tiga SMA. Gadis berumur delapan belas tahun ini kembali ke kota asalnya karena neneknya sudah meninggal. Sejak SMP dia selalu bersama wanita tua penuh kasih sayang itu.

Kelas yang awalnya sangat ribut itu tiba-tiba hening karena kedatangan mereka.

"Nathan?" Gumam Ghea. Dia tidak menyangka akan sekelas dengan Nathan sahabatnya, lebih tepatnya pria yang dia cinta sejak lama.

"Seperti yang kalian lihat, kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu," ucap Lena.

"Selamat pagi semua! Aku Ghea Refinoea! Sebenarnya aku berasal dari kota ini dan balik lagi ke sini,"sapa Ghea.

"Hay Ghea!" Balas mereka ramah.

"Baiklah! Tolong semuanya untuk bersikap baik kepada Ghea! Ghea duduklah disana," ucap Lena sambil menunjukkan kursi kosong disudut belakang.

Ghea tersenyum dan langsung bergerak kesana.

"Welcome! Gue Naila," sapa gadis disamping kursi kosong itu.

"Ghea," balas Ghea dan tersenyum manis.

"Woi! Gak nyangka bakal sekelas!" Ucap Nathan dari depan. Kursinya tidak terlalu jauh dari Ghea.

"Kalian saling kenal?" tanya Naila mewakili pertanyaan seisi kelas itu.

Ghea pun mengangguk menjawabnya.

Lena, guru cantik dengan kaca mata mengkilap itu pun memulai pembelajarannya dengan segera.

Bel yang berbunyi menandakan waktu istirahat. Sudah waktunya bagi mereka untuk mengisi perutnya ditengah-tengah pembelajaran yang melelahkan.

"Kantin, yuk!" Ajak Nathan pada Ghea yang masih sibuk menyusun bukunya.

"Lo bakal kesusahan dapat teman! Untungnya kita sekelas," lanjut Nathan.

Ghea menatap wajah Nathan serius. Dia sudah memendam rasa sukanya sejak lama, dan benar-benar menyembunyikannya dengan sangat baik. Cintanya begitu setia pada pria yang tidak pernah menyadari hal itu.

"Ghea, mau ikut kami ke kantin?" Tanya Naila. Dia berdiri di pintu bersama Leana.

Ghea menjulurkan lidahnya dan langsung pergi ke arah teman barunya meninggalkan Nathan.

"Udah kenal Nathan sejak kapan?" Tanya Leana ramah.

Ketiga siswi yang membawa pesanannya itu akhirnya mendapatkan tempat duduk di kantin.

"Sudah lama," jawab Ghea.

"Benarkah? Bagaimana bisa?" Tanya Naila sambil meniup mienya yang panas.

"Woi! Ghea!" Panggil Nathan yang baru tiba di kantin.

"Hallo!" Sapanya lagi. Dia ikut duduk bersama mereka.

"Apa?" Tanya Ghea.

"Nick!" Bukannya menjawab, Nathan malah memanggil Nicholas yang baru masuk ke kantin itu. Siswa tampan yang dipanggilnya itu ikut duduk bersama mereka.

"Bukannya kalian dipanggil kepala sekolah, yah?" Tanya Naila.

"Laper! Habis ini aja." Jawab Nathan.

Ghea tahu jika Nathan dan siswa yang berpapan nama Nicholas Rahen itu adalah siswa yang berprestasi. Ghea sering melihat wajah Nicho diantara postingan Nathan, pria itu lebih tampan daripada gambarnya.

Semua orang yang duduk dimeja itu nampak terkejut dengan perbuatan Nathan. Dia mengambil daun bawang yang ada di makanan Ghea.

"Gila lo?" tanya Naila.

"Ghea gak suka daun bawang," jawab Nathan santai.

Nathan tahu semua tentang Ghea sahabatnya, selain perasaan dan penyakit Ghea tentunya. Itulah yang membuat Ghea semakin jatuh cinta pada Nathan, perhatiannya.

"Seriusan?" tanya Naila lagi.

"Kita udah temenan sejak kecil. Tetanggaan pula," jawab Nathan.

"Pantesan," gumam Naila.

Terjawab sudah pertanyaan orang-orang yang melihat mereka dengan kebingungan. Jelas saja! Nathan adalah salah satu siswa yang menjadi pujaan para siswi-siswi disana.

"Jangan dagingnya juga, anjing!" Ucap Ghea membuat mereka semakin yakin kalau mereka memang sudah saling dekat.

"Bayarannya!" Kekeh Nathan dan memakannya.

Your Best FriendWhere stories live. Discover now