6. Bolos

148 12 0
                                    

Sudah memasuki bulan kedua Ghea pindah ke sekolah ini.

Pentas seni itu ditunda karena gubernur sebagai tamu utama memiliki banyak halangan. Ghea tidak mempermasalahkan itu. Yang menjadi permasalahannya adalah Ghea tidak ada alasan untuk bolos jam pelajaran lagi.

Ghea tersenyum saat guru fisikanya masuk.

"Bu, bisakah aku izin ke UKS?" tanyanya.

"Ada apa? Tugas mu belum selesai?" tanya Indah.

Ghea menggeleng dan menekan perutnya.

"Baiklah." Sebagai wanita, Indah mengerti masalah Ghea itu.

"Sakit lo? Mau ditemani?" tanya Nathan khawatir. Sayangnya Ghea hanya mencari alasan karena tugasnya belum siap.

Ghea menggeleng.

"Gue bisa sendiri," balasnya dan pergi.

Ghea memasuki UKS dengan pintu yang terbuka itu.

Dia melihat seorang siswa yang sedang dibersihkan lukanya. Sepertinya karena olahraga.

"Ada apa? Kamu sakit?" tanya petugas medis yang disana, Vera.

"Datang bulan. Perutku keram," bohong Ghea.

  Vera memberikan Ghea pil.

"Istirahat lah disana! Jika sakitnya reda, kembalilah ke kelasmu," ujar Vera.

Ghea dengan senang hati berjalan menuju ranjang itu. Dia menutup gorden dan langsung berbaring santai sambil memainkan ponselnya.

Setelah beberapa saat dia mendengar seseorang yang masuk.

"Kenapa kamu disini? Kamu mau bolos yah!" Vera terdengar marah.

"Gue sakit!"

Ghea membelalakkan matanya. Itu Alex! Selama dua bulan itu dia memang tidak memunculkan diri di sekolah. Itu bukan hal yang aneh lagi sebenarnya.

  "Kamu pasti berbohong lagi, kan?" tanya Vera.

"Saya permisi, bu!" Siswa tadi ketakutan karena keberadaan Alex disana.

"Gue bayar disekolah ini! Gue beneran sakit!" Balas Alex.

Vera menyabarkan dirinya sendiri. Tidak akan ada gunanya berdebat dengan seorang Alex. Dia akhirnya memperbolehkan Alex ke dalam.

Alex menoleh ke tubuh yang berbaring itu. Dia langsung tahu bahwa itu adalah Ghea. Dia juga tahu jika Ghea hanya berpura-pura tidur karena tangannya menggenggam ponselnya erat.

"Gordennya gak tertutup rapat lagi!" Batin Ghea.

Alex duduk di ranjang tepat didepan Ghea. Dia hanya diam dan menatap Ghea dengan santai.

Sekitar satu jam,Vera menerima panggilan dan hendak keluar.

"Jangan ganggu yang lain!" Ucapnya pada Alex dan pergi.

Sisalah mereka berdua di UKS itu.

Kaki Alex terarah menghampiri Ghea. Gadis itu sudah tertidur sedari tadi.

"Long time no see, baby!”

Dia duduk di sebelah nakas dan menatap  Ghea.

"Nghh! Mommy, lima menit lagi,” gumam Ghea. Sepertinya tidurnya tidak nyaman. Mungkin karena ranjang UKS yang tidak empuk itu.

"Ternyata lo bayi manja," ujar Alex sambil memasang senyum evil-nya.

  "Daddy!" Gumam Ghea lagi sambil menarik tangan Alex yang menyentuh wajahnya.

"Yes baby?"

  Ghea mulai menggeliat. Perlahan-lahan dia membuka matanya.

Dia terperanjat kaget menemui Alex yang menatapnya lekat sambil tersenyum miring. Dia langsung menepis tangan kekar bertato itu.

"Mimpi lo indah?" tanya Alex.

Ghea marah dan diam. Dia duduk membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Ngapain lo?" tanyanya judes.

  Alex menyeringai.

"Lepasin!" Ucap Ghea yang ditarik kembali untuk duduk.

"Ssst!" Alex membelai pipi Ghea dengan lembut.

Tangan Ghea yang menepisnya langsung ditahan.

Ghea terkejut dan takut.

Tangan kanan bertato itu kembali mengelus pipi gadis imut itu dan berhenti di bibirnya.

"Ssst!" Alex meringis karena Ghea menggigit jari jempolnya. Bukannya marah, pria itu justru semakin menyeringai.

"Tai, lo! Anjing!" Umpat Ghea dan langsung pergi.

Alex dalam masalah. Dia sempat menyentuh lidah Ghea yang basah. Semoga saja jalang-jalangnya bisa memuaskannya.

Yang Ghea tahu, Alex adalah cowok brengsek yang suka gonta-ganti pacar. Dia tidak tahu bahwa Alex lebih dari itu. Dunianya benar-benar gelap.

Dia berdiri dan keluar dari UKS kemudian melihat Ghea yang berlari kecil menghampiri Nathan dan Nicho.

"Kirain lo beneran sakit," ucap Nathan.

Ghea menggeleng kemudian meninggalkan mereka.

Tatapan Nicho dan Alex bertemu.

Alex memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan langsung pergi dengan santai.

  "Loli! Tunggu!" Panggil Nathan.

Mereka kini berjalan menuju kantin. Naila dan Leana sudah menunggu Ghea disana.

"Alex gak ganggu lo tadi, ’kan?" Tanya Nathan ditengah makan mereka.

Ghea menggeleng. Dia semakin kepedean dengan perhatian Nathan. Jantungnya terasa berdebar tidak karuan.

"Ngapain dia ganggu gue coba?" tanya Ghea.

  "Ghea, kami ingatin lagi kalo Alex itu brengsek! Dunianya gelap banget!" Jawab Naila.

Ghea mengerutkan keningnya. Kapasitas otaknya memang sedikit.

"Iyah!" Angguk Ghea.

"Yang penting jangan terlibat dengannya. Sebisa mungkin dijauhi, deh!" Tambah Viona.

"Gue ngerti," balas Ghea.

"Otak lo yang kecil mana bisa nampung!" Ejek Nathan.
 



Your Best FriendWhere stories live. Discover now