16. The feels

111 7 0
                                    


Ghea keluar bersama Naila dan Leana.

Mereka melihat kerumunan di depan. Entah apa yang terjadi di depan gerbang sekolah mereka.

"Than, cepetan!" Ucap Ghea kesal

"Iya, dasar gak sabaran," kesal Nathan.

"Yayang Ghea!" Panggil Devan dari kerumunan itu.

"Hah?" Ghea berbalik.

"Owh! Yavan!" Balasnya dan menghampiri Devan meninggalkan teman-temannya.

Mereka semua melongo.

"Kece banget! Ih bodat, lah! Kok bisa Ghea punya pacar seganteng itu?" tanya Naila.

"Halah! Bukan pacarnya, bos kami itu,” ucap Nathan.

"Oh, gitu. Kenalin ke gue dong," ujar Naila.

"Tapi kok manggil gitu?" tanya Leana.

"Uda kebiasaan. Ga ada beda waktu gue manggil dia Loli, atau Nicho manggil dia bayi, dan yang lainnya manggil dia bocil," jelas Nathan sembari memakai helmnya.

"Na, mau gue anterin, gak?" tanya Nathan.

Leana tersenyum dan menggeleng.

"Lo gak mau nawarin gue?" tanya Naila.

"Kalian kan sama-sama 'Na', kenapa gak balas ajakan gue?" kekeh Nathan.

"Wah! Anjing lo!" Kesal Naila.

"Ketularan si Loli mulut lo," ucap Nathan dan menyalakan motornya. Dia membawa motornya dan berhenti di kerumunan itu.

"Loli, ayok!" Ajak Nathan.

"Sama gue aja," ucap Devan.

"Oh, ya udah. Setidaknya kuping gue gak panas siang ini," ujar Nathan dan pergi.

"Wah! Si anjing!" Umpat Ghea.

"Mulut lo, yah.” Devan menegur Ghea

“Maaf, Yavan.” Ghea cengingisan dan naik ke motor Devan.

"Ada urusan apa di sini?" tanya Ghea.

"Ga ada, sengaja mau jemput lo. Ganghan Gank rindu,” jawab Devan.

Ghea tertawa.

"Wah! Gue berpengaruh banget ya? Kalo gitu Lo harus nerima gue jadi anggota ke 199!" Kekehnya.

"Lo kan memang member," ucap Devan.

"Keren banget lo! Gue ngerasa kayak ratu deh,” kekeh Ghea.

"Syaratnya yah, tinggal gigit musuh aja," balas Devan bercanda.

"Lo kira gue anjing? Lo mau gue gigit juga?" kesal Ghea.

Sebenarnya Ghea baru tahu informasi tentang meninggalnya Layla dua tahun lalu. Bukannya dia tidak mencari, namun keberadaan Layla seolah-olah lenyap tanpa adanya jejak.

Sejak pertemuannya dengan Devan, inilah waktu yang Ghea punya untuk berziarah. Bahkan setelah ini dirinya harus kembali untuk les.

"Makasih, Van,” ucap Ghea setalah merapikan rambutnya. Devan kini mengantarkan Ghea dengan selamat di tempat lesnya.

Hatinya kembali tersayat mengingat semua kenangan ditempat les ini.

Dua tahun lalu, adiknya selalu menunggunya. Ghea yang bahkan terkadang pulang ke kota neneknya setia menemani Layla disana.

Ghea tidak lagi les disini karena neneknya yang sekarat. Layla, adiknya selalu menunggu sendirian, hingga akhirnya dia semakin kesepian.

Sayang kedua teman dekat itu tidak mengucapkan salam perpisahan.

"Eh, Yavan. Bengong aja," ucap Ghea.

"Gak, cuman rindu Layla doang," ujarnya.

"Maaf," gumam Ghea.

"Lo mana salah."

"Hehehe! Ya udah, makasih uda mau nganterin tuan putri," ucap Ghea berusaha membuat Devan terhibur.

Devan tersenyum.

"Lo masuk duluan baru gue cabut," ucapnya.

"Iya! Baik, kak!" Ucap Ghea. Dia menghormat dan melakukan kebiasaan Layla.

"Bye Yavan!" Ucap Ghea dan memasuki bangunan klasik bernuansa kerajaan kuno itu.

Devan menatap Ghea yang sudah pergi. Dia mengawasi sekitar, takut-takut jika ada sesuatu yang mencurigakan.

Cukup lama dia bertahan disana, kemudian barulah Devan menyalakan motornya dan pergi ke markasnya.

***

"Bos, lihat ini deh," ucap Bram sembari menunjukkan sesuatu di ponselnya.

"Kenapa?" tanya Devan menatap datar ponsel Bram.

"Ih! Kalo lo biasa aja, gimana gue buat dua balok es ini ketawa juga?" tanya Bram menatap Nicho dan Hans. Dia heran kenapa kucing kayang itu tidak membuat mereka tertawa.

"Loli aman?" tanya Nathan yang baru datang.

"Gue gak nemu dirumahnya. Padahal mau gue ajak kesini, biar rame,” lanjutnya.

"Ghea kan les,” ujar Devan.

"Iya juga." Entah apa yang membuat Nathan tidak fokus. Jelas-jelas dia tahu, dua kali seminggu Ghea akan les musik alih-alih les untuk ujian perguruan tinggi.

 Nathan membuka ponselnya.

My Loli🙀😻

'Than jemput gue dong!'

'Bukannya lo les?'

'Kagak, ngabsen doang.'
'Jangan kasi tau mommy, yah..'

 "Hahaha!" Ketawa Nathan pecah membuat mereka semua menoleh.

"Bayi lo," ucapnya seraya menunjukkan ponselnya pada Nicho.

 Nicho mengulum senyum dan mengalihkan kembali pandangannya.

"Lo senyum Nick? Apaan Than? Gue penasaran juga," ucap Gabriel penasaran.

Nathan menunjukkannya dan panggilan dari Ghea langsung masuk.

"Lo dimana, nyet! Rambut gue uda mutih ni!"

"Baru juga satu menit!" Tandas Nathan.

"Kenapa gak bilang biar ku tungguin, tadi?" tanya Devan ikut mengobrol.

Terdengar suara tawa Ghea dari seberang.

"Yavan, gue minta maaf, yah! Sebenarnya gue yang ngajarin Layla bolos."

Devan menggeleng. Dia seharusnya menduga hal itu.

"Buru lah! Gue lapar. Mana om-om itu ngeliatin gue dari tadi."

Ketujuh pria itu saling menatap. Alarm waspada mereka aktif. Mereka bergegas keluar.

"Kemana bos?" tanya salah satu dari mereka yang diluar.

"Jemput si bocil," jawab Bram.

"Rame amat. Ada masalah ya? Kami ikut," ucapnya.

"Kalian jaga markas aja. Kami bentar doang," ujar Devan.

Your Best FriendWhere stories live. Discover now