17. Freez friend

94 6 0
                                    

Ketujuh motor itu terparkir didepan gadis yang santai memakan permen kapasnya.

"Mau kemana, om? Rame amat,” tanya Ghea polos pada mereka.

"Lo baik-baik aja? Mana tu si hidung belang?" tanya Nathan.

"Hah? Hidung belang? Macan tutul?" Ghea kebingungan.

"Ga ada yang luka kan?" tanya Devan.

"Gue gak papa. Tapi kenapa rame-rame?" tanya Ghea.

"Kita khawatir! Mana omnya?" tanya Bram.

"Oh, om tadi. Nanya alamat doang tadi," jawab Ghea santai.

"Loli! Tai! Lo buat kita semua khawatir, bangke!"

Ghea tertawa. Dia memang orang yang gak sadar diri. Tanpa rasa bersalah, dia malah tertawa sambil memukul-mukul pahanya.

"Aneh lo pada! Ngakak!" Kekehnya.

"Kita serius,” ucap Nicho dingin.

Ghea terdiam.

"Oh, emm ... Maaf, maaf. Gue gak nyangka bakal gini," ucap Ghea.

Terlihat Hans mendengus kesal dan menggeleng.

"Ya uda, kita ke markas aja dulu. Lo mau gue cepuin bolos?" tanya Nathan.

"Jangan," ujar Ghea memohon.

"Lo emang hobi buat keributan," ucap Hans dingin karena merasa kesal.

"Oh... Gue buat keributan, yah? Karena lo fitnah, bakal gue buat kuping lo panas dengan keributan yang mutlak!" Umpat Ghea kesal. Dia menggerutu.

"Ayolah! Hans becanda doang, humornya gak bagus," ucap Gabriel.

"Bayi, lo naik! Gue mau nanya sesuatu,” ucap Nicho.

Semua menoleh pada Nicho. Pria dingin itu terlihat aneh karena perkataannya barusan.

 "Apaan?" tanya Ghea saat motor Nicho mulai melaju.

"Gak, biar lo diam dan kita bisa langsung berangkat."

"Wah! Gila lo!" Kesal Ghea.

Mereka pun tiba di Markas Ganghan Gank.
 
"Bocil," sapa salah satunya. Sudah kali ketiga Ghea kesini. Kehadirannya seolah-olah menggantikan Layla adik bos mereka.

Hans benar. Ghea selalu membuat keributan, itulah yang merubah tempat horor itu menjadi sedikit lebih bercahaya.

"Lo yang bocil,” balas Ghea kesal.

"Gimana bos? Masalah apa tadi?" tanya Tide melerai.

"Gak, dia buat keributan lagi," jawab Bram santai.

"Mulut lo! Sejak kapan gue buat keributan?" tanya Ghea tidak terima.

"Gue laper, deh," ucapnya kemudian.

"Emang pembuat keributan." Hans yang kesal menggeleng dan pergi masuk.

"Kenapa lo gak minta dibeliin makanan tadi?" tanya Revan.

"Si Es, dia gak mau!"

Nicho menoleh dan menggeleng. Ghea tidak meminta sesuatu darinya. Dia pun pergi dan masuk.

"Ya udah, kan tinggal beli," ucap Bram.

"Betul, beli sana! Gue mau yang manis tapi pedes," ucap Ghea dan mengikuti yang lainnya masuk.

"Hah?! Sumpah! Dia lebih gila daripada Layla," gumamnya membuat beberapa anggota lainnya tertawa.

Setelah beberapa saat Bram pun kembali dengan makanan Ghea.

"Makasih, om baik," ucap Ghea sambil tersenyum manis.

"Mau apa lagi?" tanya Bram.

"Cukup. Gak tau nantinya," jawab Ghea membuat geleng-geleng.

Ghea pun langsung makan. Dia bisa mendengar sekilas Devan dan yang lainnya mulai mengobrol.

Gadis itu berlari ke ponselnya yang tercharger.

  “Halo mom, kenapa?"

"GHEAA!!" Terdengar Novita marah dari seberang.

"Sstt! Telinga Ghea sakit, mom," ringisnya.

"Kamu bolos lagi, yah?"

"Ghea gak bolos, kok. Ghea tadi ke tempat les, trus miss nya nyuruh Ghea pulang," bohong Ghea.

Mereka yang disana menggeleng karena kebohongan gadis itu.

"Terus kamu dimana?"

"Sama Nathan," jawab Ghea.

Nathan menoleh. Habislah dia.
Ghea berlari dan memberikan ponselnya pada Nathan.

"Tante, ini Nathan," ucapnya pada Novita.

"Jangan pulang lama, yah. Kamu tau kan, Ghea gampang sakit,” ujar Novita. Dia cukup mempercayai Nathan.

"Iya tante. Nanti Nathan sama Loli balik cepat, kok," ucap Nathan.

"Ya udah, tante percaya!"
Novita mematikan teleponnya.

"Ghea!" Panggil Nathan kesal.

"Nah kan! Mana tu Loli?" kesalnya karena tidak menemukan keberadaan Ghea.

"Tuh! Bantu Bram buat perangkap biawak," balas Revan menunjuk Ghea yang sibuk mengganggu Bram sambil makan.


Your Best FriendWhere stories live. Discover now