13. Ganghan Gank tour

102 9 0
                                    


"Yavan! Lo gak mau ngajak gue tour?" tanya Ghea.

"Gak, kita balek! Gue cuman jemput ini doang!" Ucap Nathan seraya keluar dari sebuah ruangan sambil membawa buku.

"Lo balek sendiri! Nanti Yavan yang ngantar gue. Kalo gak, disini kan banyak orang," ujar Ghea.

Devan tertawa pelan. Suaranya berat, jadi tawanya terdengar sangat menggoda.

"Bos! Gue ngangkat tangan!" Ucap Bram. Sepertinya dia tidak mau lagi dipanggil om.

"Loli, lo jangan buat gue pusing! Nanti gue kena marah kalo gak balek sama lo. Ampuni dosa hamba!"

"Ya udah, tunggu aja!" Ucap Devan.

"Yes!" Ghea terlihat semangat.

"Mulai dari mana dulu nih?" tanya Devan.

"Terserah," ucap Ghea.

"Bos, tu bocil suka ngerepotin," ujar Revan.

"Mata lo bocil!" Umpat Ghea.

"Yavan! Go!" Ajak Ghea.

"Yavan! Yavan! Itu bos Ganghan Gank, bocil!" Bram sepertinya ingin membuat Ghea kesal.

"Yayang Devan!" Ucap Ghea dan merangkul tangan Devan.

Benar! Setiap Devan menjemput Layla, kerumunan anak musik itu pasti menunggunya. Mereka menyebut Devan sebagai Yavan, Yayang Devan.

"Lain kali jangan bawa anak SD itu," Ucap Hans dingin.

Diantara mereka bertujuh, Hans memiliki aura berbeda. Matanya yang tajam seolah-olah haus darah dan ingin membunuh.

Hans dan Nicho memiliki aura yang sebelas dua belas, bedanya Nicho mengenal Ghea dan Hans tidak.

"Lo harus nyoba bicara sama dia. Kalo lo sabar, gue kasih seratus juta," ucap Rehan pada Hans.

Gabriel yang mendengar tertawa pecah. Wajahnya terlihat humble.

Nathan mengikuti Devan yang membawa Ghea untuk melihat-lihat, dia takut Ghea melakukan kekacauan seperti biasanya.

"Welcome to Ganghan Gank," ucap Devan.

Dia membawa Ghea berjalan-jalan didalam markas terlebih dahulu.

"Kalian suka tawuran?" tanya Ghea polos sambil mengamati ruangan dengan tempat penyimpanan benda-benda itu.

"Jangan sampe ngebunuh orang, yah! Dosa," lanjutnya.

"Lo tau tentang terang dan gelap? Dan tentang sesuatu yang harus dibenarkan?" tanya Devan.

Ghea menggeleng.

"Otaknya kecil!" Ucap Nathan sambil mengamati Ghea. Dia bersandar di daun pintu.

Devan terkekeh.

"Ada yang jahat dan ada yang baik. Gue gak bilang kalo Ganghan Gang itu geng suci, tapi ya gak kayak geng sebelah," jelasnya.

"Geng sebelah? Verros Gang?" tanya Ghea.

"Lo tau?" tanya Devan.

Ghea mengangguk.

"Woahh!" Ghea berlari kecil melewati Nathan menuju sebuah ruangan yang dipenuhi buku.

"Lo pada pasti gila," ucap Ghea tidak percaya.

"Gue takut Alex ngincar Ghea," bisik Nathan saat Devan melewatinya juga.

Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nathan. Dia mengangguk mengerti, Alex memang pria brengsek.

"Ini, hmm... sebut aja perpustakaan. Lo harus tahu orang kayak Nicho, Nathan, dan Hans yang nyaranin ini," jelasnya.

"Ngeri banget habis berantem langsung belajar!" Ghea bergumam.

"Lo mau lihat-lihat keluar juga?" tanya Devan dan Ghea langsung mengangguk.

"Siapa bos?" pertanyaan yang sama mulai dari tadi itu diulang lagi saat mereka baru keluar.

"Ghea. Member baru," jawab Ghea santai.

Devan tertawa kecil. Ghea adalah satu-satunya teman Layla saat mereka tidak tahu jika Layla adalah adik Devan.

Nathan menggeleng. Mendengar itu, dia tahu bahwa Ghea tertarik dengan Ganghan Gank.

Ghea tiba-tiba menutup matanya, namun dia mengintip diantara jemari lentiknya.

"Anak geng banyak yang punya tato yah," ucapnya sambil menatap punggung dan perut pria yang sedang latihan itu.

"Gue juga punya," ucap Bram yang baru datang.

"Serius? Dimana? Sama kayak Nicho Es gak?" tanya Ghea melepaskan tangannya.

"Loli! Lo tau tato Nicholas?!" tanya Nathan terkejut karena dia tahu posisi tato Nicho itu.

"Katanya ada. Huruf G, kek lambang itu!" Jawab Ghea sambil menunjuk bendera mereka.

"Lo punya juga?" tanya Ghea pada Devan. Devan menggeleng menjawabnya.

Nathan menjitak kepala Ghea.

"Otak lo ga bole di nodai!" Ucapnya.

Dia menarik tangan Ghea dan membawanya pergi dari sana.

Devan melipat tangannya di dada dan mengikuti mereka masuk kembali.

"Lo bisa datang kapan aja," ucap Devan.

"Bagus! Makasih Yayang Devan," balas Ghea.

Semua pandangan tertuju pada bosnya. Tidak pernah orang luar masuk ke markas mereka, kecuali Layla dulu. Apa Ghea orang yang spesial? Mereka tidak tahu jika Devan menatap sendu Ghea karena merindukan sosok Layla. Manusia ceria yang sebelas duabelas dengan Ghea. Andai saja kecelakaan itu bisa dielakkan, dia tidak masalah jika menggantikan posisi adiknya.

Your Best FriendWhere stories live. Discover now