HEROIN

By ayurespati

1.9M 145K 59.9K

Arsen bertemu kembali dengan Mia, kekasih masa remajanya, setelah sepuluh tahun berpisah. Perpisahan yang tid... More

HEROIN - CANDU
1. The Cold Princess
2. Sepasang Masa Lalu
3. Jaminan Bahagia
4. Endorse Mantan
5. Yang Tertinggal
6. Menelan Kenangan
7. Luka Masa Lalu
8. Cincin Pengikat
9. Selalu Ada Jalan Pulang
10. Dinding 10 Tahun
11. If You Really Care
12. LURUH
13. Merajut Kenang dan Harap
14. Back to You
15. End The Day with You
16. The Kiss
17. Rasa Mendua
18. Tak Bersekat
19. Own You
20. DUA SISI
21. Mencinta
22. Bukan Ramayana
23. Enganged
24. Just Him
25. Consequences
26. Badai
27. Bersama
28. HEROIN
29. Melawan Dunia
30. Best Friend's rule
31. LABELING
32. Terungkap
33. Deal with Problems
34. Asing
35. The Guardian
36. Guardian Angel (2)
37. It is Decided
38. Transisi
40. Jauh
41. Ujung Tanduk
42. Mendarah
43. Where's Your Prince?
44. Pemeran Utama
45. Something Between Us
46. Benteng Hati
47. Harap
48. Terombang - Ambing
49. Comeback
50. We aren't we
51. Jodoh?
52. Mutual Feeling
53. What is Love?
54. LOVE YOURSELF (END)
SPIN OFF HEROIN
Extra Part Heroin x Antidote

39. Not a Cinderella

23.2K 2.1K 366
By ayurespati

Mia mencelupkan kakinya ke dalam bath yang dipenuhi kelopak bunga mawar, mengambang di permukaan airnya. Dari jendela kamar mandi spa itu, Mia bisa melihat bundaran HI dikelilingi gemerlap lampu kendaraan dan gedung-gedung sekitarnya. Perlahan, Mia membenamkan tubuhnya ke dalam bath usai menyelesaikan sesi aromatic massage dari paket spa spesial yang dipesan Arsen untuk dirinya.

Saat mengajaknya berangkat ke sini menjelang senja tadi, Arsen melarangnya untuk berdandan dan membawa gaun atau semacamnya.

"Kamu bakal dress up di sana, Sayang. Aku udah siapin ibu peri buat kamu. You'll be my Cinderella tonight," kata Arsen. Tangannya menangkup wajah Mia gemas.

Saat itu, Mia masih menatapnya ragu. Yang benar saja, ia jalan ke hotel bintang lima dengan celana jeans, tank top, dan cardigan H&M kasual?

Arsen menatapnya lekat, embusan napasnya terasa hangat di hidung Mia. "Aku tau kamu selalu cantik, tanpa MUA sekalipun. Tapi, bukannya perempuan suka kalo mereka tampil sempurna dan diperlakukan kayak puteri? So I'll do my part and you'll do yours by enjoying every single step, okay?"

Arsen tersenyum sebelum membenamkan bibirnya ke kening Mia. Maka, berakhirlah Mia di sini. Menghirup aroma mawar dan membasuh dirinya dari olesan-olesan lulur dan minyak spa yang membuat tubuhnya lengket.

Begitu selesai membersihkan diri, MUA terlatih menyambutnya dengan sapuan-sapuan make up natural. Nasib yang sama juga terjadi pada rambut dan kukunya. Selama proses itu berlangsung, jantungnya bertalu-talu tak sabar ingin melihat hasil akhir dari sihir pasukan peri dalam dongeng semalamnya ini. Setitik kecemasan terbersit pula di benaknya. Bagaimana reaksi Arsen? Apakah kekasihnya itu bakal menyukainya? Ah, Mia tidak sabar!

Sebuah gaun malam berwarna blush pink dengan taburan kerlip serupa permata di bagian dada dan punggung yang diselimuti kain transparan tipis, menyambutnya. Mia menangkupkan kedua tangan ke mulutnya, saking terpananya. Begitu dikenakan, gaun itu melekat sempurna mengikuti setiap lekuk tubuh Mia, seolah diciptakan khusus untuknya. Kesan anggun dan seksi yang keluar bahkan membuat asisten MUA hampir menangis saking takjubnya.

"Ini tuh persis yang ada di impian semua cewek. Kapan aku punya pacar yang bisa giniin aku?" desah si asisten itu iri.

Mia tersenyum tipis. Lalu, sepasang sepatu Jimmy Choo edisi Cinderella melengkapi keajaiban pasukan peri malam itu.

Seperti Cinderella yang diantar kereta labu ke istana pangeran, Mia didampingi oleh pelayan hotel menuju tempat pangerannya menunggu.

Arsen benar-benar mengatur semuanya dengan sempurna. Wanita mana pun akan terkesan dengan skenario macam ini.

Di depan pondok yang sudah dihiasi dengan pita dan lampu-lampu, bertempat di atap hotel bintang lima kota metropolitan itu, Arsen berdiri di sana.

Diiringi Make You Feel My Love dari Adele yang dibawakan dengan irama jazz, Arsen berjalan mendekatinya. Lelaki itu mengenakan tuksedo gelap menawan. Mia belum bisa menangkap senyum Arsen, karena jarak mereka belum terlalu dekat. Hingga beberapa jarak terlewati, langkah Arsen semakin cepat.

Senyum sudah terpatri di bibir Mia ketika Arsen menghampirinya. Saat itulah Mia menyadari sesuatu. Berbeda dengan yang dibayangkan Mia beberapa menit lalu, bukan senyuman yang tersemat di wajah Arsen sekarang. Melainkan raut tegang dan gurat kecemasan.

"Kita harus pulang sekarang." Arsen menggamit tangan Mia. Membuatnya mengikuti langkah panjang pria itu.

Apa ini? Inikah kisah Cinderella yang dimaksud Arsen? Ia bahkan belum sempat berdansa dengan pangeran. Dan yang benar saja, ini baru pukul delapan lewat!

"Sen, ada apa?" tanya Mia di sela-sela usahanya untuk menyamai langkah Arsen yang terburu-buru.

"What a perfect timing!" Arsen mengumpat ketika pintu lift yang hendak dikejarnya malah menutup. Ia segera berpindah ke lift satunya. Jarinya menekan tombol dengan tidak sabar.

Begitu pintu terbuka, Arsen segera menyeret Mia masuk ke dalam. Tak lupa dengan cepat, tangannya menyentuh tombol menuju lantai dasar.

Napas keduanya terengah. Mia menoleh, melihat bulir keringat di kening Arsen. Ia meremat jemari Arsen yang menggenggam tangannya. "Arsen, ada apa? Kenapa kita pulang?"

Arsen menatap Mia, wanitanya itu tampak jelita malam ini. Hatinya seperti diremas-remas mendapati fakta ia telah merenggut senyum dari wajah itu karena peristiwa terkutuk malam ini.

"Ada rapat luar biasa di kantor. Papa didepak dari daftar direksi Arthayu," ujar Arsen dengan intonasi berantakan. "Well, itu perusahaan lama yang nyaris bangkrut. Papa juga nggak berharap banyak dari sana. Tapi bagaimana pun, ini nggak fair. Apalagi masalahnya karena aku ada isu sama Moza. Ayahnya Moza batal kasih dukungan di rapat dan malah rekomendasi orang lain."

Mia kehilangan kata-kata. Dadanya mendadak nyeri.

"Maafin aku. Tapi aku nggak mungkin di sini, sementara harga diri keluarga aku diinjak-injak. Apalagi aku udah susah payah bikin perusahaan itu jadi hidup lagi," ucap Arsen.

Mia mengangguk lemah. Tangannya mempererat tautan jemarinya dan Arsen. Antara mencoba mengalirkan kekuatan pada kekasihnya itu, juga menopang dirinya sendiri yang rasanya ingin ambruk. Semua mantra peri seketika menguap dalam satu kutukan.

****

Mia terbangun dari tidurnya dengan mata sembap. Matanya yang mencoba beradaptasi dengan cahaya, menyapu sekeliling kamar. Pandangannya tertambat pada gaun yang tergantung di depan lemari pakaian. Di bawahnya, bertengger sepasang sepatu menyilaukan bak sepatu kaca Cinderella.

Mia mengusap wajahnya yang kini polos tanpa polesan apapun. Semalam, dengan berat hati ia menghapus riasannya. Saat itu, matanya mendadak memanas. Tangisnya tak tertahan lagi setelah tinggal ia sendiri dalam unit apartemen Arsen.

"Aku mau approach beberapa orang, semoga masih ada yang di pihak Papa,"  kata Arsen semalam, kemudian bergegas pergi tanpa sempat berganti baju.

Kini, yang tersisa dari semalam hanyalah nail art hasil manicure pedicure, dan campuran wangi shampoo juga aroma lulur hasil perawatan semalam. Semuanya sia-sia. Arsen bahkan belum sempat mengamati dan mengomemtari penampilannya. Dan pagi ini, kekasihnya itu bahkan belum kembali.

Mia mengecek ponselnya, mencoba memeriksa kalau-kalau Arsen mengabarinya sesuatu. Namun, nihil.

Rasa khawatir pun menderanya.

*****

Arsen mengerjapkan matanya, badannya terasa pegal-pegal. Rupanya ia tertidur beberapa jam di sofa kantor papanya.

Samar-samar, ia mengingat bagaimana ia berakhir di tempat ini. Bagaimana agendanya dikacaukan oleh peristiwa tak terduga semalam. Arsen melirik jasnya yang tersampir di lengan sofa. Pandangannya tertumbuk pada saku jas itu.

Kotak bludru warna hitam itu masih di sana. Menyimpan cincin solitaire yang ia pesan khusus, untuk melamar Mia semalam.

Shit! Rasanya ia ingin meremukkan sesuatu ketika sampai sekarang, ia belum bisa mengenyahkan bayangan raut kecewa Mia.

Semalam, ketika hendak membuka pintu apartemennya untuk keluar, Arsen menyadari mata Mia yang berkaca-kaca. Ia pun meraih wajah kekasihnya itu untuk memberikan ciuman singkat. Mengecap rasa lemon cherry dari lipgloss Mia. Damn... ia ingin sekali tinggal dan menghabiskan malamnya dengan Mia seandainya bisa.

"I love you," ucap Arsen setelah melepaskan tautan bibir mereka, yang Arsen tahu akan menguncinya di sana jika ia membiarkan dirinya hanyut menikmati rasa itu lebih lama.

Pagi ini, cahaya matahari masuk ruangan melalui celah tirai horizontal blind yang terpasang di jendela. Arsen menegakkan tubuhnya untuk meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Hendak menghubungi kekasihnya. Menanyakan apakah Mia tidur nyenyak, meminta maaf, juga mengabari keadaannya di sini. Sial! Dia bahkan belum bilang apa-apa soal penampilan Mia yang memukau semalam. Kalimat pamungkas "You're beautiful" jelas diharapkan semua wanita setelah berjam-jam menjalani perawatan.

Arsen baru membuka kolom pesannya dengan Mia, ketika Aldy, salah seorang kepercayaan ia dan papanya di perusahaan, mencolek lengannya.

"Susah, Mas. Nggak ada yang open. Mereka pada nggak mau kasih suara karena ayahnya Mbak Moza juga nggak kasih dukungan ke Pak Erass."

Arsen mengusap wajahnya yang kusut.

"Kecuali Mas Arsen ngebujuk ayahnya Mbak Moza. Dengan memperbaiki hubungan mungkin?"

Ide itu ibarat tamparan bagi Arsen. Sebenarnya apa nilai dirinya selain menjadi pihak yang terkait dengan Moza dan ayahnya? Ia meremat tangannya.

Tidak. Ia tidak akan membuat dirinya semakin rendah. Apalagi jika harus meneruskan ikatan dengan Moza yang hanya berlandaskan bisnis, yang berbuntut terhadap hubungannya dengan Mia yang tinggal selangkah lagi.

-------------------------------to be continued

Continue Reading

You'll Also Like

929K 43.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
UNTITLED By 🍓

Short Story

152K 13.7K 169
Sebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi...
89.8K 10.2K 41
Berisi momen-momen manis pasangan Dana dan Mora.
244K 17.3K 38
Sebelum meresmikan hubungan pacaran, sepasang anak manusia sudah mengetahui perasaan satu sama lain. Saling mencintai, saling menyayangi, saling meng...