Fortunately

By CaptainBeaver

225K 11.5K 207

Hera merupakan salah satu mahasiswi dari Dosen yang bernama Leo yang memiliki sebuah usaha konseling bahasa... More

LEO [1]
HERA [2]
LEO [3]
HERA [4]
LEO [5]
HERA [6]
LEO [7]
HERA [8]
LEO [9]
LEO [11]
HERA [12]
LEO [13]
HERA [14]
LEO [15]
HERA [16]
LEO [17]
HERA [18]
LEO [19]
HERA [20]
LEO [21]
HERA [22]
LEO [23]
HERA [24]
LEO [25]
HERA [26]
LEO [27]
HERA [28]
LEO [29]
HERA [30]
LEO [31]
HERA [32]
LEO [33]

HERA [10]

6.3K 372 4
By CaptainBeaver

Kenapa sudah malam lagi sih? Kalau malam-malam sebelum kemarin sih aku senang-senang aja, karena malam bisa mengantarkanku untuk tidur nyenyak. Lah sekarang? Boro-boro nyenyak, mikir mau tidur di mana aja aku pusing. Sudah jelas aku gak mau tidur satu kasur dengan Pak Leo. Rasanya asing dan aneh gitu aja. Pokoknya aku gak mau! Tapi kalau harus tidur di lantai setiap hari, bisa-bisa badanku habis termakan dinginnya lantai. Ya Allah.... Aku harus bagaimana ini?

Besok aku kabur aja deh, menghilang di telan bumi kalau bisa. Eh tapi, kalau aku kabur lagi, nanti aku akan berujung konyol seperti waktu aku kabur untuk menghindar dari rencana aneh ini. Entah kenapa, aku bukan orang yang ahli dalam masalah kabur-kaburan dari hal apapun. Aku tidak tahan untuk sendiri di tempat yang ada di luar sana yang tidak aku ketahui daerahnya. Sedih banget aku. Sebenarnya gak baik sih kabur-kabur kayak begitu, tapi kan kalau dalam keadaan begini kan ada gunanya.

"Hera sayang? Kok belum tidur?" Suara lembut Tante Nat mengagetkanku. Melihat responku yang terkejut ia tersenyum tipis. "Maaf kalau Mama ngagetin."

"Hehe gak apa kok Tan... eh Mah." Lagi-lagi aku memanggilnya dengan panggilan Tante. Kalau anaknya sebaik dan seramah Tante Nat, gak akan sulit buat aku jatuh cinta sama dia kan? Udah ganteng dan mapan gitu. Eh apasih aku ngomongnya.

"Kok kamu belum tidur sayang? Ini sudah jam sepuluh malam." Kata Tante, mungkin aku harus membiasakan memanggilnya dengan Mama Nat.

Aku menggeleng, padahal bukan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mama Nat. "Ng, aku mau nonton film dulu Ma." Akhirnya aku menjawab dengan asal.

"Di kamar Leo ada tv, kamu nonton di sana aja ya. Mama takut kalau liat kamu sendirian malam-malam begini, walaupun di depan ada Pak satpam tetap aja Mama khawatir." Ujarnya bersikukuh.

Aduh Mama, seandainya bukan gara-gara anakmu, aku juga akan tidur dari tadi. Jujur saja aku memang sudah mengantuk. Tapi aku bingung, aku sudah jelaskan alasanku sebelumnya tadi. Bahkan aku berharap, aku akan ketiduran di sofa, jadi tidak perlu mengatakan kebohongan dan aku bisa tetap tertidur.

"Kamu ke atas aja ya? Kalau kamu masih mau nonton seenggaknya di sebelah kamu ada Leo, jadi Mama gak khawatir, atau mau Mama temani?"

Aku langsung menggeleng cepat. Aku bukan tipe mantu kurang ajar yang akan membiarkan wanita seperti Mama tidur di sofa, jelas tidak akan membuatnya nyaman.

"Gak usah Ma, Mama tidur aja. Aku ke atas deh." Aku mengalah. Daripada Mama tidak kunjung tidur, lebih baik aku mengalah. Kumatikan televisi lalu mengantar Mama ke dalam kamarnya. Setelah mengucapkan selamat malam, aku beranjak naik ke atas dengan malas.

Ku buka pintu kamar Pak Leo dan mendapati bahwa ia sudah tidur. Dasar suami gak tahu diri, istrinya belum tidur malah sudah ditinggal. Huh menyebalkan.

Dengan perlahan aku mengendap masuk, berhenti ketika sudah berada di dekat tempat tidur berukuran besar itu. Ya ampun, sekarang aku harus tidur dimana? Aku menghela napas berat. Memandangi sosok Pak Leo yang tetap lelap dalam tidurnya. Aku melihat sebuah kain mirip selimut hanya lebih tipis di ujung tempat tidur. Apa Pak Leo menyiapkannya untukku? Berarti aku memang disuruhnya untuk tidur di lantai lagi? Uh! Kok dia nyebelin sih?! Males, males, males!

Hampir saja aku mencakar sampai habis tubuh Pak Leo, kalau tidak teringat bahwa ini sudah sangat larut. Besok aku harus kuliah dan tidak boleh bangun kesiangan. Lebih baik aku segera tidur. Mau tak mau aku mengambil kain yang ada di ujung tempat tidur dan membentangkannya di lantai. Mengambil sebuah bantal. Entah kenapa, tiba-tiba Pak Leo bergerak, dan matanya terbuka membuatku terkejut bukan main.

"Jangan tidur di lantai lagi. Saya gak mau repot-repot mindahin kamu lagi ke atas kasur. Cepat naik ke atas kasur!"

Setelah berkata seperti itu ia kembali terpejam dan membalikkan tubuhnya ke arah semula.

- - - - - - - - - -

Ada wangi yang pernah aku rasakan yang tercium masuk ke hidungku. Tapi ini wangi apa? Sedikit asing walaupun aku pernah merasakannya. Aku menggeliat pelan, apa ini wangi dari guling yang aku peluk ini? Ya mungkin saja, ini kan kamar Pak Leo, sudah pasti dominasi wanginya adalah wangi Pak Leo. Aku belum membuka mata, cukup berat untuk aku membukanya. Aku mendekatkan wajahku ke permukaan guling ini, menghirup wanginya dalam-dalam. Ternyata wangi dia tidak seburuk sifatnya. Selagi aku menghirup aroma yang ada di guling, sesuatu terasa sedang membelai punggungku dengan pelan. Secara perlahan belaian itu membuat kesadaranku terkumpul dan kini aku sanggup membuka mata. Aku sangat sangat terkejut, ketika aku membuka mata, aku sadar bahwa yang sekarang sedang aku peluk bukanlah guling, melainkan pemilik guling ini!

"Kyaaaaa!" Reflek aku berteriak lalu mendorong Pak Leo sampai jatuh terjerembap ke lantai. Dengan segera aku langsung memeluk guling yang sebenarnya sambil menatap Pak Leo dengan was-was.

Ia yang tadi masih tertidur jadi terbangun karena tubuhnya yang tiba-tiba mendarat di atas lantai, oh jangan lupa, ia terbangun juga pasti karena mendengar jeritanku.

"Kamu ngapain sih Ra? Sakit tau!" Keluhnya beranjak berdiri. Ia menepuk-nepuk celana boxernya dan kembali duduk di atas kasur sambil menatapku tajam.

"Bapak ngapain ngelus-ngelus punggung saya?!" Tanyaku. Ia menyerngitkan kening, heran mendengar pertanyaanku. "Bapak juga ngapain peluk-peluk saya?!!!" Tanyaku lagi masih dengan suara histeris.

"Apaan sih? Siapa yang ngelus punggung kamu, siapa juga yang peluk-peluk kamu?" Ia mengulang pertanyaanku.

"Bapak!" Jawabku langsung.

Ia berdecak. "Jangan fitnah-fitnah saya, paling kamu yang peluk saya duluan." Katanya datar.

Aku terdiam, apa benar? Ah tapi walaupun memang aku yang memeluknya, aku tidak mau disalahkan dong!

"Ya walaupun saya peluk Bapak, kenapa juga Bapak balas peluk? Udah gitu ngelus-ngelus punggung saya." Balasku tak terima.

"Kalaupun saya juga yang meluk kamu duluan, kenapa juga kamu balas peluk saya?"

Aku terdiam. Skak mat. Dasar manusia terngeselin sepanjang hidupku!!

"Heraaa, Leooo. Ada apa, kok Mama dengar ada teriakan?" tiba-tiba suara Mama terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar.

"Ya ampun kalian kenapa?" Tanya Mama lagi, melihat aku sedang memeluk guling dan Pak Leo yang duduk menghadapku.

"Ah enggak itu Ma, tadi ada kayak kecoa gitu di badan Leo. Gak tau darimana, Hera jadi geli sama aku makanya dia ngejerit waktu mau aku deketin dan bilang kalau kecoanya udah gak ada." Jelas Pak Leo. Sumpah ya, dia ngawur banget.

"Kecoa?" Mama menyerngit bingung. Pak Leo mengangguk. "Benar-benar bukan karena yang lain kan?" Mama kembali memastikan. Lagi-lagi Pak Leo mengangguk, alhasil aku ikut mengangguk untuk memperkuat kepercayaan Mama atas alasan yang diberikan Pak Leo tadi.

"Ya sudah, Mama ke bawah dulu. Kalian sebelum berangkat jangan lupa sarapan." Akhirnya Mama menutup pintu. Membuat masing-masing dari kami menghembus napas lega.

"Sudahlah, saya mau mandi dulu." Ia beranjak bangun lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan debaman pintu yang agak kencang.

Aduh, aku jadi cewek bar-bar banget ya? Jangan sampai Pak Leo marah. Soalnya setau aku, orang yang seperti dia -tipe agak pendiam dan terlalu jaim- ini kalau sudah marah, galaknya melebihi segalanya.

Aku mengambil posisi duduk di pinggir kasur. Sepertinya aku harus sedikit melembut untuk pagi ini, kalau tidak sepertinya hidupku akan terancam selamanya. Atau nanti bahkan aku jadi janda muda. Hueee, gak mau, walaupun aku gak suka dengan pernikahan ini, tapi keinginanku untuk tidak mau jadi janda muda lebih menonjol. Siapa juga yang mau jadi janda? Gak deh.

Mataku menelusuri seluruh ruang kamar ini. Melihat apa yang harus aku lakukan agar Pak Leo sedikit merasa enak. Mataku berhenti tepat pada lemari berwarna cokelat tua di dalam kamar ini. Aku segera melangkahkan kaki menuju lemari itu. Membukanya dan mengamati apa yang ada di dalamnya.

Aku mengambil kemeja berwarna cokelat, walaupun ini hari yang cerah, tapi aku sepertinya suka melihatnya memakai kemeja berwarna cokelat ini. Jadi teringat ketika ia memakai kemeja cokelat ini sewaktu datang bersama Mama untuk resmi meminangku sebagai istrinya. Hei, aku memang mengatakan kalau dia tampan, yah aku akui itu sejak terlibat dengannya, tapi tentu saja aku tidak mau mengatakan hal itu kepadanya. Bisa jatuh harga diriku diinjak-injak olehnya.

Begitu selesai menyiapkan pakaian kerja untuk Pak Leo, aku keluar untuk membantu Mama. Mungkin dia butuh bantuan untuk menyiapkan sarapan.

- - - - - -

"Ma, ada yang perlu Hera bantu?" Aku mendekati Mama yang sedang sibuk menata piring untuk sarapan pagi.

"Tolong buatkan susu untuk Leo ya Ra, itu susunya ada di toples di dalam kulkas. Susu bubuk coklat." Jawab Mama.

Tanpa bertanya lagi, aku bergegas ke arah kulkas dan mengambil toples kotak yang berisi susu bubuk cokelat. Ternyata dia masih minum susu, padahal sudah tua seperti itu. Aku menuangkan air panas yang sepertinya sudah sempat Mama masak tadi, mencampurkannya dengan susu bubuk cokelat itu. Menambahnya dengan sedikit air biasa agar tidak terlalu panas.

Aku menuangkan air mineral ke dalam gelas. Ah mungkin menyeduhkan teh untuk Mama juga boleh. Kulihat tadi Mama hanya menata piring makanan bukan gelas minuman. Setelah selesai membuat teh, aku membawa ketiga gelas itu ke ruang makan. Di sana sudah duduk Pak Leo yang dengan gagahnya -oke ini memang benar- memakai kemeja cokelat yang aku siapkan tadi. Aku menata susu, teh dan air putih di masing-masing tempat yang Pak Leo, Mama dan aku duduki.

"Makasih Hera sayang." Kata Mama. Sementara orang itu hanya diam sambil meneruskan kegiatan sarapannya.

"Hera gak bareng sama Leo?" Tanya Mama kemudian, setelah terjadi keheningan beberapa saat di meja makan.

"Leo gak bisa antar dia ke kampus Ma, hari ini Leo ke LC. Ada urusan penting yang harus diselesaikan." Ucapnya sebelum aku menjawab pertanyaan Mama.

"Masih saja lebih penting pekerjaan daripada istrimu." Mama terlihat tidak senang dengan jawaban dari Pak Leo.

Dalam hati aku mengiyakan. Kasihan sekali yang menjadi istrinya Pak Leo. Di nomor duakan oleh pekerjaan. Eh tunggu, kan aku ya istrinya dia?!

"Kalau hari ini Leo ke kampus juga akan Leo antarkan Ma, lagipula Hera berangkat masih lebih siang daripada Leo," jelas Pak Leo. Tanpa aku sadari ia sudah menghabiskan sarapannya, tentunya segelas susu cokelat yang aku buatkan ditenggak habis olehnya. Sambil merapikan dasinya ia beranjak berdiri, mengambil jas dan menentengnya di tangan.

"Nanti Leo akan bilang Pak Reno untuk antar dia ke kampus. Sudah dulu ya Ma, Leo berangkat." Ucapnya sekaligus pamit kepada Mama. Ia mencium punggung tangan Mama dengan khidmat. Jarang sekali aku melihat anak laki-laki yang sudah lumayan berumur menyayangi Mamanya sepenuh hati seperti ini. Walaupun dirinya agak disibukkan oleh pekerjaan.

"Aku berangkat dulu." Tanpa sadarku Pak Leo sudah berdiri sambil menyodorkan punggung tangannya. Dengan ragu-ragu aku menariknya dan mencium punggung tangannya. Aku kira hanya sampai situ saja, tapi tanpa diduga ia meraih kepalaku dan mencium puncaknya. Lalu dengan santainya ia melenggang pergi bersama jas dan tas kerjanya.

- - - - - - - - -

Halooo, gak mau terlalu banyak cuap di sini. Cuma mau ngasih tau, mungkin saya akan ngepost sekali atau dua kali lagi, atau bahkan enggak sama sekali sampai akhir liburan nanti. Yah doakan saja semoga idenya lancar-lancar aja. Terima kasih kepada yang sudah vote kisah Leo dan Hera ya *bungkuk-bungkuk*.

Oh ya kalau ada kesempatan boleh kok tengok-tengok di cerita saya judulnya "You & I" masih satu part sih, tapi gak apa lah kali aja ada yang minat mampir dan ngevote. ehehehe. Jangan lupa juga mampir di "Ini Kisah Kami" sudah selesai lho itu haha.

Ya sudah, sekian dan terima kasih :D

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 141K 36
[KAMPUS SERIES | 1] Bagaimana jika dua orang yang tidak saling kenal harus menikah? Bukan karena perjodohan apalagi tragedi hamil duluan. Ada suatu k...
16 1 1
Sekedar cerita pendek mereka si tampan Jungkook dan si manis Yerim Manis paitnya kisah mereka mungkin masuk kedakam cerita ini Jika kalian penasaran...
4.7K 724 7
DISASTER COMESSY: Disaster comedy-messy ••• Jungkir balik Asha, mengejar Awan dan S.T. ••• ***** Benar katanya setelah masuk kuliah kehidupan kita ak...
4.6K 472 15
Berawal dari kesalahpahaman di sebuah toko DVD, Airin harus berhadapan dengan Boss yang rewel dan sering mengganggunya. William, laki-laki yang bias...