Fortunately

By CaptainBeaver

225K 11.5K 207

Hera merupakan salah satu mahasiswi dari Dosen yang bernama Leo yang memiliki sebuah usaha konseling bahasa... More

LEO [1]
HERA [2]
LEO [3]
HERA [4]
LEO [5]
HERA [6]
LEO [7]
HERA [8]
HERA [10]
LEO [11]
HERA [12]
LEO [13]
HERA [14]
LEO [15]
HERA [16]
LEO [17]
HERA [18]
LEO [19]
HERA [20]
LEO [21]
HERA [22]
LEO [23]
HERA [24]
LEO [25]
HERA [26]
LEO [27]
HERA [28]
LEO [29]
HERA [30]
LEO [31]
HERA [32]
LEO [33]

LEO [9]

6.5K 409 2
By CaptainBeaver

Jangan jadi silent reader ya guys! Semoga cerita ini tidak mengecewakan. Check this out :)

- - - - - - - - -

Aku memarkirkan mobil di garasi rumah Mama. Ya, aku sudah sampai di sini setelah berangkat dari hotel pada pukul 11 siang. Aku sampai di waktu yang sangat tepat apabila disebut jam makan siang. Sosok Mama kemudian muncul, sepertinya ia mendengar suara deru mobilku. Mama tersenyum dengan bahagia menyambut kedatangan kami, aku terkejut, oh tentu bukan terkejut karena melihat Mama tersenyum, tapi aku terkejut karena melihat sosok Oldy dan Lyn yang berdiri mengapit Mama.

Aku turun dari mobil sambil sebelumnya meraih ransel yang aku letakkan di jok belakang. Memutari sisi mobil dan membukakan pintu jok penumpang depan. Aku harus melakukan hal yang selayaknya seorang suami istri yang baik di hadapan Mama. Kalau tidak? Silahkan kalian pikirkan sendiri hukuman apa yang akan aku terima nanti.

"Selama Mama ada di sekitar kita, ikuti apa yang saya lakukan." Ucapku dengan intonasi sedatar mungkin. Merasa tidak ada interupsi darinya, aku meraih tangannya dan menggenggamnya dalam tanganku.

"Selamat datang anak-anak Mama." Sambut Mama hangat. Aku melepas genggamanku dari tangan Hera untuk menyalami Mama, gadis ini pun ikut menyalami Mama.

"Gimana Ra? Kamu senang?" Kali ini Mama bertanya kepada Hera.

"Senang Tan..." Jawab Hera yang mendapat decakan dari Mama.

"Kok malah Tante sih sayang? Biasakan panggil Mama, oke?" Omel Mama dengan lembut.

Hera mengangguk sambil mengulaskan senyum tipis. "Oke Tan... eh Mama Nat."

"Bagus." Angguk Mama ikut tersenyum.

"Tante! Mentang-mentang anak mantunya udah datang kita dilupain ih." Seru Lyn pura-pura ngambek.

Oh ya, Lyn ini adalah manager dari sahabatku si pianis gila eh maksudnya pianis profesional, Oldy. Asal kalian tau, Oldy sangat mencintai gadis yang sudah memiliki kekasih ini.

"Aih sayang enggak kok, masa ngambek sih?" Mama berkata kepada Lyn.

"Mereka berdua kok di sini Ma?" Tanyaku.

"Gak suka aja lo Yo!" Oldy bersungut-sungut.

"Lagian bukannya kalian berdua sibuk? Resital Oldy kan empat bulan dari sekarang." Aku menjawab dengan apa adanya.

"Mereka mah anak-anak yang baik Yo. Mau meluangkan waktu untuk Mama. Padahal mereka Mama culik mendadak semalam." Sahut Mama dengan nada menyindir.

"Kok Mama gak bilang Leo? Kan kalau begitu Leo langsung pulang ke rumah aja." Protesku.

"Kamu sudah naik ke atas duluan. Ya jadi Mama gak kasih tau. Lagipula Mama kan gak mau ganggu waktu kalian berdua." Mama sekarang jadi senyum-senyum sendiri.

Aku menghela napas. "Ya sudahlah, ayo kita masuk, jangan cuma berdiri di depan teras."

- - - - - - - -

"Ra kamu harus tahan-tahan ya sama Leo. Tiga sahabat ini tuh gak ada yang normal! Leo gila kerja, tapi untung aja dia menikah sama kamu, aku kira dulu dia akan menikah dengan pekerjaannya. Sementara Eros playboy yang lama-lama lapuk. Oldy, hah dia cuma cinta sama musiknya, sama seperti Leo, aku pikir dia akan menikah dengan musik dan mempunyai anak berupa not-not balok." Ocehan Lyn memenuhi kegiatan makan siang kali ini. Gadis ini sudah berumur 22 tahun tapi tingkahnya itu tetap seperti anak kecil.

Oldy tersedak, ia terbatuk-batuk. Lyn berhenti berbicara dan sibuk memberikan air kepada Oldy.

"Kak Lyn," panggil Hera. Membuat Lyn, Oldy, aku dan Mama menoleh ke arahnya.

"Kalian berdua pacaran ya?" tanya Hera yang langsung membuat Lyn melongo dan Oldy kembali terbatuk.

Aku baru ingat, aku baru memperkenalkan Oldy dan Lyn kepada Hera hanya sebatas nama, umur, dan pekerjaan. Tapi tidak penting juga untuk satu gadis ingusan itu mengetahui kisah Oldy dan Lyn.

"Bukan sayang, mereka bukan sepasang kekasih. Padahal Mama mau lihat mereka berdua menikah." Sahut Mama menjawab pertanyaan Hera.

"Oh my God! Tante Natalie! Aku punya Rafaell, lagipula aku dan Oldy sudah bersahabat dari SMA. " Balas Lyn tak terima.

"Ada masalah memang kalau Oldy teman SMA kamu Lyn?" Pancingku membuat Oldy menatapku dengan galak. Aku membalas tatapan itu dengan gerakan tawa di bibir.

"Udah-udah, pikiranku belum sampai ke pernikahan, resital lebih penting. Sudah-sudah."

Ucapan Oldy membuat Mama tertawa dan begitupun aku. Sementara Lyn menggerutu dan Hera hanya diam tanpa mengerti apa-apa. Dasar anak itu.

- - - - - - - -

 "Gimana? Udah bahagia?" suara Oldy terdengar bersama dengan munculnya Oldy di ruang tv. Ia duduk di sampingku yang sedang menonton acara televisi. Berhubung Mama, Lyn dan Hera sedang di dapur, ini waktunya aku kembali bercerita kepada Oldy.

"Biasa." Jawabku sekenanya. Jangan memulai pembicaraan dengan nada seperti orang mau curhat. Itu prinsipku kalau mau curhat.

"Yah gue ngerti sih secara namanya ya semacam menikah dengan paksa. Gak ada rasa cinta kan?"

"Iyalah, kenal sama dia aja baru. Kalau dia enggak nabrak gue waktu itu, gue juga gak pernah tau dia."

"Tapi coba jalanin aja lah sob, gue liat Hera baik kok. Gak parah-parah amat, cuma perbedaan umur aja."

"Justru perbedaan umur itu yang gue permasalahkan. Cita-cita gue menikah dengan wanita yang sedikit lebih muda dari gue. Bukan yang muda banget."

"Mungkin aja karma gara-gara lo mikirin pekerjaan mulu, atau bisa jadi petunjuk buat bikin lo enggak terlalu gila sama pekerjaan lagi," ucap Oldy yang aku pikir sok bijak. "Lagipula ya, gue kasian dengar curhatan Nyokap lo sama Lyn. Lo gila banget sama pekerjaan, dia takut lo sakit karena sering lupa makan. Lo tau sendiri kan Nyokap lo suka nungguin kalau lo pulang larut. Nyokap lo khawatir banget sama kehidupan lo yang ngenes banget, makanya selama ini dia ngejodohin lo. Tapi lo cuek-cuek aja. Kebetulan lo salah ngomong waktu itu jadilah begini."

Aku mendengus kesal mendengar perkataan Ody, ada benarnya juga sih omongannya dia.

"Gak usah ngomong ngenes apa, kayak cinta lo sama Lyn gak ngenes aja!" Balasku tak terima dengan satu kata itu.

"Ya emang bener yang gue sama Eros liat juga gitu, lo tuh kurang kasih sayang sob!"

"Sok tau lo!" Semburku semakin jengkel dengan pernyataan demi pernyataan dari Ody.

- - - - - - - - -

"Taraaaaaaaaaaaaaa! Para laki-laki ganteng ini makan dulu kuenya." Mama datang membawa sepiring besar kue cokelat ke ruang tv tempatku dan Oldy menonton tv sedari tadi. Di belakang Mama mengekor Hera yang membawa piring-piring kecil dengan sendok-sendok di atasnya, dan Lyn yang membawa sebuah teko berisi jus jeruk dan lima buah gelas dalam satu nampan.

"Kue coklat! Tante yang bikin?" Seru Oldy dengan bahagia, sesungguhnya aku juga sama bahagianya dengan Oldy, karena aku, Oldy dan Eros sama-sama menyukai kue coklat, yah apapun yang terbuat dari coklat.

Mama meletakkan piring itu di atas meja dan mulai membagi-baginya sambil tersenyum. "Udah gak usah banyak nanya, nih cobain dulu." Mama memberikan potongan kue yang sudah dipindahkan di atas piring tersebut kepada Oldy, selanjutnya ia memberikan kepadaku, kepada Lyn, Hera dan juga dirinya sendiri.

Aku mulai memotong kue itu dengan sendok, menyendokkannya dan memasukkannya ke dalam mulut. Enak, enak sekali. Ditambah dengan butiran kecil kacang almond, benar-benar membuat kue ini sangat lezat. Lapisan coklatnya sangat tebal, jujur ini kue coklat terenak yang pernah aku rasakan.

"Mah enak banget, Mama nyoba resep dari mana?" Tanyaku yang diangguki oleh Oldy. Sepertinya dia punya pertanyaan yang sama denganku.

Mama tersenyum dan melirik Lyn, sementara Lyn tertawa kecil.

"Mana mungkin Lyn yang buat, Lyn kan enggak bisa masak." Ledek Oldy yang langsung dihadiahi sebuah jitakan dahsyat.

"Seenak kamu aja ngomongnya." Cibir Lyn kesal.

Oldy membentuk telunjuk dan jari tengahnya menjadi huruf V. "Maaf-maaf aku bercanda."

"Jadi siapa yang buat? Jelas Mama kan?" Tanyaku lagi.

Mama menggeleng dan tersenyum bahagia sambil memandang Hera.

"Jadi Hera yang buat?" Kali ini suara Oldy yang terdengar.

Mama mengangguk. Sedangkan Hera hanya nyengir-nyengir gak jelas. Oke, gadis ini ternyata punya satu poin plus. Kue buatannya sangat lezat.

- - - - - - - - -

Hai, ternyata ide muncul secara tiba-tiba kepada saya. Jadi saya bisa melanjutkan cerita ini lagi. Semoga part ini tidak mengecewakan yaa. Keep vote dan comment okay :D

Danke :D

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 141K 36
[KAMPUS SERIES | 1] Bagaimana jika dua orang yang tidak saling kenal harus menikah? Bukan karena perjodohan apalagi tragedi hamil duluan. Ada suatu k...
1K 75 7
Hanya cerita klasik, bagaimana seorang pria━Joong Archen, berusaha membuat seseorang━Dunk Natachai, membalas rasa jatuh hatinya. "Bahkan lo terlalu i...
1.4K 195 6
"But with you, it's different. I don't know, it just is" - eaJ & Seori
22.6K 3.4K 38
Ketika SMA, Kinanti Sandyakala duduk sebangku dengan Feby Revano, membuat mereka dekat sehingga temannya berpikir mereka berdua berpacaran. Pemahaman...