HEROIN

Por ayurespati

1.9M 145K 59.9K

Arsen bertemu kembali dengan Mia, kekasih masa remajanya, setelah sepuluh tahun berpisah. Perpisahan yang tid... Más

HEROIN - CANDU
1. The Cold Princess
2. Sepasang Masa Lalu
3. Jaminan Bahagia
5. Yang Tertinggal
6. Menelan Kenangan
7. Luka Masa Lalu
8. Cincin Pengikat
9. Selalu Ada Jalan Pulang
10. Dinding 10 Tahun
11. If You Really Care
12. LURUH
13. Merajut Kenang dan Harap
14. Back to You
15. End The Day with You
16. The Kiss
17. Rasa Mendua
18. Tak Bersekat
19. Own You
20. DUA SISI
21. Mencinta
22. Bukan Ramayana
23. Enganged
24. Just Him
25. Consequences
26. Badai
27. Bersama
28. HEROIN
29. Melawan Dunia
30. Best Friend's rule
31. LABELING
32. Terungkap
33. Deal with Problems
34. Asing
35. The Guardian
36. Guardian Angel (2)
37. It is Decided
38. Transisi
39. Not a Cinderella
40. Jauh
41. Ujung Tanduk
42. Mendarah
43. Where's Your Prince?
44. Pemeran Utama
45. Something Between Us
46. Benteng Hati
47. Harap
48. Terombang - Ambing
49. Comeback
50. We aren't we
51. Jodoh?
52. Mutual Feeling
53. What is Love?
54. LOVE YOURSELF (END)
SPIN OFF HEROIN
Extra Part Heroin x Antidote

4. Endorse Mantan

57.3K 4.3K 201
Por ayurespati

Arsen terjaga hingga pukul dua pagi. Sudah barang biasa ia terjaga hingga tengah malam. Kalau tidak sedang mengejar deadline laporan, biasanya Arsen sengaja tidak tidur sebelum menghubungi kliennya yang berada di zona waktu berbeda. Hal ini sering dilakukannya jika ada masalah yang membuatnya tidak bisa hanya mengandalkan komunikasi via email atau menunggu besok pagi, di mana jam kerja orang-orang normal dimulai.

Namun kali ini, Arsen terjaga karena alasan yang jauh sekali dari urusan kerja. Sama sekali bukan.

Arsen menyesap kopinya lagi. Ia merasakan sedikit sengatan di perutnya. Sejak beranjak remaja, Arsen mulai mengalami gejala tukak lambung. Ia harus berhati-hati dengan apa yang mengisi perutnya. Beruntung sepulang dari acara tadi, melalui whatsapp, Moza mengingatkannya lagi untuk minum Antasida dan mengisi perutnya dengan makanan. Sehingga tidak terlalu bermasalah kalau dia minum kopi malam ini.

Arsen meng-klik satu tautan lagi. Sejak beberapa jam lalu, ia mengerahkan segala upaya untuk mendapat informasi sebanyak-banyaknya tentang seseorang.

Perempuannya yang hilang. Mia.

Rupanya selama ini Mia tinggal di Bandung, baru beberapa bulan terakhir gadis itu pindah lagi ke Jakarta. Begitu pula dengan akun instagramnya yang dari postingannya tampak seperti akun baru berusia enam bulan.

Semuanya baru. Mia seolah menjadi gadis yang baru saja terlahir beberapa bulan lalu. Pantas saja dulu, saat sempat mencoba mencari gadis itu, Arsen tidak pernah menemukan jejak gadis itu. Harapan-harapan tak bermuara yang mengalir deras pada awalnya itu, lambat laun surut dengan sendirinya. Hingga tiba hari ini.

Arsen terus mengunjungi artikel-artikel yang berkaitan dengan Mia. Rupanya gadis itu sempat viral di media sosial akibat dilabrak tiga perempuan sekaligus karena dituduh menggoda pacar-pacar mereka. Video perseteruan itu beredar di mana-mana. Arsen menelan ludah, merinding melihat Mia dirudung dan dikeroyok habis-habisan.

Arsen membaca komentar-komentar di video itu.

Katanya sih bapaknya juga nggak jelas.

Nyokapnya perek, pantes anaknya begitu. Tiga cowo sekaligus...

Arsen memilih menutup laman itu. Ia tidak sanggup melanjutkan. Komentar-komentar itu membuatnya ngilu. Meski ada yang simpati kepada gadis itu, jumlahnya tidak sebanding dengan yang menghujat dan mengatai Mia habis-habisan.

Belum puas, Arsen berselancar lagi di dunia maya. Foto-foto kedekatan Mia dengan laki-laki yang merupakan kekasih dari ketiga cewek itu juga beredar. Arsen meremat jarinya, mouse-nya bahkan hampir remuk. Ia mulai memetakan jejak Mia. Viralnya kejadian itu rupanya berdampak hebat bagi popularitas Mia. Banyak yang ingin tahu siapa Mia. Dan rasa penasaran itu lama kelamaan berubah menjadi kekaguman dan keterpanaan atas kecantikan dan gaya Mia yang ternyata jauh dari kata nakal, apalagi jalang.

Arsen memutar beberapa vlog Mia yang kebanyakan direkam oleh rekannya. Gadis itu masih Mia yang hangat. Sedikit bicara, namun mempesona. Style-nya sederhana namun selalu terasa pas dengan karakternya. Pantas saja kubu penggemar Mia terus bertambah. Beberapa kali Arsen menemukan fansite Mia di media sosial.

Arsen mematikan laptopnya. Ia termenung. Untuk pertama kalinya ia menikmati kesunyian malam tanpa dirasuki oleh detail-detail tentang pekerjaan. Segala hal yang mengharuskan otaknya berpikir taktis dan terprogram. Segala hal yang memaksanya fokus, teralih dari dunianya..., menyita hidupnya, masa lalunya. Dirinya.

Namun, pertemuan itu mengubah segalanya. Detik ini, galaksinya seakan kembali memusat ke satu titik seharusnya.

****

Mia menuruni tangga ruko tiga lantai di kawasan ITC. Baru tiga hari lalu, Mia dan rekannya menggelar opening kedai kopi mereka yang bertajuk Ruang Temu. Sesuai namanya, bangunan itu didesain nyaman untuk ruang temu tamu-tamu yang datang. Beberapa ornamen lukisan ikut mempercantik ruangan.

Mia sampai di lantai satu. Tonny, manajernya, baru saja memberi tahu ada seseorang yang ingin menemuinya. Ia pun mengikuti arahan cowok itu untuk menuju meja nomor 02. Ketika sampai di bilik meja nomor tersebut, Mia tidak bisa mengantisipasi keterkejutannya.

"Arsen? Kamu ngapain ke sini?"

Suara itu mengambang di udara sampai akhirnya laki-laki yang disebut namanya menoleh.

****

Laki-laki yang ditanya tersenyum. Ia meletakkan brosur yang iseng dibacanya, lalu menengok ke sumber suara.

"Ngopi. Ini kedai kopi, kan?" katanya

Mia menghela napas. Jam baru menunjukkan pukul sebelas. Tulisan "OPEN" di pintu masuk kedainya bahkan baru saja dibalik. Arsen adalah pelanggan pertamanya hari ini. Jadi meski lebih mudah baginya untuk mengusir laki-laki itu dari pada duduk beramah tamah di hadapannya, Mia tidak mungkin memilih pilihan pertama.

"Udah pesen?" tanya Mia.

Arsen menggelengkan kepala. "Belum."

Mia duduk di hadapan Arsen lalu menyodorkan daftar menu yang selain terpampang di papan yang berada di tempat pemesanan, juga terselip di masing-masing meja pelanggan.

"Kami pakai dua jenis kopi, arabika sama robusta. Silahkan dilihat dulu," ucap Mia dengan nada sopan.

Arsen menyambut daftar menu itu. Senyum tipis tersemat di wajahnya tanpa bisa ia tahan. Ia menimang sejenak, lalu menjatuhkan pilihan. "Espresso," katanya.

Ada sedikit jeda setelah itu.

Pada detik ini, keduanya seolah tengah dihadapkan pada satu transaksi peruntungan. Arsen yang sedang memancing reaksi Mia, bertumpu pada satu harapan. Sementara Mia dengan kepingan ingatan masa lalunya yang tersisa, mencoba meraba dan meniti kemungkinan.

Apa penyakit lambungnya yang dulu sering menjadi masalah sudah membaik selama sepuluh tahun belakangan?

Apa baik-baik saja jika dia minum kopi?

Apa sudah biasa baginya minum espresso?

Kenapa bukan Americano atau Macchiato saja?

Apa Arsen sudah makan sebelum datang ke tempat ini?

Pertanyaan itu menyerang pertahanan Mia.

Alis Mia terangkat. Sudah sepuluh tahun. Banyak hal berubah. Begitu pula Arsen yang pastinya sudah cukup dewasa untuk mempertimbangkan perkara perutnya sendiri tanpa perlu dikhawatirkan oleh orang asing sepertinya. Ia pun melambaikan tangan ke arah Bintang, salah satu pelayan kedai ini.

"Satu cangkir espresso...." Mia menoleh ke Arsen. "Arabika atau robusta?"

"Arabika. Lebih aman buat lambung, kan?"

Si pelayan mengangguk.

Ada sedikit kelegaan dalam dada Mia atas pilihan Arsen. Gadis itu menyandarkan tubuh ke kursi tepat ketika Bintang berbalik.

Matanya sempat teralihkan saat beberapa pengunjung akhirnya berdatangan. Awal yang menyenangkan, Mia tidak ingin merusaknya dengan emosi yang tidak perlu. Termasuk menyangkut hubungannya dengan laki-laki di hadapannya sekarang.

"Dari mana kamu tahu tempat ini?" Mia memulai, nadanya terdengar santai.

"Instagram kamu. Tenar ya, kamu sekarang."

Mia tersenyum kecut. Kalau bukan karena zaman sekarang uang lebih mudah didapatkan dengan cara begini, Mia tidak akan rela keseharian bahkan kehidupan pribadinya jadi konsumsi publik.

"Jadi orang penting kayak kamu juga main instagram, ya?" tanya Mia.

"Kalo kebutuhannya untuk cari informasi, kenapa enggak?" Arsen menyahut. Jemarinya mengetuk-ketuk meja seolah menekan tuts piano. Ia menikmati musik yang sedari tadi mengalun di kedai kecil itu.

Pesanan kopinya sudah tiba dan Arsen meminumnya dalam sekali teguk.

Mia menatap Arsen. Meski terdapat tanda-tanda pria itu tumbuh dewasa seperti titik-titik kecil sisa bercukur di dagunya, atau gaya berpakaian dan bau parfum maskulinnya..., Mia masih bisa menangkap sorot ambisi dan kekanakkan dari mata Arsen. Ia hendak berkomentar ketika tiba-tiba ponselnya berdering.

"Ehm, sori." Mia meraih ponselnya yang tadi tergeletak di meja kemudian menempelkannya di telinga.

"Iya Len?" sapanya. "Gue..., di kedai." Mia melirik Arsen sekilas. Tangannya mencoel-coel tempat tisu yang terbuat dari dari bahan kayu.

"Ah makan siang?" Mia melirik arloji di tangannya. Seseorang di seberang masih bicara.

"Oh enggak... Pemotretannya masih nanti jam setengah tiga."

".... Ehem.. oke."

Keduanya memutus sambungan.

"Siapa? Pacar kamu?" tanya Arsen iseng. Dari cara Mia bicara, Arsen bisa menebak bahwa itu adalah teman. Lagi pula, cowok mana yang dipanggil 'Len'? Leonel? Alen? Paling juga Leni, Lena, atau Helen. Dan semua adalah cewek..

Mata Mia menyipit. Ia meremas ponselnya seraya melipat kedua tangannya di dada. "Apa kita cukup dekat buat ngebahas itu?"

Arsen menelan ludah. "Sorry."

Mia tergelak. "Yeah, pacar. She's my girlfriend," ungkap Mia asal. Yang disambut raut tercengang dari Arsen.

"Aku harus pergi sekarang. Thank's for coming." Mia beranjak, berniat mengambil tasnya yang ia tinggalkan di atas.

Sebagai respon, Arsen merogoh sakunya, memeriksa dompet dan beruntung lah dia ketika menemukan kartu nama di sana.

"Ini kartu namaku." Diberikannya benda itu ke Mia.

Meski terlihat enggan, Mia mengulurkan tangan untuk menerima benda itu.

Saat tidak melihat tanda-tanda Mia melakukan hal yang sama, Arsen berkomentar, "Seenggaknya kamu kasih kontak kamu sebagai balasan," kata Arsen.

Mia memutar bola matanya. "Kamu bilang tahu tempat ini dari instagram-ku, kan? Di sana ada kontak manajerku. Semua klien ngontak aku dari situ."

Seriously, Mia... Emang kamu pikir aku mau endorse?

Arsen mengeluh dalam hati.

----------------------------------to be continued

Hayooooo Arsen kalo ga mau ngendorse, mau ngapain hayo.. minta kontaknya Mbak Selebgram?

Deuuh Arsen nih, baru balik ke Indonesia udh ribet sama dua cewek. Gimana kalo stay lama di Indonesia?

Seguir leyendo

También te gustarán

2K 137 4
"Pada kenyataannya semua ini bukanlah surga, melainkan neraka yang sengaja aku ciptakan sebagai ilusi."
2.6M 99.7K 10
"Aku akan mencintai Om dengan ugal-ugalan, biar she fell first he fell harder." Hidup Jeha yang awalnya sedatar papan triplek berubah jadi nano-nano...
89.8K 10.2K 41
Berisi momen-momen manis pasangan Dana dan Mora.
162K 9.8K 37
Komplek elit yang dihuni oleh para tuan, nyonya dan nona tuan muda, perihal kehidupan Jaeyong, Yuwin, dan Johnten Family.