Zero O'clock (Completed✔)

By Adofyraa_

54.3K 3.7K 563

00:00🌃 "Kubisikkan lirih ucapan selamat tidur malam ini" -Akbar Raka Buana Saya pikir kalian akan menyukai c... More

â—‹01â—‹ 00:00
â—‹02â—‹ Dia itu Tuli Ya?!
â—‹03â—‹Ternyata dia Juga Bisu?!
â—‹04â—‹Oh Jadi Dia Ketua Paskibra
â—‹05â—‹Judes Banget Gilak
â—‹06â—‹Suka Diam-Diam?
â—‹07â—‹Dia Itu Menyebalkan
â—‹08â—‹Apa Salah?
â—‹09â—‹Aku Rasa
â—‹10â—‹Antar Pulang?
â—‹11â—‹Musuh Akbar?
â—‹12â—‹Apa Ini?
â—‹13â—‹Kekhawatiran
â—‹14â—‹Perayaan
â—‹15â—‹Pesan
â—‹16â—‹Soal Kejadian
â—‹17â—‹Ken
â—‹18â—‹Ingin Melindungi
â—‹19â—‹Tentang Adiba
â—‹20â—‹Langgar
â—‹21â—‹Maaf
â—‹22â—‹Satu Waktu
â—‹23â—‹Baik-Baik Saja?
â—‹24â—‹Bukannya Tak Bisa Memilih
â—‹25â—‹Sebenarnya Siapa?
â—‹26â—‹Keberangkatan
â—‹27â—‹Malioboro
â—‹28â—‹Moon Or Star?
â—‹29â—‹Satu Tempat
â—‹30â—‹Pantai Parangkusumo
â—‹31â—‹Penempat Hati
â—‹32â—‹Zero O'clock
â—‹33â—‹Hilang
â—‹34â—‹Bintang
â—‹35â—‹Ternyata Penempat Hati
â—‹36â—‹Ternyata Penempat Hati {2}
â—‹37â—‹Menjauh Lagi?
â—‹38â—‹Tidak Berpihak
â—‹39â—‹Untukmu
â—‹40â—‹Terima Kasih

â—‹41â—‹End

2.3K 141 17
By Adofyraa_

× bahwa kau adalah hari demi hariku ×

******
Hampir satu tahun penuh sosok Akbar Raka Buana tidak pernah menampakkan senyumnya pada siapapun termasuk teman-temannya. Dia bilang dia tidak ingin menipu perasaannya yang masih kalut dengan kejadian pergi nya Bintang.

Jangan tanyakan siapa yang paling susah untuk di ajak pulang dari makam saat itu. Tentu saja Akbar. Laki-laki itu tak henti-hentinya menatap nisan bertuliskan Bintang Rinda Ayu dengan tatapan yang sangat sendu.

Bahkan Nabila atau mamanya pun tidak bisa membujuk Akbar untuk pulang. Beruntung dengan sedikit ucapan penenang yang dikatakan Adiba Akbar mau pulang walaupun keesokan harinya laki-laki itu tetap kembali menatap makam baru itu dengan lamat.

Perasaan Adiba teriris melihat itu. Adiba tahu Akbar adalah seseorang yang paling merasa kehilangan disini tetapi tidakkah ia mencoba untuk ikhlas agar Bintang di sana bisa tersenyum lega.

"Eh kak Akbar kemana? Enggak ikut ke kantin lagi?" tanya Tari pada double B.

"Enggak. Lo tahu lah hampir setahun ini dia jarang ke kantin bahkan buat ngomong aja masih kayak mau kayak enggak," saut Brama.

"Sebegitu terpukulnya dia. Kasian gue liatnya," lanjut Bima.

Adiba menghela nafasnya sambil mengaduk es teh di depannya, "Apa yang harus kita lakuin supaya dia bisa senyum kaya dulu."

"Itu mah cuma lo yang bisa Dib," ucap Brama membuat Adiba mengerenyit, "Akbar mau ngomong atau cerita sedikit aja sama lo pastinya lo bisa buat dia senyum lagi," lanjutnya.

Adiba terkekeh, "Enggak gitu konsepnya kak. Adiba emang bisa buat dia mau cerita segala tentang kegelisahan dia. Tapi untuk buat dia senyum Adiba udah coba dan itu enggak pernah berhasil," ucap Adiba. Memang belakangan ini Adiba sering membuka google dan mencari tahu bagaimana caranya agar seseorang bisa tersenyum.

Tetapi tetap gagal semua.

"Dia belum makan dari pagi. Lo aja sana Dib yang ngasih apa kek roti mungkin. Kalo gue yang ngasih gabakal di ambil juga," ucap Bima teringat saat Akbar bilang ia terlambat karena bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan.

Adiba mengangguk, "Iya."

Adiba berjalan sambil membawa satu bungkus roti coklat kesukaan Akbar dan botol minum berwarna biru mudanya. Sesekali Adiba meyakinkan hatinya kalau Akbar mau bicara padanya. Memang Akbar mau bicara padanya tetapi entah kenapa rasanya Adiba gugup ketika mengajak laki-laki itu bicara.

Adiba menghentikan langkahnya di belakang bangku yang tengah di duduki seseorang itu. Tempat itu sekarang menjadi tempat favorit Akbar menyendiri dan entah kenapa tidak ada juga yang berani duduk di situ. Mungkin takut di usir oleh Akbar?

"Kak.." panggil Adiba membuat laki-laki itu menengok ke arahnya lalu kembali menatap ke depan sana.

Adiba tersenyum kecil lalu duduk di samping Akbar, "Kakak tadi pagi belum sarapan? Kenapa enggak makan siang di kantin? Emang enggak laper?" tanya Adiba bertubi-tubi. Kesal juga Adiba melihat Akbar tidak perduli pada dirinya sendiri begini.

"Enggak."

Adiba mendengus, "Adiba tau kakak bohong," ucap Adiba.

"Enggak."

"Ayo kekantin."

"Enggak."

"Kakak laper kan?"

"Enggak."

"Yaudah ayo kalo laper."

"Enggak Adiba," saut Akbar.

"Enggak apa? Enggak salah lagi kan laper? Ayo ke kantin ya," bujuk Adiba tetapi dibalas gelengan oleh Akbar.

Adiba merutuk laki-laki ini di dalam hati. Sungguh.

"Yaudah! Kalau enggak mau ke kantin makan ini. Gausah nolak," perintah Adiba sambil memberikan roti dan botol minumnya.

"Enggak mau," tolak Akbar.

"Ck! Kakak itu kenapa sih jangan kaya gini bisa engga? Adiba tahu kakak masih kepikiran tapi apa kakak enggak sayang sama diri kakak juga? Gak gitu caranya kak. Yang kakak lakuin sekarang itu salah," omel Adiba tak tahan lagi.

Akbar menghela nafasnya pelan lalu mengambil roti dari Adiba membuat gadis itu tersenyum puas melihatnya.

Adiba terdiam membiarkan laki-laki itu memakan rotinya sampai habis tak tersisa. Rasanya senang melihat laki-laki yang disuka menurut padanya untuk kebaikan laki-laki itu sendiri.

Walaupun perasaan Adiba tak pernah terbalas tetapi janjinya pada Bintang itu adalah tugas selama Adiba mampu menjaga perasaan laki-laki di samping nya ini.

"Kakak jangan kayak gini terus ya. Adiba kesel lihatnya," ucap Adiba saat Akbar sudah menyelesaikan kegiatannya.

Akbar menengok, "Kenapa?"

"Kenapa? Kenapa apanya," tanya balik Adiba.

"Kenapa lo baik sama gue?" ucap Akbar membuat nafas Adiba tercekat, "Apa karena Bintang?" lanjutnya.

Adiba terkekeh, "Ada iya nya ada enggak nya juga," ucap Adiba membuat Akbar mengerenyit.

"Maksdunya?" tanya Akbar.

"Yah.. Adiba kayak gini memang karena Bintang dan juga karena Adiba sendiri," ucap Adiba membuat Akbar semakin tak mengerti.

Adiba terkekeh melihat raut wajah Akbar, "Kakak pura-pura enggak paham atau memang enggak paham?"

"Gak paham," jawab Akbar.

"Adiba perduli sama kakak kan udah dari sebelum Adiba kenal Bintang," ucap Adiba membuat Akbar menganggukkan kepalanya.

"Iya juga," ucap Akbar.

"Emang kakak ngarepnya Adiba jawab apa?" ucap Adiba sambil terkekeh.

"Enggak ada."

Adiba menggembungkan pipinya lalu mereka berdua terdiam beberapa saat.

"Lo gak capek perduli sama gue," tanya Akbar tiba-tiba.

"Capek? Kenapa harus capek?" ucap Adiba.

"Sama sikap gue yang kayak gini kenapa lo masih perduli. Bahkan orang lain takut ngajak gue ngobrol apa lagi maksa gue. Kenapa lo enggak," tanya Akbar.

Adiba tersenyum, "Takut? Kenapa harus takut sama kakak. Kakak orang baik dan Adiba tahu itu. Untuk kayak orang-orang? Bintang ngajarin Adiba supaya Adiba jadi diri sendiri dan sikap kakak? Adiba ngerasa enggak ada yang beda dari sikap kakak ke Adiba," jawab Adiba dengan lancar.

Akbar tertegun dengan kalimat Adiba barusan. Sederhana tetapi entah kenapa Akbar merasa ada yang aneh pada dirinya setelah mendengar itu.

"Gitu ya," ucap Akbar membuat Adiba mengangguk.

"Kenapa kakak tiba-tiba nanya gitu," tanya Adiba.

"Gue ngerasa lo terlalu baik sama gue," jawab Akbar.

Adiba mengerenyit, "Loh? Baguskan kalo Adiba baik sama kakak?"

"Iya tapi ini beda. Gue ngerasa ada sesuatu yang ada sama lo dan sesuatu itu yang buat lo baik sama gue," ucap Akbar membuat Adiba tersenyum kecil.

"Iya."

"Iya apa?" tanya Akbar.

"Ada sesuatu sama Adiba yang buat Adiba baik sama kakak," ucap Adiba, "Sesuatu yang namanya sayang misalnya," lanjut Adiba membuat Akbar dengan cepat menengok ke arah gadis yang sedang terkekeh itu.

"Lo-"

"Jangan kayak kaget gitu. Memang kakak udah lupa ya kejadian dimana Adiba bentak kakak sambil bilang kalau Adiba sayang sama kakak?" tanya Adiba membuat Akbar berdehem.

"Lo masih nunggu gue?"

"Adiba akan tetap nunggu kakak," jawab Adiba.

"Kenapa? Gue enggak kasih kepastian dan gue enggak peka padahal," ucap Akbar membuat Adiba terkekeh.

"Karena katanya sih cinta itu kayak gitu. Akan selalu nunggu walaupun enggak pasti," jawab Adiba membuat Akbar merasa serat pada tenggorokannya.

"Adiba enggak malu-malu lagi kalau mau bilang kayak gini sama kakak. Udah enggak ketahan soalnya," ucap Adiba lagi. Mantap!

"Jadi selama-"

"Iya, selama ini Adiba masih suka sama kakak," potong Adiba seakan tahu arah pembicaraan Akbar.

Akbar tersenyum kecil membuat Adiba membelalakkan matanya.

"Lo itu udah kayak hari demi hari gue," ucap Akbar.

"Kenapa?"

"Selalu gue tunggu dan selalu ada setiap kejutan di detik-detik tertentu," jawab Akbar membuat Adiba mengerenyit.

"Kakak nungguin Adiba?" ucap Adiba tak menangkap inti kalimat Akbar tadi.

Akbar menggeleng.

"Trus gimana?"

"Lo mau selalu temenin hari gue kan?" tanya Akbar membuat Adiba mengangguk cepat.

"Iyalah," jawabnya.

"Perasaan teman itu sekarang udah berubah Dib," ucap Akbar membuat Adiba lagi-lagi tak mengerti.

"Apa sih kak? Random gini," ucap Adiba.

"Lo mau jadi pacar gue?"

Adiba tersentak.

Jantung nya berdegub dengan kencang.

Rasanya di dalam perut Adiba ada banyak kupu-kupu yang terbang.

Senyum di wajah Adiba muncul begitu saja.

"Ke-"

"Jawab iya atau enggak. Jangan nanya balik," potong Akbar sambil menatap Adiba lekat.

Apa ini! Astaga Adiba seperti tidak bisa bernafas.

"I-iya," jawab Adiba.

"Iya apa?"

"Ck. Gatau ah," ucap Adiba sambil menahan senyum di wajahnya. Keram sekali.

"Jadi sekarang jadi Adiba Buana?" tanya Akbar membuat Adiba terkekeh.

"Kak!"

"Iya sayang?"

Adiba menutup wajahnya yang terasa panas, "Dasar buaya!"

"Buaya enggak ada yang seganteng gue," ucap Akbar.

"Enggak nanya," saut Adiba.

Akbar terkekeh melihat gadis di depannya itu, "Jangan pergi ya Dib," ucap Akbar.

"Terimakasih untuk sabarmu yang tak kurang-kurang meski sifat dan sikap saya sering kali membuatmu kewalahan. Terimakasih juga telah memilih untuk tetap tinggal meski diluar sana banyak orang-orang terbaik yang bisa kamu dapatkan."



-SELESAI-





🌹🌹

AAAA SENENG BANGET BISA NAMATIN CERITA INI HIKS:'(

Terimakasih banyak ya buat kalian yang udah baca cerita ini dan dukung cerita ini sampai habis.

Maaf banget kalau cerita ini enggak sebagus atau seperti yang kalian harapkan, intinya Adora banyak-banyak mengucap terimakasih buat kalian.

Apa lagi yang udah ikutin Adora dari lama dan selalu support bahkan nungguin sekuel Galaksi dengan sabar.

Walaupun silent reader juga gapapa yang penting udah ramein story ini juga makasih banyak ya.

Dan cerita ini juga Adora update terus biar cepet selesai karena awalnya Adora mau update sekuel Galaksi, tapi ada sesuatu hal jadi Adora harus tamatin cerita ini walaupun gabanyak yang baca gamasalah kok🌹 Tapi Adora minta arsipkan ya, biar ada kenang-kenangan cerita kedua dari Adora hehe❤

Sayang banget sama kalian😭


Untuk jam update sekuel bisa dilihat di instagram za.wattpad ya sayang❤ Sampai ketemu di sana beberapa jam lagi okey!

Jangan lupa follow IG: @za.wattpad untuk mengetahui kelanjutan dari cerita mana saja yang telah di update dan cerita apa saja yang baru di tulis. Dan juga untuk saran atau pun kritik bisa di dm saja. Jangan lupa nyalakan notifikasi nya agar tidak tertinggal part manapun

     Salam Hangat Adora Buanaa💜

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 142K 19
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
440K 46.7K 20
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
2.6M 262K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
527K 25.9K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...