I am in danger [TERSEDIA DI G...

By zaimnovelis

31.4M 1.1M 90.6K

"Jika lo mau aman bersekolah di sini, lo juga harus menghindari dua orang yang lebih berbahaya dari guru BK,"... More

1) Two Dengerous Boys
2) A Cruel Boy Beside Me
3) Damn! He Knows me
4) I Am Not Cinderella
5) Thank You, Bad Boy
6) Wow! Lisya's Secret
7) Angry Sist
8) Deal With The Bad Boy
9) I Have Headache!!
10) Disaster
11) The Strange Feel
12) Without Formality
13) The Jealousy
14) Mr.Clean
15) Something Wrong
16) I Don't Know What Is This
17) Disappointed
18) Tabebuya
19) I Found You
20) Getting Sick
21) I Look After The Bad Boy
22) Astonishment
23) Heart Beat
24) Answer My Questions
25) I Try To Save Her
26) Shit!
28) Damn!
29) Between Devil And Satan
30) Latecomer
31) Beautiful Girl
32) Is It Love?
33) Intoxication
34) Forgetful Girl
35) Love Action
36) The Bad Stepsister
37) Can You Help Me
38) Are You A Psychopath?
39) My Problem
40) A Difficult Question
41) She Is Mine
42) I Hate My First Kiss
43) Love Triangle
44) Omo!
45) Restless
TIPS MENULIS ALA ZAIM
PERTANYAAN PENTING!!
CHAP 46-95 SUDAH DIHAPUS
SUDAH TERBIT!!
SUDAH DIFILMKAN!!
BISA DITONTON DI YOUTUBE

27) The Big Fury

381K 21.8K 994
By zaimnovelis

Sean mencontohkan lagi cara bermain piano pada Ocha. Nada-nada tuts piano itu seakan mengalir merdu. Ada ketenangan di setiap nada yang diciptakan oleh jemari Sean. Ocha terperangah takjub melihat Sean tampak tak kuwalahan membaca not sambil bermain. Jemarinya ke sana ke mari, lincah seolah sudah hafal betul perbedaan nada di masing-masing tuts piano. Ocha benar-benar bersemangat memperhatikan gerakan jemari Sean dengan seksama. Dalam tiga kali lihat, Ocha sudah hafal ke mana urutan jari-jari Sean menekan tuts.

"Nah, sekarang cobain!" perintah Sean.

Ocha mengangguk, mencoba memainkan lagu for elise seperti yang diperintahkan Sean. Tapi jemari Ocha tidak bisa cepat, temponya kurang tepat. Mungkin karena ini adalah pertama kali bagi Ocha menyentuh tuts piano.

"Jari lo nggak luwes, tempo terlalu lambat, dan jari lo terlalu menekan!" tegur Sean. "Gimana sih?"

Ocha mengerucutkan bibirnya. Dia sudah terbiasa menghadapi cowok galak seperti Sean. Dan dia sudah memaklumi hal itu. Tapi bagi Ocha, Sean bukan orang jahat.

"Lo nggak boleh terlalu menekan tuts piano. Lo juga nggak boleh terlalu lembut. Rasakan nadanya! Jangan hanya dihafal!" imbuh Sean, lalu mencontohkan lagi, cara bagaimana bermain piano yang benar.

"Oke oke. Aku akan coba." Ocha mulai mencoba lagi. Intinya, dia harus merasakan nadanya. Tapi tentu saja masih juga salah. Orang jenius sekali pun tidak bisa menguasai permainan piano hanya dalam waktu satu jam.

"Begini." Sean tanpa sadar memegang jemari Ocha, mencontohkan menggerakkan jemari di atas tuts piano.

Deg deg deg

Jantung Ocha berdegup cukup kencang. Mendadak ia menjadi gugup. Ia meneguk ludah untuk menghilangkan kegugupannya. Tapi degupan jantung itu tak mau hilang, membuat Ocha tak bisa berkonsentrasi belajar bermain piano.

"Nah gitu. Paham nggak?" tanya Sean setelah selesai menggerakkan jemari Ocha. Ia terhenti, matanya dan mata Ocha saling bertatapan. Tiba-tiba perasaan aneh yang menggelitik itu datang lagi bersama aliran listrik yang seolah menjalar ke seluruh tubuhnya. Sean merasa seakan ada beribu kupu-kupu yang keluar dari dalam perut dan dadanya, seolah kupu-kupu itu ibarat rasa menggelitik yang membuncah, menerobos keluar begitu saja.

Mata Sean mengerjap saat tersadar. Ia cepat-cepat melepaskan jemari Ocha lalu berdehem untuk menghilangkan rasa canggung yang dengan lancang membuatnya merasa kikuk. Sean kemudian bergeser duduk menjauh.

Tangan Axel mengepal marah di ambang pintu ruang musik, melihat pemandangan yang tidak ia harapkan. Ia mematung dengan mata yang mendelik marah. Dan yang lebih membuatnya kesal, dia tidak bisa menegur Sean karena dia sudah berjanji pada kakeknya bawasannya dia tidak akan membuat keributan dengan keluarga Radeya.

Axel memutuskan kembali ke ruang Band Metafora. Ia membanting pintu, membuat Bima, Satria, dan Karin terlonjak kaget. Ia modar-mandir seperti orang yang kebingungan, mengacak rambut seraya mengumpat. Tak pernah ia semarah ini pada Sean.

"Lo kenapa?" tanya Bima heran.

"Gue kesel karena lihat Ocha mesra-mesraan sama Sean di ruang musik. Pakek acara pandang-pandangan segala lagi," jawab Axel lalu menendang pintu loker. Amukannya meluap.

"Terus lo ngapain?"

"Ya gue diem ajalah!"

"Bagus kalau gitu. Elo emang nggak berhak marah. Soalnya Ocha itu bukan siapa-siapa lo. Adik bukan, temen bukan, pacar juga bukan."

"Gue harus melakukan cara agar gue bisa dekat dengan Ocha tanpa mengganggu Sean."

"Elo kok peduli banget sih?" tanya Karin heran.

"Gimana gue nggak peduli? Gue akui kalau gue jatuh cinta sama dia!" bentak Axel marah lantas menyapu semua barang-barang yang ada di atas meja dengan tangannya, membuat barang-barang tersebut berserakan di lantai.

Akhirnya Axel mengakui kalau dia jatuh cinta pada Ocha. Bahkan, dia ingin tahu setiap gerak-gerik Ocha. Dia ingin selalu bersama Ocha. Dan terlebih lagi, ia ingin memeluk punggung kecil Ocha.

"Cinta memang gila men," bisik Satria ke telinga Bima.

"Apa gue harus bully si Arvind agar Ocha nurut sama gue?" pikir Axel.

Axel mengangguk membenarkan apa yang baru saja ia pikirkan. Ia berjalan cepat menuju kelas X-A, berdiri di samping pintu sambil bersandar di tembok dengan melipat tangan, menunggui kedatangan Ocha, tak peduli dengan kedipan manja dari beberapa adik kelas yang lewat.

Langkah kaki Ocha sempat terhenti sejenak saat melihat Axel yang berada di depan kelasnya. Ia menggeleng tak peduli dan tetap berjalan melewati Axel. Namun saat mereka berdua berpapasan, Axel dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Ocha dan membawa Ocha ke aula latihan kendo yang biasa sepi.

"Kakak apa-apaan sih? Aku mau masuk kelas." Ocha mencoba pergi. Tapi Axel menarik tangannya kembali.

"Sebelum lo pergi, lo harus pilih dulu. Lo jadi vocalist Band gue atau jadi pacar gue," kata Axel tanpa basa-basi. Ia sudah muak melihat kedekatan Ocha dan Sean selama ini. Dan ia juga tak sabar memeluk punggung kecil Ocha.

"Kakak gila! Kayaknya Kak Axel perlu ngelamar jadi komedian deh. Bercandanya nggak lucu! Udah ah. Aku mau ke kelas." Ocha berjalan lancang melewati Axel.

"Gue akan bully Arvind kalau lo nggak pilih salah satu opsi yang gue tawarkan tadi," ancam Axel, membuat langkah kaki Ocha terhenti.

"Kalau gue nurutin ancamannya Kak Axel, pasti Kak Axel bakal menggunakan Arvind sebagai titik kelemahan gue dan Kak Axel bakal memperbudak gue terus," pikir Ocha.

Ocha menarik napas lalu mengembuskannya. Ia berbalik menghadap Axel dengan tatapan tegas, menyembunyikan rapat-rapat rasa takutnya.

"Bully aja! Aku nggak peduli sama dia," kata Ocha bohong.

"Oke. Awas kalau lo nyesel!" tantang Axel bertambah marah.

Ocha berlari keluar, tak memedulikan Axel yang terus mengumpat padanya. Ocha tidak mau diperbudak lagi. Ia tak mau menjadi boneka Axel yang hanya bisa menuruti semua perintah Axel. Sungguh, itu adalah mimpi buruk bagi Ocha.

😊😊😊😊😊
Waaah Axel nembak duluan nih!

Bang Sean kapan ya?


Continue Reading

You'll Also Like

988K 14.9K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
531K 57.2K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
4.9M 389K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...
268K 25.4K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...