I am in danger [TERSEDIA DI G...

By zaimnovelis

31.4M 1.1M 90.6K

"Jika lo mau aman bersekolah di sini, lo juga harus menghindari dua orang yang lebih berbahaya dari guru BK,"... More

1) Two Dengerous Boys
2) A Cruel Boy Beside Me
3) Damn! He Knows me
4) I Am Not Cinderella
5) Thank You, Bad Boy
6) Wow! Lisya's Secret
7) Angry Sist
8) Deal With The Bad Boy
9) I Have Headache!!
10) Disaster
11) The Strange Feel
12) Without Formality
14) Mr.Clean
15) Something Wrong
16) I Don't Know What Is This
17) Disappointed
18) Tabebuya
19) I Found You
20) Getting Sick
21) I Look After The Bad Boy
22) Astonishment
23) Heart Beat
24) Answer My Questions
25) I Try To Save Her
26) Shit!
27) The Big Fury
28) Damn!
29) Between Devil And Satan
30) Latecomer
31) Beautiful Girl
32) Is It Love?
33) Intoxication
34) Forgetful Girl
35) Love Action
36) The Bad Stepsister
37) Can You Help Me
38) Are You A Psychopath?
39) My Problem
40) A Difficult Question
41) She Is Mine
42) I Hate My First Kiss
43) Love Triangle
44) Omo!
45) Restless
TIPS MENULIS ALA ZAIM
PERTANYAAN PENTING!!
CHAP 46-95 SUDAH DIHAPUS
SUDAH TERBIT!!
SUDAH DIFILMKAN!!
BISA DITONTON DI YOUTUBE

13) The Jealousy

428K 26.1K 1.4K
By zaimnovelis

Ocha berjalan dengan perasaan aneh. Beberapa pasang mata menatapnya sinis sepanjang jalan menuju kelas. Pagi ini ia merasa ada sesuatu yang janggal dengan semua orang.

"Pagi, Sya," sapa Ocha.

Lisya tidak menyahut. Sebelum berangkat ke sekolah tadi, Ocha agak heran karena Lisya tidak memberinya tumpangan ke sekolah. Biasanya, Lisya sangat bersemangat berangkat bersama Ocha.

Lisya menulis sesuatu di kertas. Dia melipat kertas yang ditulisnya lalu menyelipkannya ke kolong meja Ocha. Dahi Ocha berkernyit. Ia segera mengambil kertas tersebut, membukanya, lalu membaca isinya.

'Cha, sepertinya, gue nggak bisa ngomong sama lo selama 100 hari di sekolah. Sorry'

Ocha tidak marah karena sudah jelas ada sesuatu yang salah dengan semua orang. Bagaimana pun juga, Ocha harus mencari tahu alasan mengapa semua orang tampak sinis padanya.

Lisya kembali menulis sesuatu di kertas, melipatnya rapi, lalu menyelipkannya di kolong meja Ocha lagi. Ocha melirik ke kanan lalu ke kiri, mengecek apa ada orang yang mengintainya berinteraksi dengan Lisya. Entah mengapa percakapan bisu melalui kertas itu terasa sangat rahasia dan tidak boleh ada yang tahu.

'Cha, coba cek WA lo!!'

Ocha langsung menyalakan ponselnya. Dari kemarin malam, ia membiarkan ponselnya mati dan baru mengisi baterai di pagi hari. Ia belum sempat mengecek obrolan di grup WA atau chat-chat yang masuk ke nomornya.

'YOU ARE IN DANGER!! KEEP YOUR PATIENCE FOR 100 DAYS!!'

Mata Ocha melebar kaget. Meskipun Ocha sudah menghapus nomor Axel dari ponselnya, ia masih hafal betul setiap digit angka nomor HP Axel. Ya! Ancaman itu dari Axel, siswa paling berbahaya yang ia buat mengamuk tempo hari.

Ocha meneguk ludah, melihat ke sekeliling dan mendapati teman-temannya mulai acuh terhadapnya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun ia memiliki firasat yang sangat buruk yang akan terjadi padanya dalam waktu dekat.

Ocha menggeleng kuat-kuat, meyakinkan diri agar berani menghadapi ancaman. Ia sudah terbiasa dengan siksaan. Rasanya ia sudah terlatih dengan siksaan Bu Dinar dan Bella sejak Mamanya meninggal saat ia masih SD.

Beberapa siswa tampak sudah keluar dari kelas dan menuju ruang memasak. Ocha baru ingat kalau pagi ini ada praktek membuat kue. Kesibukannya membantu Sean membaca jurnal-jurnal internasional membuatnya melupakan hal-hal kecil seperti kelas memasak.

Sesampainya di kelas, Ocha mengambil tempat paling ujung. Beberapa siswa yang ada di sekitarnya langsung berpindah tempat, menjauh dari Ocha. Mereka takut akan terkena bullying dari Axel jika ketahuan berinteraksi dengan Ocha, target bully Axel selama 100 hari ke depan.

Ini adalah pertama kalinya Axel membully seorang siswi selama 100 hari. Biasanya, dia hanya membully selama 7 hari saja. Setelah ia bosan, ia akan membiarkan target bullyannya bersekolah di Delton dengan tenang kecuali target tersebut membuatnya kesal lagi.

Hari pertama pembullyan rupanya telah Ocha jalani. Dijauhi semua orang mungkin terlihat menyedihkan di mata orang lain. Tapi ketahuilah! Ocha sebenarnya tidak membutuhkan teman. Dia termasuk orang yang cukup individualis. Semua hal bisa ia lakukan sendiri. Ia memiliki bakat dalam berbagai bidang terutama di bidang akademik. Jadi, tak masalah bagi Ocha jika hanya dijauhi saja. Toh, Ocha tidak memerlukan bantuan teman-temannya.

Ocha berjalan ke arah pantry sambil membawa sebuah keranjang merah. Ocha melihat-lihat bahan makanan yang tersedia di pantry. Bu Yuni memperbolehkan para siswanya memasak jenis kue apa pun, yang terpenting rasanya enak. Ia tak ingin membatasi kreativitas murid-muridnya.

Ocha ingin membuat cheese cake. Ocha masih ingat jika ia harus memberikan kue buatannya pada Sean karena kemarin malam ia kalah dalam bermain game. Sean suka cheese cake rendah gula. Ocha sering memergoki Sean memesan cheese cake dari salah satu restoran ternama dan memakannya di dalam kamar.

Ocha mengambil sebatang keju, tepung terigu, telur, gula, dan bahan-bahan yang lainnya. Ia kembali ke tempatnya dan mulai membuat adonan.

Bu Yuni mulai menyalakan stop watch dan memberi batasan waktu dalam memasak. Karena jika tidak diberi batasan waktu, siswa-siswanya pasti akan bekerja sangat lambat dan mengulang-ngulang pembuatan kue sampai sempurna demi mendapatkan nilai A+.

"Ingat, kerja cepat dan tepat!" suruh Bu Yuni.

Ocha sangat mahir membuat makanan rumahan seperti soto, kare, tumis, dan lain sebagainya. Tapi ia tidak pernah membuat kue sebelumnya. Karena daya ingatnya yang terlalu tajam, ia masih mengingat cara membuat cheese cake dari sebuah acara memasak yang kerap ia tonton di youtube. Entah akan berhasil atau tidak, Ocha hanya mengikuti langkah-langkah membuat kue seperti yang ia lihat sebelumnya. Ia yakin, jika ia mengikutinya dengan benar, maka kue yang ia buat akan berhasil dan terasa enak.

Setelah selesai membuat adonan, Ocha memasukkan adonan buatannya ke dalam oven, lalu menyingkat waktu dengan membuat selai sembari menunggu adonan matang. Ocha kemudian memotong kue buatannya menjadi beberapa bagian dan menyiramkan sedikit selai ke atas cheese cake tersebut tepat saat stop watch Bu Yuni terdengar nyaring, pertanda waktu telah habis.

Bu Yuni mulai mencicipi satu per satu kue buatan para siswanya. Dimulai dari siswa yang paling depan, Gita, namanya. Bu Yuni mengangguk, merasakan sensasi coklat yang lumer di lidahnya.

"Gita Nurhanifah." Bu Yuni membaca name tag Gita. "Kamu mendapat nilai A."

Gita tersenyum senang. Ia melompat girang. Tak sia-sia ia mendatangkan chef ke mansionnya hanya untuk mengajarinya membuat kue. Perlu diketahui, siswa-siswa di kelas A adalah anak-anak orang kaya kecuali Ocha yang hanya anak seorang kuli bangunan.

Setiap tahun, Delton hanya membuka 20 kursi beasiswa. Dan rata-rata kursi beasiswa itu ditempati oleh siswa-siswa yang berprestasi di bidang non-akademik, seperti renang, taekwondo, karate, dan cabang olahraga yang lainnya. Dari 20 kursi itu, hanya 4 anak yang masuk dalam jalur beasiswa akademik, salah satunya adalah Ocha.

"Lisya. Tekstur kue buatanmu agak kasar. Kamu kayaknya kurang lama mengocok adonan. Kamu dapat nilai B," kata Bu Yuni.

Lisya akhirnya bisa bernapas lega setelah tertekan berhari-hari karena selalu gagal membuat kue. Ya! Kue buatannya selalu gosong atau terlalu manis. Kadang rasanya aneh. Usahanya tidak sia-sia. Untung saja dia tidak mendapat nilai C. Bisa-bisa Pak Radeya marah besar padanya dan menyita semua tas dan sepatu mahal yang ia miliki kalau sampai ia mendapat nilai C. Mendapat nilai B saja, Lisya sudah sangat bersyukur.

Hampir semua siswa di Delton adalah anak orang kaya. Jangankan memasak kue! Memasak mie instan saja mereka tidak pernah. Mereka terbiasa dilayani pembantu. Jadi, tidak heran jika kelas memasak ini menjadi kelas tersulit bagi mereka.

Kue terakhir yang Bu Yuni cicipi adalah kue buatan Ocha karena Ocha memang mengambil tempat yang paling ujung, belakang, dekat pantry.

"Teksturnya sangat lembut. Tidak terlalu manis jadi tidak enek kalau dimakan banyak. Selainya juga enak, pas di lidah. Untuk ukuran anak SMA kelas 1, kue ini adalah kue terenak yang pernah saya cicipi. Okalina Taruni, kamu mendapat nilai A+!" ungkap Bu Yuni dengan senyum lebarnya.

"Terima kasih, Bu." Ocha mengangguk sopan.

Semua orang tercengang karena Ocha adalah satu-satunya orang yang mendapat nilai A+ dari Bu Yuni yang terkenal pelit nilai. Bu Yuni sudah mengajar di Delton selama 12 tahun dan hanya pernah memberi nilai A+ sebanyak 7 kali selama ia mengajar. Itu pun karena memang sebelum-sebelumnya adalah anak seorang chef ternama.

"Oke kalian semua boleh istirahat. Sampai jumpa." Bu Yuni keluar kelas, tepat setelah bel berbunyi.

Ocha mencicipi kue buatannya sendiri. Dengan mata berbinar, ia pun tak menyangka bisa membuat kue seenak itu. Dengan lahap, ia memakan dua potong kue dan menyisakan sepotong untuk diantar ke kelas Sean.

Ocha terhenti, melihat ke sekeliling, teman-temannya tengah menatapnya sinis, iri karena hanya Ocha yang mendapat nilai A+. Mereka pikir, Ocha hanya mahir di bidang akademik saja. Tak mereka sangka jika Ocha juga pandai memasak.

Ocha tak peduli dan terus memakan kue buatannya dengan lahap. Setelah itu, ia membawa sepotong kue buatannya menuju ke kelas Sean. Ocha tak memiliki niat tertentu pada Sean. Ia hanya ingin melunasi janjinya karena kalah dalam permainan game tempo hari. Jadi dia memasuki kelas Sean dengan santainya dan memberikan kue buatannya.

"Ini." Ocha meletakkan kue buatannya di atas meja Sean.

Sean melepas headset yang dipakainya, melirik kue buatan Ocha sebentar, lalu mendongak sedikit, melihat Ocha yang berdiri di depannya.

"Nilai berapa? Ingat ya, gue nggak mau makan sampah yang hanya dinilai Bu Yuni B atau C." Sean memperingatkan sebelum memakan kue itu.

"Tenang aja, nilainya A+ kok."

"Nilai A+ dari Bu Yuni? Jangan bercanda deh!" kata Alvaro tak percaya.

Entah sejak kapan semua siswa di kelas XI-IPA A berkerumun, memotret pose Sean saat memakan kue buatan Ocha, mengirimnya ke grup WA kelas, dan dalam hitungan detik, foto tersebut tersebar ke seluruh kelas yang lain.

"Eh mau ke mana?" cegah Sean saat Ocha mau kembali ke kelas.

"Kembali ke kelas, Kak," sahut Ocha.

"Tungguin gue selesai makan, terus bawa piringnya balik. Ngerti?"

Royyan dan Alvaro saling menatap satu sama lain, heran mengapa Sean mau memakan kue buatan orang biasa seperti Ocha. Biasanya, Sean akan langsung membuang kue yang diberikan padanya ke tong sampah. Itulah sebabnya Sean sudah menyuruh Tio, babunya, untuk menyediakan tong sampah di dekat bangkunya saat kelas memasak diadakan. Karena sudah jelas ia bakal menerima kue dari cewek-cewek yang menggilainya.

"Lo harusnya merasa terhormat karena Sean mau makan kue buatan elo. Tuh lihat!" Royyan menunjuk setumpuk kue yang sudah berakhir di tong sampah.

"Terhormat apanya? Idiiiih!" batin Ocha jijik, mengingat rumor bahwa Sean adalah seorang homo.

***

Rahang Axel mengeras saat melihat foto Ocha memberikan sepotong kue pada Sean. Ada semacam perasaan tak terima melihat Ocha memasak untuk orang lain. Kemarahan yang tadinya hanya ingin membuat Ocha dijauhi siswa lain, seketika berubah. Kini Axel ingin membuat Ocha lebih sengsara.

"Okalina Taruni, You are in the biggest danger in the world!" geram Axel. Ia melempar ponselnya ke tembok hingga terpental pecah.

"Lo kenapa, Xel?" tanya Bima heran.

"Iya, heran deh," imbuh Satria.

"Suruh jongos kita buat cari beberapa tikus kecil. Terus suruh mereka buat masukin tikus-tikus itu ke tas anak yang bernama Okalina Taruni."

"Lo masih dendam sama tuh cewek?" Bima semakin keheranan. Ia merasa ada yang aneh dari tingkah Axel.

"Iya, kasihan si Ocha. Tuh anak imut banget. Kenapa musti dibully sih?" tambah Satria.

"Kalian jangan belain dia. Pokoknya gue nggak mau tau. Okalina Taruni harus hidup sengsara selama 100 hari ke depan! Titik!" bentak Axel sembari menggebrak meja.

"Wowowow nyatai bro!" Bima mendudukkan kembali Axel ke tempat duduknya. Ia masih heran dengan tingkah Axel yang tak seperti biasanya.

Meskipun Bima merasa aneh, sepertinya, Axel terlalu mengistimewakan Ocha karena Axel benar-benar berniat membully Ocha selama 100 hari. Padahal biasanya ia hanya membully selama seminggu kemudian bosan dan membiarkan target bullyannya hidup dengan normal di Delton. Tapi Ocha berbeda! Axel seakan sangat tertarik pada cewek itu sehingga berniat mengganggunya setiap hari.

😊😊😊😊😊
Waaaah Axel kenapa marah tuh?

Kalau kalian jadi Ocha, kalian bakal ngapain?

Marah?

Sedih?

Jadi pemberani?

Apakah di sekolah kalian pernah ada bullying?

Axel Sharafat Ardiaz

Okalina Taruni

Sean Aurelliano Radeya

Continue Reading

You'll Also Like

542K 58.5K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.3M 224K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
3.4M 174K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...