I am in danger [TERSEDIA DI G...

By zaimnovelis

31.4M 1.1M 90.7K

"Jika lo mau aman bersekolah di sini, lo juga harus menghindari dua orang yang lebih berbahaya dari guru BK,"... More

1) Two Dengerous Boys
2) A Cruel Boy Beside Me
4) I Am Not Cinderella
5) Thank You, Bad Boy
6) Wow! Lisya's Secret
7) Angry Sist
8) Deal With The Bad Boy
9) I Have Headache!!
10) Disaster
11) The Strange Feel
12) Without Formality
13) The Jealousy
14) Mr.Clean
15) Something Wrong
16) I Don't Know What Is This
17) Disappointed
18) Tabebuya
19) I Found You
20) Getting Sick
21) I Look After The Bad Boy
22) Astonishment
23) Heart Beat
24) Answer My Questions
25) I Try To Save Her
26) Shit!
27) The Big Fury
28) Damn!
29) Between Devil And Satan
30) Latecomer
31) Beautiful Girl
32) Is It Love?
33) Intoxication
34) Forgetful Girl
35) Love Action
36) The Bad Stepsister
37) Can You Help Me
38) Are You A Psychopath?
39) My Problem
40) A Difficult Question
41) She Is Mine
42) I Hate My First Kiss
43) Love Triangle
44) Omo!
45) Restless
TIPS MENULIS ALA ZAIM
PERTANYAAN PENTING!!
CHAP 46-95 SUDAH DIHAPUS
SUDAH TERBIT!!
SUDAH DIFILMKAN!!
BISA DITONTON DI YOUTUBE

3) Damn! He Knows me

502K 35.2K 3.1K
By zaimnovelis

Semua orang bernapas lega saat tahu diri mereka telah terhindar dari Axel, sang penguasa kelas IPS, kakak kelas yang terkenal jahat tanpa ampun. Lega bagi orang lain, namun tidak bagi Ocha. Ia mematung kaku, memikirkan berinteraksi dengan Axel saja, ia tak berani.

Andaikan Ocha bisa menghindar, pasti akan Ocha lakukan. Namun hari ini Ocha tidak bisa menghindar lagi. Selain pembagian kunci loker, hari ini Bu Widya juga membagikan seragam olahraga dan setumpuk buku paket untuk semua siswa.  Mau tidak mau, Ocha harus pergi ke lokernya untuk menyimpan barang-barang tersebut.

"Baiklah anak-anak, sekarang kalian boleh keluar kelas, menata buku di loker lalu kembali ke kelas untuk menunggu pelajaran selanjutnya." Bu Widya memerintahkan.

Seluruh siswa keluar kelas sembari membawa tas mereka menuju loker. Ocha masih membeku di tempat duduknya. Lisya hanya bisa menepuk pundak Ocha untuk menenangkan.

"Cha, ingat ya, jika gue disuruh memilih dua kesialan di sekolah ini, maka gue akan memilih loker sial nomor 74, sebelah loker Kak Sean daripada loker sial 89 samping lokernya Kak Axel," bisik Lisya yang kini dianggap Ocha sangat informatif.

"Kenapa?" Ocha semakin penasaran.

"Kak Sean itu emang jahat. Tapi dia nggak pernah bully cewek. Beda lagi kalau Kak Axel. Dia bully semua orang yang membuatnya kesal, tak peduli cowok atau cewek. Tenang, Cha. Selama lo nggak bikin Kak Axel marah, lo masih aman."

Entah sudah keberapa kali Ocha menelan ludahnya sendiri. Lisya menarik tangannya agar ia berhenti mematung takut. Ocha seakan enggan berjalan. Namun Lisya masih bersi keras menarik-narik tangannya.

Langkah Ocha terhenti di ujung koridor, melihat sesosok cowok tampan berambut gondrong yang sebagian dikuncir ke belakang. Siapa lagi kalau bukan Axel, pemilik loker nomor 88. Ocha mendadak bingung harus berbuat apa, kembali ke kelas, atau menata barang-barang di loker.

"Oi ngapain berdiri di sana? Cepetan tata barang-barang lo ke dalam loker sebelum masuk jam pelajaran," ujar Lisya mengingatkan.

Ocha memberanikan diri. Selama ia tidak mengganggu Axel, ia yakin akan aman dan hidup tenang seperti impiannya. Ocha mengangguk penuh tekad dan berjalan menuju lokernya, memasukkan kunci, lalu membuka pintu loker.

Salah satu alis Axel terangkat setelah membaca sekilas name tag di seragam Ocha. Dibacanya 'Okalina Taruni', nama yang bagus, batinnya.

"Oi, elo yang dapat nilai sempurna itu ya?" Axel teringat gosip yang dibicarakan salah satu pacarnya tempo hari bawasannya ada siswa baru yang meraih nilai sempurna saat ujian masuk.

Leher Ocha tiba-tiba kaku walau hanya untuk sekedar menoleh ke arah Axel. "Sa ... saya?" Ocha menunjuk dirinya sendiri.

"Nama lo cukup terkenal tau! Okalina Taruni, satu-satunya orang yang berhasil mendapat nilai sempurna saat ujian masuk."

Ocha mengangguk sopan. Lagi-lagi ia tak berani bernapas. Ia bahkan belum menata barang-barangnya karena tak berani mengalihkan pandangannya saat Axel berbicara padanya, takut dikira kurang ajar.

"Tahun lalu, ada dua orang yang mendapat nilai sempurna. Yang pertama, gue. Yang kedua, si bego Sean," imbuh Axel sembari menata buku-bukunya.

Ocha bingung harus merespon apa. Ia lebih memilih menjawab seratus soal matematika daripada harus merespon Axel.

"Eh jelek! Lo kok tegang gitu sih?" Axel menjambak pelan rambut Ocha, merasa jengkel ucapannya dari tadi tidak direspon.

"Ma ... maaf." hanya kata itu yang terlintas di otak Ocha.

"Loker lo masih berantakan tuh!" Axel menunjuk loker Ocha dengan dagunya. "Ingat, gue pecinta kebersihan. Jangan sampai gue bully elo karena mata gue diperkosa oleh loker lo yang jorok itu."

"I ... iya. Maaf." Ocha segera membersihkan lokernya cepat-cepat sebelum Axel bertambah marah.

Axel menggeleng tak peduli, menutup pintu lokernya, lalu menguncinya rapat-rapat. Sebelum ia kembali ke kelas, ia sempat menendang pintu loker Ocha, sengaja membuat Ocha terperanjat kaget. Memang menyiksa adik kelas adalah hobinya sejak TK.

"Oi." Axel berhenti lalu berbalik. "Kalau gue ngomong, dengerin, terus respon. Ngerti?!" intonasinya seakan mengancam.

"I ... iya, Kak."

Ocha akhirnya bisa bernapas normal setelah Axel benar-benar pergi. Ia mengelus dadanya, menstabilkan irama napasnya yang tak beraturan. Berbicara dengan Axel ternyata lebih menegangkan daripada menjawab soal-soal olimpiade.

"Cepetan tata yang rapi!" Lisya baru berani mendekat ke Ocha setelah batang hidung Axel tak terlihat.

***

Sean memijit pelipisnya yang terasa agak pusing. Pak Darmono rupanya sangat senang memberinya soal-soal yang setara dengan jenjang S2 jurusan Matematika.

Pak Darmono adalah guru yang dibayar khusus untuk membimbing siswa-siswa yang akan mengikuti olimpiade Matematika. Dia merupakan dosen dari salah satu Universitas ternama. Selama ini, dia selalu sukses membimbing siswa-siswa Delton dalam menjuarai berbagai olimpiade Matematika tingkat Internasional.

"Payah! Gue kayaknya butuh waktu 15 menit buat ngerjain soal ini," batin Sean jengah, kesal karena Pak Darmono semakin gemar memberinya soal-soal sulit.

Sean mengacak rambutnya, melangkah keluar perpustakaan, dan membiarkan bukunya terbuka begitu saja. Ia berencana menjawab soal-soal itu setelah ia buang air kecil di toilet.

Ocha sangat bersemangat memasuki perpustakaan Delton yang terkenal lengkap dan nyaman. Area full wifi, komputer siap pakai, digilib yang tersedia di setiap sudut ruang, CCTV, dan tentunya lengkap dengan beberapa AC yang bertengger di dinding, membuat Ocha merasa bahagia seperti di surga.

Maklum, setelah pulang sekolah, Ocha tidak memiliki waktu untuk belajar. Ia harus bekerja sebagai tukang antar makanan sampai jam 9 malam. Terlebih lagi, ia harus bangun jam setengah lima untuk shalat subuh dan menyiapkan sarapan bagi keempat anggota keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu tiri, seorang kakak tiri, dan seorang adik kandung yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Itulah sebabnya Ocha lebih memilih mengerjakan PR di jam istirahat agar ia tak perlu memikirkannya lagi saat pulang sekolah.

"Ha? Buku siapa nih?" Ocha menoleh ke kanan, ke kiri, lalu ke belakang. Dilihatnya sekumpulan soal-soal yang memicu ardenalinnya.

Ocha menengok ke sekeliling lagi, memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang peduli dengan buku tipis tersebut. Tangan Ocha mulai meraba kagum pada soal-soal yang nampaknya baru rampung setengahnya. Ia membalik buku tersebut, mencari identitas si pemilik. Namun tak ada. Sampul buku itu masih bersih tanpa coretan.

Ocha pun mengeluarkan bulpoin dari dalam saku seragamnya, menjawab soal-soal itu tanpa permisi, lalu tersenyum bahagia. Kemudian ia tinggalkan buku itu begitu saja untuk mengerjakan PR nya di sudut ruangan tanpa mengetahui bahwa pemilik buku itu adalah Sean.

Sean berjalan memasuki perpustakaan, duduk kembali ke singgasananya setelah mengacak rambutnya sendiri. Ia gemar terlihat berantakan.

Mata Sean sedikit terangkat mendapati soal-soal di bukunya telah terisi lengkap dengan benar tanpa cara. Sean meneliti kembali, barang kali ada orang iseng yang menjawab asal. Tapi dugaannya salah! Semua jawaban memang benar setelah ia koreksi dengan baik. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari seseorang yang mungkin lebih pintar dari dirinya. Sean takjub karena orang itu mampu menjawab soal-soal itu kurang dari lima menit.

Sean bukanlah sembarang orang. Dia manusia berotak super. Dan dia tidak suka dibuat penasaran untuk hal sekecil apa pun. Ia cepat-cepat menutup bukunya dan pergi menemui operator CCTV sekolah.

"CCTV nomor dua jam sepuluh lewat tiga puluh dua," ujar Sean.

Pak Joyo selaku operator langsung menuruti permintaan Sean, memperlihatkan rekaman CCTV pada kamera nomor dua perpustakaan. Namun sayangnya, CCTV nomor dua ternyata tidak bisa merekam apa pun karena terhalang sarang burung.

Sean tak kehabisan akal. "CCTV nomor lima," pintanya kemudian. Ia tak bisa menyebutkan waktu yang pasti.

"Damn! Kenapa wajahnya tidak kelihatan?" Sean mengumpat saat melihat gadis berambut pendek terlihat bersin-bersin saat tertangkap kamera CCTV nomor lima, di depan perpustakaan.

Sean masih belum kehabisan akal. "CCTV nomor tujuh jam sepuluh lebih lima puluh." Itulah prediksi Sean setelah melihat gadis berambut pendek itu tampaknya akan menuruni tangga.

Namun sayangnya, saat itu Ocha berhenti sejenak untuk membetulkan tali sepatunya di area yang tak tertangkap kamera CCTV. Tak hanya itu, ia juga tidak jadi melewati tangga dan memilih menghirup udara segar di balkon sebelum bel berbunyi. Itulah sebabnya prediksi Sean salah besar.

😁😁😁😁

Siapa ya yang cocok jadi Sean?

Author bingung nih haha

Tunggu terus kelanjutannya ya gaes emmmuaaacch. 😘😘

Apakah Sean akan tahu bahwa Ocha lah yang menjawab soal-soal miliknya?

Continue Reading

You'll Also Like

219K 20.9K 59
Kehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamka...
488K 23.5K 41
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!!] Cerita sebagian diprivate🚫 -Tak mungkin untuk bersama. Namun, terlalu indah jika bersama. *** Ravin Saga Samudera, ber...
1.7M 72.6K 51
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...
690K 5.2K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...