Pluviophile [Tersedia Di Fizz...

By DekaLika

23.4K 1.9K 353

[Tersedia di Fizzo dengan versi baru yang lebih panjang dan banyak plot twist-nya] Bagaimana rasanya terjebak... More

Prolog
Bab1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Diki Wahyudi
Eriska Febri
Epilog

Bab 13

334 37 0
By DekaLika

Dwira segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Fadila begitu saja. Matanya hampir tidak fokus memperhatikan setiap tanjakan dan persimpangan yang di lewatinya. Setiap kata-kata Fadila terus menggerogoti otaknya dan memecah pikirannya. Banyak pertanyaan yang terus menyesakkan dada yang harus ia cari jawabannya pada Riska sekarang. Ia teringat kembali pada wajah Riska yang tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika mendapati ia dan Fadila tengah berpegangan dan sangat dekat. Ketika Riska selalu tak bereaksi apa-apa selain tatapan datar dan wajah polosnya ketika bersama Dwira. Mungkin benar? Pikir Dwira.

Ia menepikan motornya di depan pagar rumah Riska dan segera masuk ke dalam mengetuk pintu rumah Riska tidak sabaran. Ia memanggil nama gadis itu terus, hingga 5 menit kemudian pintu terbuka dengan Mama Riska di sana. "Iya, nyari siapa?" tanya Mama Riska ramah.

"Riskanya ada, Tante?" Dwira mengangguk sopan membalas senyuman wanita paruh baya di depannya.

"Dia belum pulang. Mungkin sebentar lagi," jawab Mama Riska. "Masuk dulu, tunggu dia di dalam aja," lanjut Mama Riska membukakan pintu lebar.

Dwira menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Ngga usah Tante, saya pulang saja. Makasi, Tante." Dwira pamit dan berlarian kecil menuju motornya. "Iya," sahut Mama Riska singkat kemudian menutup pintu.

Pikiran Dwira semakin bercabang. Kemana perginya gadis itu sekarang. Apakah ia sengaja kabur karena tahu Dwira pasti akan mengejar meski ia tidak tahu untuk alasan apa. Ia berhenti di samping sebuah toko kue dan duduk di sana. Dihembuskannya napas berat berkali-kali. Matanya terpejam, kepalanya menunduk dan kedua telapak tangannya berpegangan pada tepi kursi di kedua sisi pahanya, mencoba menenangkan rasa sesak yang ia rasakan.

Bagaimana mungkin Riska melakukan hal seperti itu padanya. Kenapa Rani juga tega memperalat temannya sendiri untuk balas dendam. Apa Riska tahu tentang itu atau tidak? Lalu kenapa gadis itu tidak pernah menolak ajakan untuk bertemu dengannya, kenapa Riska masih mau mengangkat teleponnya jika ia tidak punya rasa sedikitpun padanya? Jika Riska tidak tahu rencana Rani, lalu untuk apa dia melakukan itu semua? Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa pecahkan karena semua pertanyaan itu semu dengan apa yang terjadi selama ini. Dwira menghembuskan napas berat sekali lagi lalu membuka matanya. Dahinya mengerut samar dan menatap sayu aspal di depannya.

"Kemana kamu, Riska?" lirihnya. Dwira merasa ia sedang dipermainkan, namun ia juga penasaran apa maksud di balik perlakuan Riska.

Sebuah motor berhenti di samping motor Dwira tepat di depannya. Dwira mengangkat kepala dan mendapati Waldy sedang menatapnya bingung. "Ngapain lo, bro?" tanyanya kemudian tertawa mendekati Dwira.

Dwira menegakkan punggungnya membalas tawa Waldy. "Kagak ada. Mau pulang nih, bareng yuk. Dwira langsung berdiri dan mengulurkan tangannya yang disambut cepat oleh Waldy.

Waldy hanya memiringkan kepala dan tersenyum simpul kemudian ikut menaiki motornya dan pergi bersama Dwira di arah jalan pulang yang sama. Sesekali Waldy melirik dari kaca spionnya Dwira di belakangnya. Mereka berjalan santai melewati jalan yang sepi.

*

"Kenapa?" tanya Rani langsung ketika Riska masuk ke kamarnya dan duduk di tepi ranjangnya dengan wajah cemberut. Rani mendekat dan duduk di samping Riska menunggu jawaban.

"Lo percaya ngga sih, kalau Fadila itu suka sama Dwira?" tanyanya menatap Rani memelas. Sejenak Rani terdiam hanya memperhatikan raut wajah Riska yang lelah. "Kenapa?" tanya Rani balik menahan degup jantungnya.

"Gue lihat mereka berdua tadi. Lo tahu ngga, mereka itu kayak drama Queen menyebalkan gitu," kesal Riska kembali mengingat kejadian tadi. Dia tidak tahu kenapa dia marah melihat Fadila dan Dwira berdua.

Rani tak menyahut, dia memperhatikan setiap garis kerutan di dahi Riska. "Lo cemburu?" kilahnya bercanda. Riska menoleh dan memelototi Rani geram. "Engga mungkinlah," protesnya kemudian memagut kedua lengan di depan dadanya.

"Kenapa akhir-akhir ini mereka jadi aneh, ya. Gue perhatiin terus kalau Dwira ke kelas si Fadila gugup gitu. Kayak salah tingkah," tebak Riska kemudian merebahkan punggungnya ke kasur. "Gue mau putus aja deh sama dia. Bosan!" teriak Riska frustasi.

"Eh, eh, kenapa tiba-tiba, rencana lo kan belum selesai," sergah Rani cepat ketika Riska mengatakan kata-kata terlarang itu. Riska menoleh dan tersenyum remeh. "Udah. Rencana gue udah kelar," sahutnya acuh kemudian duduk dan merapikan rambutnya.

"Maksud lo?" Rani menyipitkan mata curiga. "Gue tadi pergi main sama Waldy. Oh, dia cute banget," gemas Riska menggosok-gosokkan tangannya di kedua belah pipinya yang sekarang bersemu bahagia.

Rani menelan ludah. Dia diam melihat senyum yang terukir di bibir Riska. Itu membuatnya terlihat semakin manis. Riska menoleh dan tersenyum simpul menunggu Rani mengucapkan selamat padanya, namun Riska tidak membaca raut wajahnya.

Rani tetap diam. Riska cemberut. "Gue tahu lo ngga suka sama Waldy. Tapi sekarang dia udah berubah." Riska menekuk kepalanya dalam. Mengingat teman-temannya yang tidak mendukung hubungan mereka lantaran Waldy adalah seorang playboy di sekolahnya. Riska tahu teman-temannya mengkhawatirnya, namun Riska baik-baik saja. Walau memang, di ujung hubungan mereka Waldy melakukan itu. Tapi cowok itu sepertinya sudah berubah. Riska juga melihat kesungguhan Waldy dari mata cowok itu hari ini.

"Gue bukan ngelarang, tapi lo tahu sendiri, kan? Kami ngga pengen lo berada di kesalahan yang sama," bela Rani mengusap punggung Riska.

Riska mengangguk singkat. Dia mengerti dengan itu. Kadang Riska juga berpikir untuk menjauhi kelakuan buruk cowok yang pernah menyakiti hatinya, namun perasaannya terus memanggil untuk lebih dekat lagi dengannya. Riska bingung dengan dirinya akhir-akhir ini. Dan tentang statusnya dengan Dwira, dia juga tidak menyadari itu adalah kesalahan besarnya.

"Gue pulang ya." Riska mengangkat kepalanya menampilkan sebuah senyum.

"Gue anterin ya," kata Rani bangkit dari duduknya untuk mencari kunci motornya di atas meja belajar. Cepat-cepat Riska menahannya. "Ngga usah. Gue pengen jalan-jalan sore," tolak Riska halus.

Rani memaksa ingin mengantarnya, berkali-kali Riska meyakinkan akhirnya Rani setuju. Dia tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini Rani keras kepala dengan kebaikannya pada Riska. Setelah berpamitan dengan Mama Rani, Riska pergi dari sana.

Riska menyipitkan mata menantang matahari. Sinarnya yang hangat sangat disukainya. Riska melihat sekerumunan orang sedang melihat sesuatu yang sepertinya menarik. Mata Riska tertuju pada sebuah motor yang tergeletak dengan kaca lampu depannya yang pecah dari seberang orang-orang tersebut. Riska segera berlari menerobos kerumunan tersebut dengan perasaan was-was. Dilihatnya cowok yang pernah ia temui saat hujan turun waktu itu sedang tergelatak tak sadarkan diri dengan penuh luka di sekitar kulitnya yang terbuka. Diki mengalami kecelakaan.

"Dia kenapa?"

"Panggil ambulan cepat!"

"Bagaimana keadaan pengendara mobilnya?"

"Anak ini lukanya cukup parah. Cepat tolong dia."

Riska menutup matanya menghindari apa yang sedang dilihatnya. Riska takut pada darah segar yang mengalir dari permukaan kulit yang terluka. Dia mengatur napasnya yang memburu. Kemudian membuka mata perlahan dan memberanikan diri untuk mendekat.

"Diki kenapa?" tanya Riska lirih saat dipegangnya pipi cowok itu. Riska sungguh takut. Entah apa yang merasukinya, Riska malah mengusap dahi cowok itu yang mengeluarkan darah kental. Sekujur tubuhnya bergetar hebat dan matanya berkaca-kaca. Dia sangat takut, namun otaknya menolak untuk menjauh dari sana.

Beberapa menit kemudian serenai ambulan terdengar semakin dekat dan berhenti di dekat mereka. Orang-orang menepi dan membiarkan para petugas membopong tubuh Diki dan satu orang yang terluka ke dalam mobil yang berbeda.

"Ayo ikut kami," kata salah satu dari mereka pada Riska.

Riska mengangguk tanpa banyak bicara ia langsung masuk dan meninggalkan orang-orang yang masih melihat-lihat kondisi motor dan mobil yang bertabrakan. Di dalam mobil ambulan, Riska terus memperhatikan wajah Diki yang memiliki luka goresan di bagian pipi kiri dan bawah dagunya. Tangannya yang masih meninggalkan bercak merah karena luka Diki tadi tidak di hapusnya. Ia menggenggam tangan cowok itu. Riska agak kaget saat mengetahui tangan Diki yang dingin bergerak mengeratkan genggaman tangan mereka walau terasa lemah. Dilihatnya lamat-lamat wajah Diki yang mengerutkan dahinya samar.

"Tahanlah sedikit lagi," bisik Riska di telinga Diki. Riska tidak tahu mengapa dia menangis melihat Diki menutup mata menahan sakitnya. Petugas yang menemami mereka di belakang tersenyum tipis, ia merasa kasihan melihat gadis berseragam SMU yang terisak menahan air matanya.

♥~♥


Say hello semuanya, maaf ya ngga bisa up date lagi. Soalnya aku lagi sibuk sama ujian nih, pening kepalaku memikirkan ujian :D

Baca sinopsisnya lagi ya ^,^ promo aja sih wkwk.

Oh iya, yg punya ig foll aku dong. Ntar aku follback, komen aja di dm^^

Continue Reading

You'll Also Like

30.9M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...
13.8M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...