Pluviophile [Tersedia Di Fizz...

By DekaLika

23.4K 1.9K 353

[Tersedia di Fizzo dengan versi baru yang lebih panjang dan banyak plot twist-nya] Bagaimana rasanya terjebak... More

Prolog
Bab1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Diki Wahyudi
Eriska Febri
Epilog

Bab 8

541 57 11
By DekaLika

Riska menelan ludah dengan susah payah. Dirapikannya duduknya sebentar tanpa menengok ke arah Dwira yang kini duduk di hadapannya.

"Aku dengar kamu dikasih hukuman bikin tugas karena terlambat ya," ujar Dwira memulai pembicaraan sambil menatap cewek di depannya. "Eh? Iya, nih." Ceringai Riska mengangkat kepalanya. "Sini aku bantuin biar cepat selesainya," tawar Dwira tulus. Cepat-cepat Riska menarik bukunya saat Dwira akan melihat-lihat soalnya. "E-enggak usah," tolak Riska cepat.

Dwira surut, dia kembali duduk dan tidak jadi duduk di samping karena cewek itu karena ia menahannya. "Oh, iya. Makan dulu ya, aku udah bawain kamu nasi goreng nih," kata Dwira kemudian membuka bungkus nasi goreng yang masih hangat isinya. Riska termangu, cowok ini begitu baik padanya hingga membuat Riska ingin pergi dan melarikan diri dari Dwira. Ditatapnya Dwira yang memasang senyum dibibirnya dan menggeser nasi goreng tersebut ke depan Riska. "Kamu makan, ya," katanya menatap Riska lembut.

Riska terlihat ragu. Dilihat Dwira yang masih setia menungguinya agar menyuap makanan tersebut dengan senyuman yang terhias di bibirnya. Cowok itu memiliki mata dan senyum yang memikat. Harusnya teman-temannya tidak pergi tadi, sekarang Riska malah kaku hanya berdua dengan Dwira saja. Diambilnya sendok tersebut ragu-ragu. "Kamu mau ikut makan ngga?" tawar Riska akhirnya.

Dwira langsung menggeleng. "Aku udah makan kok, kamu aja. Cepetan makannya, abis itu baru lanjut bikin tugasnya," ujar Dwira. Riska hanya mengangguk singkat. Tanpa banyak bicara, ia melahap nasi goreng yang dibeli Dwira tersebut sedikit demi sedikit sambil mengerjakan tugas. Dwira tak banyak bicara, ia hanya memperhatikan Riska menulis dan sesekali mengingatkan gadis itu jika angka dan jawaban yang dibuatnya keliru.

"Ntar pulang sekolah bareng aku, yuk. Kita jalan-jalan," ajak Dwira. Seketika Riska berhenti menulis, otaknya sedang mencerna kata-kata Dwira. Jalan-jalan? Berarti itu akan membuatnya memiliki kemungkinan bertemu Waldy di jam yang sama. Karena waktu pulang sekolah mereka hampir berbarengan. Riska menerka-nerka apa yang akan terjadi jika ia pergi, dan apa jawaban yang seharusnya ia berikan sebagai penolakan.

"Ka?" Dwira melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Riska, gadis itu melamun. "Eh, iya?" sahutnya reflek dan menatap Dwira yang melihatnya dengan kening berkerut. "Oh, itu. Bo-boleh, kok," jawab Riska sembarangan, dan sekarang ia menyesali kata-katanya.

Dwira tersenyum senang. "Ya udah, lanjutin gih, sedikit lagi." Ia menyemangati Riska agar menyelesaikan tugasnya yang tinggal beberapa nomor lagi. "Iya," jawab Riska ringkas kemudian kembali menunduk menatap bukunya dan melanjutkan menulis.

Duh, gue musti gimana, nih.

Riska mengutuki dirinya yang menerima ajakan dari Dwira barusan. Sekarang otaknya tidak dapat memberi ide cemerlang untuk menolak lagi. Ia menulis dengan fikiran bercabang sehingga tulisannya menjadi tak karuan, besar dan kecil bersamaan dalam satu baris.

Bel berdering nyaring di seantero sekolah. Para peserta dan penonton lomba sekolah sudah usai sejak 15 menit lalu. Jantung Riska berdetak lebih kencang saat mendengar bel begitu cepat menyuruhnya untuk pulang meski tugasnya sudah selesai. "Yuk, aku temenin ke ruang guru," ajak Dwira bangkit dan membantu membereskan buku-buku di meja Riska. "I-iya, makasih," sahut Riska dengan tangan gemetar mengambil tasnya dan menyampirkannya di bahu kananya.

Tiba-tiba Kya datang dengan napas tersengal di ujung pintu. Dwira dan Riska yang melihat itu menatap bingung dirinya.

"Ka cepetan beresin barang-barang lo. Nyokap lo bilang disuruh cepat pulang karna adik lo nangis terus," kata Kya mengambil bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. "Hp lo dipakai buat apa sih, ditelpon orang tua ngga bisa-bisa terus," lanjutnya galak yang membuat Riska semakin bingung.

"Dwira sorry ya, gue bawa Riska cabut dulu. Ini urusan mendadak," pamit Kya terburu-buru dan menyeret pergelengan tangan Riska untuk segera pergi. "Sorry, ya. Nanti gue telpon," seru Riska yang berlari mengikuti Kya.

Dwira masih melongo dengan kejadian beberapa detik lalu. Kenapa sepertinya mereka seperti dikejar hantu sungguhan. Alis Dwira bertaut bingung, tanpa ambil pusing dia langsung saja keluar kelas dengan wajah datar.

*

"Hampir aja mampus." Kya mengurut dada lega. Sekarang ia tersadar di dinding kelas sebelah dengan Riska di sampingnya yang menatap bingung menunggu jawaban. "Hah!" Ia menghembuskan napas kasar sambil mengibaskan tangan di depan wajah Riska.

"Untung aja gue datang tepat waktu." Kya lega aksi kebohongannya demi menyelamatkan Riska telah berhasil dan sekarang gadis itu sudah bersamanya.

"Lo sengaja?" tanya Riska masih belum mengerti. Kya berdecak kesal. "Iya, bego. Kapan lo pintarnya sih," kesal Kya menjitak kepala Riska membuat gadis itu cemberut. "Sakit.." ia meringis pelan. "Tapi makasih ya, untung lo cepet, kalau ngga gue udah pergi diajak sama dia. Gue tadi refleks aja bilang iya, abis itu kaku dah gue ngga bisa ngelak," curhat Riska bersila di lantai.

"Iya, gue tahu, kok. Lo emang bego banget, pake gaya-gaya ala sinetron lagi, kamera zoom segala." Kya ikut duduk bersila melepas penat sejenak. Dia menopang wajahnya dengan siku yang diletakkan di atas pahanya dan menahan pipinya sebelah kiri, ia menatap Riska kasihan. Ini cuma permainan Rani, tapi temannya satu ini malah jadi korbannya.

Ponsel Kya berdering tanda pesan masuk. Dibacanya pesan tersebut, dari Rani.

Lo dimana?

_Rani.

Kelas tetangga.

_Kya.

Setelahnya Kya menyimpan ponselnya dan melihat Riska sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Apaan, tuh?" tanyanya kepo. Dia mengintip sedikit dan melihat nama pemilik nomor yang sedang berkirim pesan dengan Riska.

Riska membiarkan Kya membaca pesannya, membuat temannya itu mencolek lengannya dengan ejekan. "Gaya lo, udah mulai baperan," celetuk Kya. Riska hanya mengedikkan bahu sebagai balasan. Selang beberapa detik dia berhenti mengetikkan pesan dan wajahnya terlihat murung.

"Waldy tahu tentang gue dan Dwira," lirihnya yang berhasil membuat jantung Kya melonjak kaget.

*

Rani berjalan menyusuri koridor sendirian. Dia baru saja kembali dari kelas IPS, kelas Mega, teman SDnya yang dulu terpisah di SMP. Dia sengaja ke sana untuk melarikan diri sebentar dari amarahnya tadi. Sebenarnya pikirannya masih belum tenang, mengingat kata-kata Fadila di koridor tadi membuat otaknya kembali mengirim sinyal kebencian di hatinya. Temannya satu itu telah mengacaukan semuanya hanya karena perasaan.

Rani menghembuskan napasnya pelan untuk mengusir ingatan menyebalkan itu dari otaknya. Dia masuk ke dalam kelas yang sudah bersih dari tas murid-murid lainnya. Hanya tinggal tasnya dan Fadila di sana. Berarti gadis itu belum kembali ke sini. Diliriknya sebentar ke samping bangkunya. Tas Riska sudah tidak ada, ia yakin Riska sudah pulang bersama Dwira mengingat mereka hanya berdua di dalam kelas. Bisa dipastikan Riska tidak dapat menolak ajakan cowok tersebut.

Dia mengirim pesan pada Kya. Menanyakan dimana cewek itu sekarang.

Kelas tetangga.

_Kya.

Rani langsung menyimpan ponselnya dan meyampirkan tasnya berjalan keluar kelas. Diujung pintu, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Fadila yang akan masuk ke dalam kelas. Rani hanya diam membalas tatapan tersebut. Fadila membuang muka dan mempercepat langkahnya masuk ke dalam kelas.

Dengusan napas kasar terdengar dari keduanya. Tak ada sapaan diantara mereka. Tanpa banyak pertimbangan Rani langsung meninggalkan kelas tanpa berniat menyapa temannya sedikitpun. Ia berjalan cepat dan segera membelok ke kelas XII IPA 2.

"Lo serius?" terdengar nada suara Kya yang naik satu oktaf. Matanya melotot mendengar penuturan Riska barusan. Riska mengangguk lemah.

"Kenapa?" tanya Rani tenang saat ia sudah bergabung dengan kedua temanya. "Waldy tahu kalau Riska pacaran sama Dwira," semprot Kya langsung yang membuat Rani ikut menengang. Untuk beberapa detik ia tidak bergerak dengan mata yang masih melotor menatap Kya tak percaya. Lehernya kaku untuk bergerak menatap Riska. Temannya itu sedang menundukkan kepala dengan wajah memelas. Dia menggigit bibir untuk meredam debar-debar jantungnya yang semakin meningkat sejak kata-kata Kya menyerangnya beberapa detik lalu.

Sejenak, suasana menjadi mencekam diantara mereka. Tidak ada yang memulai bicara. Riska sedang menggoyang-goyangkan jari jempolnya sambil menatap ragu ke arah ponsel untuk membalas apa pesan Waldy yang ia abaikan selama 15 menit lalu. Sementara Kya hanya melamun sambil menopang pipi sebelah kanannya dengan tangannya, Rani kini sibuk bertarung dengan pikirannya, antara tantangan dan menyerah sebelum perang. Ternyata ini lebih cepat dari perkiraannya untuk berjalan diam-diam dengan perantara Riska. Ia sudah mengorbankan perasaan temannya itu hanya untuk melepaskan sakit hatinya. Dan sekarang ia tidak sanggup menatap wajah sedih di depannya lagi.

"Gu-gue.. Ris-ka.." kata-kata Rani terbata, lirih tak terdengar. Lidahnya kaku untuk bicara dan belum tahu apa yang akan dia katakan. Tapi yang di sampingnya menangkap jelas setiap getaran di kata-kata Rani.

"Mampus," seru Riska panik sambil memegangi kepalanya. Itu membuat kedua temanya tersalurkan ekspresi yang sama. "Tugas gue... terlambat.. mati, mati," ia berdiri, merapikan kertas-kertasnya dan segera berlari menuju ruang guru dengan kecepatan tinggi. Rani dan Kya menganga setelah ditinggal pergi oleh Riska yang belum sempat mereka berkata, "elo bego" pada gadis itu lagi. Dan sekarang mereka tinggal berdua dengan keheningan lagi diantara mereka.

"Jadi gimana menurut lo sekarang?" tanya Kya memecah kesunyian. Itu terdengar seperti tembakan di telinga Rani. Dia berdeham dan menegakkan kepalanya. "Gue belum tahu," lirihnya. Dalam hati, ia merasa menyesal telah membuat keputusan ini. Ia kembali teringat kata-kata Fadila tadi, tapi ia tidak setuju bila Fadila membela Dwira, karena yang sebenarnya akan lebih terluka di sini adalah Riska.

"Tentuin pilihan lo. Riska ngga bersalah dengan ini semua, jadi lo harus bisa menengahi masalah ini," pesan Kya tenang. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Rani dengan menyalahkannya dua kali setelah Fadila tadi. Rani hanya balas mengangguk. "Pulang, yuk," ajaknya kemudian dan disetujui Kya. Mereka berdiri dan keluar dari kelas.

*

Riska menarik napas lega saat ia sudah di jalan pulang. Beruntung ia menunggu Bu Hanifah yang sedang sholat dan ada alasan lagi karena terlambat mengumpulkan tugas, yaitu menunggu.

Riska menendang kerikil-kerikil di jalanan secara acak. Dia tidak tahu apa yang membawanya berjalan berlawanan arah dari rumah. Seragam sekolahnya kusut dan rambutnya dibiarkan tidak rapi, tergerai dibawa angin. Dia berhenti sebentar di bawah pohon rindang di tepi jalan. Cuaca mendung akhir-akhir ini, karena sekarang sudah masuk musim hujan. Dia menikmati angin yang menari-nari di sekitarnya. Matanya menerawang ke seluruh jalan dengan senyum kecut yang menghiasi bibirnya.

Matanya menangkap dua sosok berpasangan di seberang jalan sebelah kanan. Mereka nampak membicarakan sesuatu yang serius. Gadis itu memainkan tangannya saat bicara dan sepertinya sedang berdebat dengan lawan bicaranya. Dahi Riska berkerut samar melihat cowok yang berdiri di hadapan cewek tersebut. Itu kan cowok yang pernah ia temui di halte, si malaikat pencabut nyawanya.

Dari kejauhan Diki nampak sedang menggaruk-garuk kepalanya mendengar si gadis berbicara. Ia hanya mengucapkan sepatah dua patah kata yang langsung dipotong oleh gadis tersebut. Ekspresinya yang terlihat salah tingkah membuat Riska tersenyum geli. Diperhatikannya terus wajah Diki yang makin lama semakin gusar melihat si cewek tak lagi melanjutkan kata-katanya. Sepertinya Diki menanyakan sesuatu berkali-kali, wajahnya sudah lelah lalu melengos frustasi saat si cewek pergi begitu saja darinya. Itu membuat Riska tertawa sendiri melihat kejadian tersebut.

Selang beberapa detik, hujan mulai turun lewat sela-sela dedaunan pohon yang lebat mengenai Riska. Dia segera mengeluarkan payungnya dari dalam tas dan membukanya. Untung dia cepat tangkap dengan menuruti pepatah lama, "sedia payung sebelum hujan" dan sekarang dia tersenyum bangga akan kepintarannya. Dia berjalan dari sana, sebaiknya dia pulang sekarang dan berbaring di kasurnya yang empuk dengan coklat panas. "Hem.." gumannya sambil membayangkan coklat panas yang meleleh di tenggorokkannya nanti.

Ditatapnya ke seberang dan mendapati Diki masih di sana yang membiarkan dirinya terkena hujan. Itu membuat Riska merasa kasihan. Dibatalkannya niatnya untuk pulang dan melupakan coklat panas yang akan meleleh di tenggorokkannya nanti. Dia menyebrang jalan dengan cepat karena tidak ada kendaraan yang melintas. Tanpa ragu-ragu lagi ia langsung berlari dan memayungi cowok tersebut.

Diki termangu sebentar ketika hujan berhenti turun di sekitarnya. Ada yang menghalangi turunnya hujan, sebuah payung, berwarna merah. Diangkatnya kepalanya untuk melihat siapa pemilik payung tersebut. Untuk beberapa detik dia terdiam menatap sosok di depannya yang sedang memayunginya dengan senyum yang hangat.

"Hai. Hujan ya," sapanya lalu mengedipkan kedua matanya. Dan tersenyum ceria.

♥~♥

Hallo semuanya, masih setia nunggu up date 'After Rain' ngga? Hehe

Kayaknya aku benar, kalau cerita ini beda dari sebelumnya. Tapi jangan takut, tokohnya masih sama kok. Dan semuanya akan berjalan sesuai alur. Walau kayaknya ini akan jadi lebih berat. Aku aja masih mikirin endingnya nih, wkwkwk

Oke bye, see you on the next part. Enjoy reading and be good readers. Thank You :*

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...
1M 91.5K 29
Dark romance Jasmine Gloria, seperti bunga mawar di kebun yang rimbun, hidup dalam keluarga yang selalu menyirami kebahagiaan.Namun, takdir mengajark...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
30.9M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...