Dua Jantung Satu Janji Cinta

By yehezkiel_Ferdyan

24.8K 722 58

Novel Romance Nextnya nih... Menceritakan tentang dua Pria kembar Yang tampan bagai dewa yunani yang jatuh ci... More

Kebersamaan
Camping 1
Camping 2
Selamat Datang
Aktifitas Baru
Jangan Pergi
Abstrak...
Kesendirian
Si Egois!!
Pulang ✈
Menghilang
Kemana?
Rahasia Tetap Rahasia
Will You Marry Me
Lila????
Percaya Kekuatan Cinta
Semakin Membenci!!
Wedding
Gelap...
Tangisan Perih
London
Tidur Panjang ..
Teruji Lagi.. lagi.. dan Lagi
Kembalinya Mata Elang
Anggota Baru
Janji Cinta
Pelabuhan Terakhir
Pilihan Indah
Wujud Mimpi
Kehidupan Baru
Kevin!!
Bahagia dan Takut
Manja Labil
Two Baby Boy
Kehancuran 1
Kehancuran 2
Dendam Terbalas
Kekuatan Cinta Yang Sempurna

Bara Hilang??

507 17 5
By yehezkiel_Ferdyan

Bram dengan gesit membawa Lila ke rumah sakit dan menghubungi Clara, karena tak mungkin ia menghubungi istrinya yang tengah hamil.

"Ra... Cepet ke UGD!!". Ucap Bram lalu memutus sambungan telfon tanpa menunggu jawaban dari Clara.

"Kenapa lagi ini...". Desisi Clara segera berlari ke UGD.

"Ada apa Bram?". Tanya Clara saat sudah melihat Bram di depan ruang UGD.

"Lila Ra.. Tolong dia". Ucap Bram panik dan segera menarik Clara mendekati brankar Lila.

"Astaga!! Kenapa dengan Lila?!". Pekik Clara melihat kondisi Lila yang kacau.

"Nanti ku jelaskan... Segera obati dia". Ucap Bram memberi perintah pada Clara.

Dengan cekatan namun tetap hati-hati Clara mengobati luka-luka di tubuh Lila. Perhatian Bram buyar saat mendengan dering di ponselnya.

My Wife is called....

"Ya sayang....". Ucap Bram mengangkat telfon istrinya.

"Kau kemana saja Bram? Kenapa belum kembali?!". Sentak Marisa dari sebrang telfon.

"Maaf sayang... Tadi ada insiden kecil. Aku sedang ada di rumah sakit sekarang". Jawab Bram lembut mengetahui istrinya sedang marah karena ia tak kunjung memberi kabar setelah kepergiannya tadi.

"Di rumah sakit?! Kamu kenapa?! Apa yang terjadi?!". Teriak Marisa panik.

"Hey... Hey... Tenanglah nona... Suami tampan mu ini baik-baik saja... Jangan khawatir". Tungkas Bram menenangkan istrinya.

"Lalu? Apa yang kau lakulan di rumah sakit Bram?!". Tanya Marisa penasaran.

"Lila Mar... Aahhh... Nanti saja aku ceritakan jika aku sudah pulang, sekarang dia sedang di tangani oleh Clara". Ucap Bram menjelaskan.

"Baiklah... Segera pulang... Atau aku dan mami menyusulmu ke sana ya?". Ucap Marisa.

"Tidak sayang... Tidak perlu... Sebentar lagi aku pulang... Lagi pula jika kau dan Mami menyusulku kemari, siapa yang akan menjaga Bara di rumah... Papi kan sedang ke Hongkong". Tutur Bram lembut memberi pengertian pada Marisa.

"Huh... Baiklah... Segera pulang ya... Kami menunggu mu". Ucap Marisa pasrah.

"Tentu... Istirahatlah... Sudah malam... Kasihan baby kita... I love u". Ucap Bram mengakhiri percakapan mereka.

"Ya... I love u too". Jawab Marisa lalu memutus sambungan telfonnya dengan Bram.

"Bagaimana Ra? Sudah selesai?". Tanya Bram saat melihat Clara sudah di sampingnya.

"Sudah... Semua baik-baik saja... Beruntung dia hanya lecet saja, tidak ada luka serius... Tenang saja...". Terang Clara menjelaskan kondisi Lila.

"Huhhhh... Syukurlah". Ucap Bram seraya menghela nafasnya lega.

"Jadi? Apa yang terjadi pada Lila? Dan kenapa wajah mu bonyok seperti ini?". Tanya Clara dengan tatapan menyelidik.

"Jadi begini.. Tadi sewaktu aku di rumah mami Lila tidak ada di rumah, padahal biasanya jam jam segini Lila sudah ada di kamar Bara. Ternyata dia ada di kantornya.. Dan kau tau apa yang terjadi di sana? Lila hampir di perkosa oleh Kevin, sekretarisnya sendiri". Ucap Bram mulai emosi lagi kala teringat kejadian buruk yang menimpa Lila dan membuatnya sedikit bonyok.

"Ya Tuhan... Untung kau datang Bram.. Kalau tidak..... Ehhh tapi tunggu... Kau sendiri? Dari mana kau tau kalau Lila ada di kantornya?". Tanya Clara lagi menatap Bram lekat.

"Bara... Bara tiba-tiba anfal, dan Mami yang sempat di pamiti Lila untuk ke kantor". Terang Bram.

"Begitu kuat memang cinta mereka". Gumam Clara seraya pandangannya menerawang.

"Tapi kau tenang saja... Lila sudah boleh pulang kok... Tapi tunggu dia sadar". Tutur Marisa yang di angguki tanda paham oleh Bram.

"Dok.. Pasien sudah sadar". Ucap seorang suster dari arah UGD.

"Oh ya.. Kami kesana...". Jawab Clara lalu melangkah ke UGD di ikuti oleh Bram.

"Aaauuuww....". Rintih Lila pelan sambil memgang kepalanya yang sudah di balut perban.

"Hey nona.. Tenang lah... Jangan benyak bergerak.. Kau istirahat dulu". Ucap Clara segera menyergah Lila yang hendak bangun.

"A.. Aku ada dimana?". Tanya Lila lirih dan terisak sambil meringkukkan tubuhnya dan gemetar.

"Tenang Lil.. Kau ada di rumah sakit, tenanglah.. Jangan takut lagi". Ucap Clara lembut sambil merengkuh tubuh Lila yang masih gemetar.

"A.. Aku tadi... A...". Lila tergagap tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Sudah.. Sudah... Tenang ya... Semua sudah baik-baik saja". Ucap Clara mengusap punggung Lila lembut.

"Bram... Pulang lah... Aku akan membawa Lila apartemen ku, Arga masih di USA.. Jadi aku akan membawa Lila dan menenangkan Lila di sana..". Titah Clara masih mendekap Lila.

"Baiklah... Aku serahkan kesehatan Lila pada mu". Ucap Bram lalu berpamitan untuk pulang karena ia yakin bahwa istrinya pasti sudah menunggunya di rumah.

Lila masih sering melamun semenjak kejadian yang ia alami, Clara tak berhenti memberi ketenangan dan semangat untuk Lila.

"Jangan melamun terus nona... Tidak baik untuk kesehatan mu". Ucap Clara mengusap bahu Lila pelan. Terulas senyum tipis dari bibir Lila tersadar dari lamunannya.

"Apa kau tak ingin menemui Bara?". Tanya Clara.

"A.. Aku masih takut...". Ucap Lila meneteskan air matanya.

"Takut? Apa yang kau takutkan?". Tanya Clara menatap Lila bingung.

"Aku takut Bara kecewa pada ku karna aku....".

"Lil... Bara pasti merindukan mu... Sudah hampir seminggu kau tak menemuinya". Ucap Clara mengingatkan.
Lila masih terdiam dan tertunduk.

"Cinta mu untuk Bara yang akan membantu Bara membuka matanya, jika kau terus murung karna kejadian buruk itu.. Aku tak yakin Bara mau membuka matanya.. Temui lah Bara... Aku akan mengantar mu". Lanjut Clara menyeka air mata Lila. Setelah terdiam beberapa menit akhirnya Lila mau untuk menemui Bara.

Saat ini Lila dan Clara sedang dalam perjalanan menuju rumah Bara. Keheningan di dalam mobil Clara yang mengiringi perjalanan mereka, Clara yang juga merasa bingung hendak mengajak Lilaa bicara apa, sesekali ia melirik ke arah samping melihat Lila yang hanya tertunduk dan diam, entah apa yang sedang ia pikirkan.

"Kita sudah sampai nona...". Tegur Clara menyadarkan Lila.
Lila hanya mengangguk pelan lalu mengikuti Clara turun dari mobil, ia melangkah mengekori Clara memasuki rumah megah Albert.

"Selamat datang Non". Sapa penjaga pintu yang kemudian membukakan pintu untuk Lila dan Clara.

"Lila....". Seru Andin mendapati Lila yang baru datang bersama Clara.
Dengan antusias Andin buru-buru menghampiri Lila dan berhambur memeluk Lila.

"Ya ampun sayang.... Mami khawatir sekali dengan mu... Sakit ya luka mu?". Cerocos Andin mengusap pelan kening Lila.
Lila masih bungkam dan hanya menyunggingkan senyum tipisnya pada Andin.

"Bara sudah merindukan mu pasti... Kau mau menemuinya?". Tanya Andin lagi menatap lekat mata sendu Lila.
Lila beralih menatap Clara dan Marisa, serentak Clara dan Marisa mengangguk memberi tanda agar Lila mau menemui Bara.

Akhirnya dengan langkah gontai dan ragu-ragu Lila melangkahkan kakinya untuk menuju kamar Bara, sejujurnya di dalam hatinya ia sangat merindukan pangerannya. Tapi airmatanya tak bisa ia tahan ketika rasa sesak menyesakkan dadanya ketika teringat kejadian yang menimpanya.

Degub jantung Lila sungguh berdebar saat ini, sesaknya terasa semakin mencekik dan membuat nafasnya tercekat, air mata semakin berderai. Dengan tangan yang semakin bergetar ia mencoba memberanikan diri untuk memutar knop pintu kamar Bara.

Dengan mata yang masih terpejam Lila perlahan memutar knop pintu kamar Bara dan selangkah masuk ke dalam kamar Bara dengan mata yang masih terpejam dan wajah masih menunduk.

"Se.....". Ucapan Lila terhenti dan seketika matanya membulat sempurnya serta menutup mulutnya dengan kedua matanya.

"Baraaaaaaaaa!!!!!". Teriak Lila sekencang-kencangnya dari kamar Bara membuat Andin, Clara dan juga Marisa yang ada di lantai bawah terperanjat kaget.

"Lila...". Desis ketiganya berbarengan dan segera bergegas naik ke kamar Bara.

"Sayang... Ada a.... Baraaa...". Teriak Andin saat pandangannya mengikuti pandangan Lila.

"Astaga... Bara.....". Desis Clara lirih yang turut menatap arah yang di lihat Lila dan Andin.

"Bara...!! Bara!! Kamu dimana Bar!!!". Teriak Lila yang sudah sanggup berdiri dan mencari Bara sambil meraba kasur Bara yang kosong dan semua alat yang awalnya di pasang di tubuh Bara sudah tergeletak begitu saja.

"Bara... Kamu dimana!! Kamu dimana...!!". Tangisan Lila dan Andin pecah berbarengan, Clara dengan sigap memeluk Lila dan Marisa memeluk Andin.

"Mar.. Kemana Bara? Apa jangan-jangan Bram...???". Ucap Clara menatap Marisa yang turut panik akan hilangnya Bara dari tempat tidurnya.

"Aku juga tidak tau Ra, Bram setadi pagi subuh sudah berangkat ke singapur, dan pagi tadi kami masih melihat Bara di tempat tidurnya Ra". Tutur Marisa menjelaskan.

"Ra... Bara kemana.. Bara dimana?". Lirih Lila dalam pelukan Clara yang masih setia mendekapnya dengan isak tangisnya yang terdengar jelas.

"Tenang Lil.. Kita ca.....".

Continue Reading

You'll Also Like

5.2M 281K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
318K 16.7K 48
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
4.7M 34.4K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
196K 1.1K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...