Dua Jantung Satu Janji Cinta

Par yehezkiel_Ferdyan

24.8K 722 58

Novel Romance Nextnya nih... Menceritakan tentang dua Pria kembar Yang tampan bagai dewa yunani yang jatuh ci... Plus

Kebersamaan
Camping 1
Camping 2
Selamat Datang
Aktifitas Baru
Jangan Pergi
Abstrak...
Kesendirian
Si Egois!!
Pulang ✈
Menghilang
Kemana?
Rahasia Tetap Rahasia
Lila????
Percaya Kekuatan Cinta
Semakin Membenci!!
Wedding
Gelap...
Tangisan Perih
London
Tidur Panjang ..
Teruji Lagi.. lagi.. dan Lagi
Bara Hilang??
Kembalinya Mata Elang
Anggota Baru
Janji Cinta
Pelabuhan Terakhir
Pilihan Indah
Wujud Mimpi
Kehidupan Baru
Kevin!!
Bahagia dan Takut
Manja Labil
Two Baby Boy
Kehancuran 1
Kehancuran 2
Dendam Terbalas
Kekuatan Cinta Yang Sempurna

Will You Marry Me

564 17 3
Par yehezkiel_Ferdyan

Bram kini telah bersiap diri untuk mengajak Marisa dinner malam ini. Dengan penampilan yang berbeda dari biasanya, Bram kali ini terlihat begitu rapi.

Pukul 07:00 malam Bram berangkat untuk menjemput Marisa di rumah sakit.

Ddddrrrttttt....

Bram tersenyum melihat layar ponselnya yang berdering dan tertera nama "My Love" di sana.

"Yap hallo honey". Ucap Bram menyapa kekasihnya.

"Hallo sayang... Kau sedang dalam perjalanan kah? Mau kemana kamu?". Tanya Marisa berturut.

"Eum... Iya nih... Aku mau menjemput mu honey". Jawab Bram.

"Aku kan bawa mobil sendiri sayang, tak perlu kau jemput aku". Sergah Marisa lembut.

"Tapi aku tetap ingin menjemputmu, apa kau menolak?". Tanya Bram dengan nada yang di buat ngambek.

"Hem... Jangan ngambek sayang... Baiklah... Aku tunggu kedatangan pangeran ku ini ya. Love u". Ucap Marisa membujuk Bram.

"Too...". Jawab Bram singkat lalu memutus sambungan telfonnya.

"Dasar!! Masih saja suka ngambek". Dengus Marisa seraya meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dan kembali beralih membaca kertas-kertas di tangannya.

"Apa yang harus aku lakukan agar kau mau untuk oprasi Bar, lambat laun keadaan mu akan semakin memburuk". Ucap Marisa lirih membaca hasil rekam medis milik Bara.

Marisa menghelakan nafas beratnya berkali-kali teringat akan ungkapan cinta Bara padanya, bukan menyesali karena tak bisa membalasnya. Tapi menyesali karena cinta Bara untuknya membuat Lila pergi meninggalkan Bara yang sangat butuh dukungan dari Lila saat ini.

"Aku harus bisa menemukannya...". Desis Marisa pada dirinya sendiri.

"Menemukan siapa sayang?". Tanya seseorang yang membuat Marisa terperanjat kaget.

"Eum... Menemukan cara agar pasien ku mau untuk oprasi Bram". Jawab spontan Marisa karena sangat kaget akan kehadirannya yang tiba-tiba.

Bram mengangkat alis sebelahnya menatap Marisa yang terlihat begitu gugup akan kedatangannya.

"Hey... Kau kenapa sayang? Apa aku terlalu mengejutkan mu sampai kau gugup begini?". Tanya Bram setelah mengecup kening Marisa.

"Maaf Bram......". Marisa menghentikan ucapannya dan meneliti penampilan Bram dari atas sampai bawah dan kembali lagi ke atas.

"Kau kemana sudah serapih ini?". Tanya Marisa merubah tatapannya menjadi tatapan menyelidik kepada Bram.

"Menjemput mu". Jawab Bram enteng lalu beralih duduk di kursi yang ada di hadapan Marisa.

"Menjemput ku? Serapih ini?". Tanya Marisa tak percaya.

"Ya... Memangnya kenapa? Apa kau tak suka dengan penampilanku?". Tanya Bram balik menatap Marisa dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Bukan tak suka, hanya aneh saja... Kau beda dari biasanya". Ucap Marisa di iringi senyum manisnya.

"Bisakah kita pergi sekarang?". Tanya Bram seraya bangkit dari duduknya.

"Bisa... Sangat bisa... Ayo". Jawab Marisa lalu membereskan berkas-berkasnya dan mengambil tasnya.

Mereka pun pergi keluar dari rumah sakit sambil berbincang dan tak mempedulikan banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan iri karena keromantisan mereka. Bram tak memperdulikan itu malah justru merekatkan pelukannya pada pinggang Marisa setiap kali melihat ada perawat, pasien atau dokter laki-laki yang menatap Marisa dengan tatapan kagum.

"Aku bersumpah jika kesabaran ku sudah habis akan ku congkel semua bola mata mereka". Desis Bram lirih namun tetap terdengar oleh Marisa.

"Siapa yang kau maksud sayang?". Tanya Marisa menatap Bram.

"Semua laki-laki yang menatap lapar kepada mu". Jawab Bram dengan rahang yang mulai mengeras.
Marisa hanya tersenyum mendengar jawaban Bram. Ya... Bram terlalu overprotektif terhadapnya, tapi Marisa suka dengan sikap Bram. Itu artinya memang Bram sangat mencintainya.

Bram dan Marisa sudah sampai di sebuah tempat yang bernuansa sangat indah dan romantis. Bram menggenggam tangan Marisa membawa Marisa menuju dua buah kursi dan meja yang sudah di susun begitu rapih. Bram membukakan kursi untuk Marisa duduk lalu Bram menyusul duduk di kursi satunya.

"Apa kau yang mempersiapkan ini semua Bram?". Tanya Marisa meneliti pemandangan indah di hadapannya.

"Ya... Kau suka sayang?". Tanya Bram menatap Marisa dan tersenyum menawan kepadanya.

"Sangat... Aku sangat suka". Jawab Marisa antusias.
Bram merasa lega karena Marisa terlihat sangat menyukainya. Tapi seketika Bram mengerutkan keningnya melihat perubahan wajah Marisa yang berubah menjadi kesal.

"Hey sayang... Kau kenapa? Kenapa wajah mu berubah begitu?". Tanya Bram bingung.

"Kau tak memberi tau aku jika akan membawa ku kemari. Kau curang". Dengus Marisa lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Curang?". Tanya Bram semakin bingung dengan sikap Marisa.

"Lihat dirimu, kau begitu tampan, wangi, rapih. Sedangkan aku? Lusuh, kucel, dan masih bau obat di tubuh dan bajuku. Kalau kau memberi tau aku dulu sebelumnya kan aku bisa berdandan dulu untuk makan malam romantis ini". Omel Marisa membuat Bram menahan tawanya menatap wajah Marisa yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Jangan marah sayang... Jangan kau rusak acara romantis ini dengan kemarahan mu. Kau cantik dan tetap cantik walau tak berdandan sekalipun, dan aku suka melihat kau membalut tubuhmj dengan pakaian kerja mu itu. Terlihat sexy...". Ucap Bram di akhiri dengan kerlingat mata genitnya yang membuat Marisa tertunduk malu dan mengulum senyumnya.

"Aku mencintai mu sayang". Lanjut Bram mengenggam tangan Marisa.

"Aku lebih mencintai mu Bram". Jawab Marisa membalas genggaman tangan Bram dan menatap Bram.

Lalu mereka memulai makan malam sambil terus bercerita kegiatan mereka masing-masing dan terkadang sendau gurau yang mereka lontarkan membuat mereka tertawa bahagia.

"Sayang.... Ada yang ingin ku katakan pada mu". Ucap Bram dengan tatapan serius.

"Ada apa Bram?". Tanya Marisa bingung.

"Dengarkan aku baik-baik". Ucap Bram. Marisa hanya mengangguk tanda paham.

"Kemarikan tangan mu". Titah Bram dan Marisa pun menurutinya.

Bram mengambil kotak beludru berwarna biru donker, membuka kotak tersebut lalu mengambil cincin dari dalam kotak lalu menyematkan cincin itu ke jari manis Marisa.
Marisa menutup mulutnya sendiri dengan sebelah tangannya, matanya pun mulai berkaca-kaca melihat Bram dengan lembut menyematkan cincin ke jarinya.

"Kau harus menikah dengan ku. Aku tak menerima penolakan. Aku tak menerima alasan. Yang aku terima hanya kau jadi istri ku". Ucap Bram seperti perintah yang tak terbantahkan.
Seketika Marisa menatap Bram dengan tatapan horor mendengar ucapan Bram padanya.

"Kau ini sedang melamarku atau sedang memberiku perintah tuan!". Dengus Marisa kesal dan menarik tangannya yang tadi di genggam Bram.

"Tentu saja aku sedang melamar mu bu dokter". Jawab Bram lalu bangkit dari duduknya dan mendekat ke Marisa.

"Tidak romantis". Dengus Marisa kesal dan tak mau menatap Bram yang sedang menatapnya.

"Kemarilah". Ajak Bram lalu membawa Marisa turun dari kursinya. Dengan rasa kesal Marisa menuruti Bram turun dan mengekori langkah Bram menuju sebuah taman.

"Mau apa kita ketempat gelap seperti ini?!". Tanya Marisa sedikit membentak karena masih sangat kesal pada Bram.

"Jangan banyak tanya, ikuti saja aku". Jawab Bram dengan angkuhnya dan tetap menarik Marisa menuju sebuah saung yang begitu gelap.

"Jangan macam-macam Bram!". Seru Marisa karena merasa sekelilingnya semakin gelap tak nampak apapun.

"Bram... Kau dimana? Bram". Panggil Marisa yang merasa genggamannya terlepas dari tangan Bram dalam keadaan gelap ia berusaha menyapu pandangannya mencari Bram.

"Bram... Jawab aku". Ucap Marisa mulai gemetar.

"Bram... Kau di.....". Ucapan Marisa tergenti ketika melihat cahaya, ia menoleh kearah cahaya dengan pandangan takjub.

W.I.L.L Y.O.U M.A.R.R.Y M.E

Marisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan air matanya menetes karena begitu kaget serta terharu melihat apa yang ada di hadapannya.

"Will you marry me dok?". Ucap Bram yang sudah berjongkok dengan bertumpu pada lututnya membawa sebuket mawar ke depan Marisa.

"Yes Bram... Yes I will". Jawab Marisa cepat sambil mengangguk senang.

Bram lalu bangkit dan dipeluknya Marisa mengangkat tubuh Marisa dan memutar tubuhnya dan tubuh Marisa dalam gendongannya. Bram menghentikan putarannya lalu menatap lekat wajah Marisa yang sudah di ia turunkan dari gendongannya.

"Maaf jika aku tak seromantis pria lain, maaf jika aku tak sebaik pria lain, dan... Maaf karena kebodohan ku yang tak peka terhadap perasaan mu padaku, tapi percayalah Mar, aku sangat mencintai mu.. Aku akan membahagiakan mu, tak akan ku biarkan satu orang pun menyakiti mu. Jadilah ibu dari anak-anakku nanti Mar, hiduplah bersama ku sampai kita sama-sama menua nanti". Tutur Bram dengan terus menatap mata Marisa yang sudah meneteskan air mata karena haru dengan apa yang ia dapatkan malam ini.

"Terimakasih Bram... Aku mau untuk menjadi istri serta ibu dari anak-anak mu, aku siap menyerahkan hidupku sampai tua nanti untuk menjadi milik mu. Aku lebih mencintai mu Bram". Ucap Marisa seraya berhambur ke pelukan Bram, mendekapnya erat dengan derai air mata yang menggambarkan kebahagiaan atas penantiannya selama ini.

Bram melepas pelukan Marisa lalu menempelkan kening dan hidung mancungnya ke kening dan hidung Marisa, keduanya sama-sama memejamkan mata dengan pelukan Bram di pinggang Marisa yang masih setia melingkar dan tangan Marisa yang juga masih setia di kalungkan di leher Bram.

"Bahagialah bersama ku sayang". Bisik Bram namun tetap bisa terdengar oleh Marisa.

"Aku pasti bahagia bersama mu". Jawab Marisa yang juga dengan suara berbisik.

Bram mengubah posisi wajahnya agak miring dan mendekatkan bibirnya ke bibir tipis Marisa.
Keduanya masih terpejam merasakan harum nafas masing-masing yang menerpa wajah keduanya. Bram mengecup bibir Marisa lembut, lama kelamaan kecupan itu berubah menjadi lumatan pelan. Marisa pun turut membalas lumatan bibir Bram dengan lembut. Lumatan Bram semakin gencar pada bibir Marisa dan tak terelakkan lagi keduanya semakin memperdalam lumatan tersebut, sesekali Marisa meremas rambut belakang Bram karena sensasi dari ciuman mereka yang semakin lama semakin menuntut, dekapan Bram pun semakin erat dan menghilangkan jarak pada tubuh keduanya. Saling bertukar saliva dan nafas yang semakin memburu, merasa sudah hampir kehabisan nafas Marisa melepas ciuman mereka. Terlihat gurat kecewa dari wajah Bram karena Marisa melepas ciumannya.

"Aku kehabisan nafas sayang... Kau tak mau jika aku mati karena ulah nakal bibir mu ini kan". Ucap Marisa yang menyadari tatapan kecewa Bram.
Dan kembali mencium bibir Bram tanpa melumatnya.

Bram tersenyum lalu mengusap bibir Marisa yang basah karena ulahnya dengan ibu jarinya.

"Kau milikku... Selamanya kau milikku". Ucap Bram masih menatap intens bibir ranum Marisa yang masih setia dengan senyumannya.

"Ya sayang... Aku milik mu". Jawab Marisa. Bram mengecup kening Marisa lama, Marisa pun hanya bisa memejamkan matanya merasakan cinta Bram yang menghangatkan tubuhnya.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

230K 16.2K 28
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
SECOND Par FLO

Roman d'amour

348K 31.1K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
4.8M 176K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
325K 4.5K 10
"Because man and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...