Dua Jantung Satu Janji Cinta

By yehezkiel_Ferdyan

24.8K 722 58

Novel Romance Nextnya nih... Menceritakan tentang dua Pria kembar Yang tampan bagai dewa yunani yang jatuh ci... More

Kebersamaan
Camping 2
Selamat Datang
Aktifitas Baru
Jangan Pergi
Abstrak...
Kesendirian
Si Egois!!
Pulang ✈
Menghilang
Kemana?
Rahasia Tetap Rahasia
Will You Marry Me
Lila????
Percaya Kekuatan Cinta
Semakin Membenci!!
Wedding
Gelap...
Tangisan Perih
London
Tidur Panjang ..
Teruji Lagi.. lagi.. dan Lagi
Bara Hilang??
Kembalinya Mata Elang
Anggota Baru
Janji Cinta
Pelabuhan Terakhir
Pilihan Indah
Wujud Mimpi
Kehidupan Baru
Kevin!!
Bahagia dan Takut
Manja Labil
Two Baby Boy
Kehancuran 1
Kehancuran 2
Dendam Terbalas
Kekuatan Cinta Yang Sempurna

Camping 1

1.2K 37 0
By yehezkiel_Ferdyan

Hari ini adalah hari yang di tentukan untuk berangkat camping ke bandung, segala persiapan baik alat maupun mental sudah mereka persiapkan. Bram dan Bara telah sampai terlebih dahulu di lokasi guna untuk mensurvei lokasi terlebih dahulu memastikan keamanan lokasi.

"Aku ke bawah dulu Bar, kau dan Anton tunggu di sini dulu". Ucap Bram memberi pesan pada Bara.

"Hati-hati Bram, jangan lama-lama". Jawab Bara sambil menatap punggung Bram yang mulai melangkah meninggalkan Bara dan Anton.

Bram mulai menjejakkan kakinya untuk perlahan turun ke bawah bukit memastikan lokasi game yang mereka rencanakan aman.

"Aaaaaaaaaaa........".

"Bram.....". Gumam Bara mendengar suara triakan.

"Ton, ayo... Aku mendengar suara triakan Bram". Seru Bara menarik Anton dan berlari kearah Bram tadi turun.

"Bram...!!! Bram...!! Jawab aku Bram!!! Kau tidak apa-apa?!!!". Teriak Bara dari atas bukit.

"Bar, lebih baik kita turun. Takut kalau terjadi sesuatu pada Bram". Anton memberi usul yang di beri anggukkan oleh Bara tanda setuju.

"Bram!!! Kau di mana Bram!!!". Teriak Bara sambil perlahan turun ke bawah bukit.

"Aaawwww.... Shit!!! Siku ku luka". Umpat Bram meneliti keadaannya sendiri.

"Bram!! Kau mendengar ku!!! Jawablah Bram!!". Teriak Anton memanggil nama Bram.

"Ton lebih baik kita minta bantuan, aku takut Bram kenapa-napa". Ucap Bara mulai khawatir.

"Tenanglah Bar, coba kita agak turun lagi". Ajak Anton sambil terus perlahan melangkah turun.

"Bram... Kumohon jawab aku!!!". Teriak Bara mulai terlihat khawatir.

"Hey.... Kau tidak apa-apa?". Suara lembut seseorang membuat Bram bergidik.

"Si... Siapa kau!". Ucap gemetar tanpa menoleh ke arah suara.

"Aku Lila, kau tidak apa-apa?". Suara lembut itu menjawab.

"Aku tak tanya siapa nama mu! Kau manusia atau bukan?!". Ucap Bram semakin gemetar.

"Lihatlah kaki ku yang masih menapak di tanah tuan". Jawabnya dengan menyentuh bahu Bram.

Perlahan Bram menoleh ke arah sampingnya memastikan benarkah yang gadis itu ucapkan.

"Hhhuuuhhh... Masih napak di tanah rupanya". Ucap Bram menghela nafas leganya.

"Kau terluka, apa kau terjatuh?". Ucap Lila membuyarkan lamunan Bram.

"Eum iya... Aku tergelincir tadi wak.....".

"Bram!!! Bram... Kau tak apa?". Seru suara dari atas Bram dan Lila.

"Ya.. Ya.. Aku tak apa-apa Bar". Jawab Bram sambil melambaikan tangannya pada saudara kembarnya.

"Loh... Ka.. Kalian kok ada dua?". Ucap Lila polos membuat Bram dan Bara tersenyum mendengar ucapan gadis di dekat mereka.

"Ya... Ini Bara, dan aku Bram. Kami saudara kembar ku". Ucap Bram mengenalkan.

"Li... Lila". Ucap Lila gugup menyambut uluran tangan Bara.

"Bara... Apa ada yang terluka Bram?". Tanya Bara khawatir setelah menjabat tangan Lila.

"Aku tak apa Bar, hanya siku ku terluka". Jawab Bram lalu bangkit berdiri yang di bantu Bara.

"Maaf, kalau mau kita obati saja di rumahku, kebetulan sudah dekat kok dari sini". Tawar Lila pada Bram.

"Tidak, aku akan membawanya ke rumah sakit". Tolak Bara cepat

"Tidak perlu Bar, ini hanya luka kecil. Tidak perlu sampai ke rumah sakit". Sergah Bram.

"Eum Nona, jika memang tidak merepotkan mu....".

"Tidak, tidak merepotkan kok, mari ikut aku". Jawab Lila cepat.

Mereka pun lalu melangkah menuju rumah Lila yang memang tak jauh dari lokasi camping. Ternyata memang ada pedesaan yang terlihat sangat damai dan sejuk.
Terlihat pula dindepan mata mereka ada sebuah rumah yang tak terlalu kecil tidak juga terlalu besar namun terlihat begitu nyaman.

"Mari masuk". Ajak Lila saat sudah sampai di rumahnya.

"Kalian tunggu di sini sebentar ya, aku amabilkan obatnya dahulu". Lanjutnya dan berlalu dari hadapan ketiga pria itu.

"Kau yakin Bram tak perlu ke dokter? Aku takut itu akan jadi infeksi". Ucap Bara memecah keheningan.

"Tidak Bar, lihat lah ini hanya luka kecil. Setelah di obati dua atau tiga hari lagi juga sembuh". Ucap Bram menenangkan saudara kembarnya yang terlihat begitu khawatir padanya.

"Maaf, mari sini aku obati luka mu". Ucap Lila yang tiba-tiba datang dengan membawa kotak P3K di tangannya.

"Oh.. Iya..". Ucap Bram lalu duduk di depan Lila.

"Tanhan jika nanti sakit ya". Ucap Lila lembut dengan senyum manisnya.

Bram tak henti menatap wajah Lila yang masih fokus dan serius mengobati luka Bram dengan hati-hati. Terulas senyum dari bibir Bram saat asik meneliti setiap inci wajah Lila di hadapannya.

"Sudah se...le...".

Mata Lila bertemu dengan mata Bram yang masih menatap lekat mata Lila, seakan tak ingin berkedip mereka berdua masih asik dengan tatapan satu sama lain. Tak menyadari bahwa ada Bara dan Anton di dekat mereka.

"Eeehhheemmm". Deham Anton menyadarkan dua insan yang tadinya sedang asik saling memandang.

"Eum... Terimakasih ya". Ucap Bram dengan senyum menawannya.

"Iya... Sama-sama". Ucap Lila sambil mengangguk dan tersenyum manis.

"Eum Lil, kalau boleh tau di mana orang tua mu? Dari tadi kami tak melihatnya". Ucap Bram sambil menoleh ke kanan dan kekiri.

"Mungkin ibu sedang di kebun". Jawab Lila sambil celingak celinguk sakan baru menyadari bahwa ibunya memang tak ada di rumah.

"Lalu ayah mu?". Tanya Bram lagi.

"Ayah ku sudah meninggal 5 tahun lalu". Jawab Lila.

"Oh... Maaf Lil, aku tidak bermaksud...". Ucap Bram penuh sesal.

"Iya tidak apa, mungkin ayah lebih di cintai Tuhan, makanya Tuhan menjemput ayah terlebi dahulu". Jawab Lila dengan senyum manisnya.

"Oh ya Bram... Kita harus segera kembali ke lokasi, beberapa menit lagi rombongan akan sampai". Ucap Anton mengingatkan.

"Ah iya juga... Ayo kita segera kembali kalau begitu". Seru Bram mengambil jaketnya.

"Eum Lil, apakah kau mau ikut bersama kami?". Tanya Bara pada Lila yang langsung mendapat tatapan bingung dari Lila.

"Kami kan belum tau jalan untuk kembali ke lokasi camping, kau tidak keberatan kan untuk mengantarkan kami?". Tanya Bara.

"Ehm... Baiklah... Aku akan mengantar kalian". Jawab Lila.

Akhirnya mereka pun pergi dari rumah Lila untuk kembali ke lokasi camping, tak butuh waktu lama mereka sampai dan sudah terlihat ramai yang ternyata rombongan sudah sampai terlebih dahulu di lokasi camping.

"Loh... Kalian dari mana saja? Kami mencari kalian dari tadi". Cerocos Kevin yang melihat kehadiran Bara, Bram, Anton dan Lila.

"Tadi aku mengalami kecelakaan kecil, untung ada yang menolong dan sudah di obati juga". Ucap Bram sambil melirik Lila yang berada di sampingnya.

"Lalu...?? Siapa dia?". Tanya Kevin.

"Dia Lila, bidadari yang sudah menyelamatkan ku". Ucap Bram membuat Lila menunduk tersenyum malu.

"Aku akan mengkoordinir agar segera mendirikan tenda dulu". Sela Bara lalu melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Hay... Aku Kevin". Ucap Kevin sambil mebjabat tangan Lila.

"Lila". Jawab Lila lembut dengan senyumnya.

Mereka pun akhirnya mulai kegiatan dari mendirikan tenda dan yang lain mengumpulkan kayu bakar di sekitar tenda karena takut akan ada kecelakaan lagi seperti Bram tadi.

"Aauuww". Rintih Lila sambil memegang kakinya.

"Hey... Kamu tidak apa?". Tanya Bara menghampiri Lila yang mendengar rintihan Lila.

"Eum.. Tidak, hanya kaki ku terluka". Jawab Lila sambil meringis menahan pedih kakinya.

"Coba sini aku lihat". Ucap Bara lalu jongkok melihat keadaan Lila.

"Kaki mu berdarah, ayo aku obati". Ajak Bara membantu Lila berdiri.

"Aauuww... Aaauuuww... Sakit". Rintih Lila karena pedih kakinya tak bisa untuk di pakai berjalan.

"Eehhh... Sepertinya lukamu parah, darah mu juga sepertinya semakin banyak keluarnya. Mari sini aku gebdong". Ucap Bara lalu memunggungi Lila.

"Hah??? Tidak... Tidak usah.. Aku masih bisa jalan sendiri kok". Tolak Lila lembut dengan masih memegang kakinya.

"Tidak usah keras kepala begitu! Ayo cepat". Sentak Bara masih dengan posisi yang sama.

Akhirnya Lila pun menuruti kata-kata Bara dan naik ke punggung Bara.
Bara membawa Lila ke tenda kesehatan untuk di obati oleh tim dokter yang memang di panggil untuk para peserta camping.

"Loh Bar, siapa dia?". Tanya seorang dokter kepada Bara yang melihat gadis di gendongannya terluka.

"Dia terluka Dok, tolong di obati ya". Ucap Bara sembari menurunkan Lila dari gendongannya ke atas brangkar yang tersedia di sana.

"Aku ambil kotak P3Knya dulu". Ucap Dokter Marisa lalu berlalu dari hadapan Bara dan Lila.

"Kau sebenarnya tadi mau kemana sampai-sampai bisa terluka seperti ini?". Tanya Bara dingin pada Lila yang masih menahan sakit.

"A... Aku tadi sebenarnya mau mengantarkan ini pada mu". Ucap Lila ragu-ragu sambil menyodorkan sebotol minum dingin pada Bara.
Tanpa menjawab Bara mengambil sebotol minum tersebut dari tangan Lila.

"Terimakasih". Ucap Bara sembari menengguk minuman yang di beri Lila.

"Ayo sini, aku obati dulu luka mu". Ucap dokter Marisa mulai mengambil peralatan untuk mengobati luka Lila.

"Aaauuww dok, sakit". Rintih Lila menggigit bibir bawahnya menahan pedih karena terkena alkohol.

"Tahan sebentar ya, aku harus membersihkan luka mu dulu". Ucap dokter Marisa.

"Aauuww... Sakit". Rintih Lila lagi dan tak terasa buliran air bening mengalir dari sudut matanya.

Bara yang tadinya acuh dan tak merespon rintihan Lila pun mulai melirik dan mendekat kepada Lila.

"Tahanlah sebentar, itu tak akan sakit lagi nanti setelah di obati". Ucap Bara sambil mengusap kepala Lila lembut.

"Tapi ini sakit sekali". Ucap Lila masih menangis.

"Iya... Tahan sebentar ya". Ucap Bara melembut lalu menggenggam tangan Lila. Spontan Lila meremas tangan Bara kencang untuk pelampiasan rasa sakitnya.

Setelah beberapa menit.........

"Nah sudah selesai". Ucap dokter Marisa sambi membereskan peralatan.

"Terimakasih Dok". Ucap Bara pada dokter Marisa yang di tanggapi dengan anggukan mengiyakan.

"Aku tinggal dulu ya". Pamit dokter Marisa dan berlalu meninggalkan Bara dan Lila.

"Sudah tidak apa-apa kan?". Tanya Bara lalu duduk di sebelah Lila.
Lila hanya mengangguk lirih, tangan Bara yang tak di genggam Lila tergerak untuk menghapus air mata Lila yang mengalir dari sudut matanya.

"Terimakasih ya Bar". Ucap Lila lirih.

"Iya sama-sama... Aku akan mengantarkan mu pulang, ayo...". Ajak Bara membantu Lila untuk bangkit.

"Apa kau bisa berjalan?". Tanya Bara melihat kaki Lila yang di perban.

"Eum... Sepertinya tidak". Jawab Lila ragu.

"Yasudah ayo naik". Ajak Bara membelakangi Lila dan sedikit menurunkan tubuhnya.

"Maaf ya merepotkan mu". Ucap Lila yang sudah berada di gendongan Bara.

"Jangan bicara seperti itu, sudah kewajibanku menolong orang lain". Jawab Bara.

"Apakah jalan desamu bisa di lalui mobil?". Tanya Bara saat sudah mendudukkan Lila di dalam mobilnya.

"Bisa kok". Jawab Lila singkat.

"Hey... Hey... Bar!! Kau mau kemana?". Teriak Bram dari kejauhan yang melihat saudara kembarnya sudah di dalam mobil.

"Aku mau mengantar Lila pulang dulu Bram". Jawab Bara saat Bram sudah di dekatnya.

"Oh... Ya sudah kalau begitu. Hati-hati dan segeralah kembali". Ucap Bram sambil menatap Bara yang mulai melajukan mobilnya sampai menghilang dari pandangannya, seketika senyum Bram menghilang dari bibirnya.

"Kenapa hatiku seakan tak terima melihat Bara mengantar Lila pulang, apa aku cemburu?". Gumam Bram sendiri sambil mengusap dada bidangnya.

"Ahh... Tidak, dia kan saudaraku sendiri, untuk apa aku cemburu padanya". Lanjutnya lagi lalu mengangkat bahunya acuh kemudian kembali bergabung dengan kelompoknya yang lain.

Continue Reading

You'll Also Like

353K 14.4K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
329K 4.6K 10
"Because man and desire can't be separated." πŸ”žMature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...
5.2M 282K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...