Hanami | TELAH TERBIT

By Afnansyhrn

35.2K 6.1K 3.6K

Rantaian kisah berbagai rasa antara dua orang manusia yang dipertemukan karena 'Insiden Buah Talas'. Nada, se... More

Bogor Kota Hujan
Tuan Talas (1)
Tuan Talas (2)
Bantu Aku!
Gugup
Kau Kenapa?
Doclang
Nada, Kau Kenapa?!
Duniamu
Cemas
Keluarga
Tetap Semangat!
Cerita dan Rahasia
Obasan! (Nenek)
Rumah
Halo Cinta!
Kamu
Jelas
Cepatlah!
Tidak Mungkin
Jatuh
Sudahlah
Kebahagiaan
Nenek (1)
Nenek (2)
Kehabisan Akal
He Said
Doshite? (1)
Lucu
Shut Up!
Stay Here
This is Love, Isn't it?
The Truth
Isshoni
Osaka Jo dan Nenek
Pengumuman!

Doshite? (2)

546 109 47
By Afnansyhrn

Nada menghela napas panjang, ia menatap lesu ke arah layar laptopnya. Kenapa ia merasa semakin hari semakin melelahkan saja? Berat sekali. Ia memijat pundak kanan dan kirinya. Ayo, semangat! Sebentar lagi selesai. Hari-harinya selama di Jepang memang berjalan dengan baik dan lancar. Tidak ada gangguan sedikit pun soal pekerjaannya.

Hanya saja ada beberapa hal yang mengganggu, pertama yaitu Taka, kedua Taka dan ketiga Taka. Aih! Nada memukul kepalanya kesal, ia mendengus. Ada apa dengan isi kepalanya ini? Semuanya tentang Taka lagi dan lagi. Benar-benar mengganggu saja. Nada tak ingin memikirkannya, tapi entah mengapa pikirannya terus saja menyuruhnya untuk berpikir tentang si Pria Talas itu.

Memikirkan Taka berhasil membuat tenggorokannya kering. Ia pun berjalan keluar kamar, berniat mengambil air minum. Terdengar suara pintu yang tergeser. Nada melangkahkan kakinya ke luar kamar. Ia langsung melihat ke arah langit, malam ini bintang berkelip sangat indah. Banyak pula, Nada tersenyum manis begitu melihatnya.

Nada menoleh ke arah kiri, berniat berjalan menuju dapur. Ia berteriak terkejut "Whoa!"

Siapa sangka lelaki yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya sudah ada di hadapannya sekarang, ah, tidak, bahkan beberapa menit yang lalu mungkin. Ia berdiri tepat di balik pintu. Benar-benar deh mengejutkan.

"Hobi kamu mengagetkan orang, ya?"

Nada mengusap-usap dadanya. Jantungnya hampir saja meloncat keluar. Taka hanya terdiam sambil menatap Nada. Tatapannya dalam dan tenang, seperti suasana malam ini yang begitu tenang.

Bahkan lebih dari tenang, bisa dibilang sunyi. Nada melihat ke arah Taka, masih tidak ada reaksi sama sekali. Pria itu betah berdiri terdiam dengan tatapan matanya yang menenggelamkan.

"Seharusnya kamu memberi salam terlebih dulu!" ucap Nada ketus. Ia menjadi kikuk sendiri. Bingung harus mengatakan apa pada Taka, karena sedari tadi ia hanya mendapati Taka yang berdiri membisu.

Taka masih terdiam, ia sama sekali tak merespon Nada. Tentu saja hal ini membuat Nada mulai merasa takut sekaligus gugup. Ia menggigit bawah bibirnya sambil mengepal-ngepal jari-jari tangannya di belakang. Pandangan matanya kabur kemana-mana, melihat ke sana ke mari tak jelas saking gugupnya. Nada pun memberanikan diri berjalan melewati Taka.

"Permisi saya mau minum."

Nada berjalan keluar kamar dengan tatapan tajamnya ke arah Taka, seperti tikus yang ketakutan makanannya akan diambil oleh musuhnya. Taka masih terdiam sambil menatap Nada.

Namun, akhirnya Pria itu akhirnya bergerak juga, menggeser tubuhnya agar Nada bisa lewat. Sesudah melewati Taka, Nada berlari kecil menuju dapur. Suara denyutan kayu rumah yang terinjak terdengar memecah keheningan malam itu.

Sesampainya di dapur Nada meneguk habis air putih segelas penuh. Ia terdiam, kenapa Nada merasa ada sesuatu yang mengganjal? Aneh, tapi apa itu?

Nada mengingat wajah Taka dan ekspresinya barusan. Ya ampun, kenapa, sih, dia? Terlihat rona merah di kedua pipi Nada. Taka, apakah itu benar Taka? Jangan-jangan itu hantu? Nada tiba-tiba merinding. Ia mengedikkan pundaknya ngeri.

Nada mengintip Taka dari celah pintu dapur, kedua mata bulatnya melihat menyelidik.

Kenapa dia masih di situ? Ish, Nada mendesah kesal dalam hatinya.

Nada menghela napasnya kasar, ia meletakkan gelas di atas meja cukup kencang hingga menimbulkan suara. Ia merutuki dirinya kesal, apa-apaan lagi ini. Kenapa harus ceroboh di saat seperti ini, sih?

Dengan terpaksa Nada pun memberanikan diri. Ia lalu berjalan keluar dapur dan mendekat menuju ruangannya. Sesampainya di hadapan Taka, Nada berdiri terdiam.

"Ini sudah malam, kenapa kam-,"

"Ini sudah malam, kenapa kamu bukannya tidur?" akhirnya Taka berbicara juga. Dan tatapan mata menyeramkannya mulai menghilang. Ia melihat Nada dengan tatapan normal seperti biasa.

Nada sedikit merasa lega, ia menghela napas panjang. Akhirnya pria aneh ini berbicara juga. Nada sudah takut, ia pikir yang barusan itu adalah hantu menyerupai Taka.

"Memangnya jam berapa?" tanya Nada seperti orang bodoh. Ia menggaruk lengan kanannya sambil menyengir.

"Jam sebelas malam," jawab Taka cepat dengan kedua mata yang tak berhenti menatap Nada lekat-lekat.

Ya, Taka menatapnya lagi seperti itu. Benar-benar membuat Nada risih dan takut. Kalau saja ia boleh memukul ... ah, tidak, jangan. Perempuan tidak boleh kasar, kecuali di saat darurat dan terdesak.

Apa-apaan, sih, pikiran Nada jadi semakin ngaco saja. Mana mungkin Taka punya niat buruk padanya, ia itu pria yang baik dan sopan. Tidak berani macam-macam pada perempuan.

Karena Nada sadar Taka terus menatapnya seperti itu dari tadi, maka ia lebih memilih membuang muka. Ia alihkan pandangannya ke langit-langit rumah. Berbahaya jika pandangan mata mereka bertemu. Bisa-bisa Nada merasakan reaksi aneh itu lagi.

"Lalu apa masalahnya?" tanya Nada sinis. Ia bertanya seperti ini berharap Taka segera pergi.

Malam-malam begini tiba-tiba seorang pria datang ke rumah dan muncul di depan pintu. Siapa yang tidak takut dan curiga? Nada sungguh tak mengerti jalan pikiran Taka. Apa maksudnya melakukan tindakan mencurigakan nan bodoh ini?

"Kamu begitu sibuk? Kamu tidak lihat ponselmu walau sebentar?" tanya Taka sama sekali tak menghiraukan pertanyaan sinis Nada.

Ia bahkan hingga mengeluarkan ponselnya dari kantung celana jeansnya dan menunjukkannya pada Nada. Nada lihat samar-samar, Taka menunjukkan percakapan mereka di pesan singkat (sms). Oh, jadi karena ini Taka sampai menghampirinya? Hanya karena ini? Yang benar saja? Ia benar-benar bodoh atau ....

"Itu....," Nada menggembungkan kedua pipinya. Ia harus jawab apa, ya? Jujur saja, kalau Nada sedang asyik mengerjakan tugas atau mengerjakan sesuatu ponselnya itu pasti ia biarkan tergeletak jauh entah dimana dalam mode silent.

Bukan apa-apa, ia tak ingin kegiatannya terganggu atau tugasnya tak selesai. Lagipula selama ini pesan yang masuk pun kebanyakan dari operator, group chat, pekerjaan. Selama di Jepang keluarganya jarang menghubungi lewat ponsel, mereka lebih sering berkomunikasi melalui Video Call. Ya, begitulah gambaran ponsel seorang single alias jomblo seperti Nada.

"Pantas saja kamu tidak melihat sms saya, tidak menjawab telepon saya," sungut Taka sedikit kesal.

Kini ia menunjukkan sesuatu di layar ponselnya. Nada mengernyitkan kedua matanya agar lebih jelas melihat. Jadi, Taka juga benar meneleponnya. Nada kira ia hanya bercanda atau asal bicara saja. Kenapa susah-susah sms dan telepon? Padahal Nada baik-baik saja tanpa hal itu. Ia sudah terbiasa mandiri, tidak perlu, deh, di ingatkan soal makan dan mandi lewat sms atau telepon.

"Ponsel saya belum saya charge," jawab Nada berusaha mengelak. Terpaksa ia berbohong demi kebaikan. Daripada menimbulkan konflik baru lagi, kan, repot.

Terdengar helaan napas Taka yang berat. Ia tersenyum simpul sambil memijat kedua alisnya.

"Alasan saja," celetuk Taka dengan nada sinis.

"Kamu kenapa, sih?!" Nada mulai kesal.

Ada apa dengan Taka? Dan, lagi apa salah Nada? Kenapa ia selalu disalahkan di sini? Nada bahkan tidak mengerti apa-apa. Seharusnya Taka tidak egois, ia pun harusnya bisa memposisikan dirinya sebagai Nada.

Coba bayangkan, kerjaan menumpuk, deadline sebentar lagi. Tiba-tiba ada seorang teman yang datang tanpa diundang dan marah-marah. Ya, ampun. Sungguh keterlaluan! Kenapa Taka seenaknya, seperti semua ini salah Nada.

"Saya mencemaskan kamu," jawab Taka tak kalah kesalnya. Akhirnya ia mengatakan hal itu juga. Taka kira Nada akan mengerti dengan semua maksudnya saat ini. Ternyata tidak, Kenapa wanita di hadapannya ini sangat tidak peka? pikir Taka frustasi.

"Lalu kenapa kamu ke sini?" tanya Nada dengan wajah polosnya. Ia masih belum mengerti dengan maksud Taka. Perasaan Taka nampaknya belum sampai padanya.

Terdengar gemeretak gigi Taka yang saling beradu. Untungnya ia diberi stok sabar yang cukup banyak malam ini. Kenapa juga, ya, Taka bisa menyukai wanita macam ini? Ya, tidak peka dan semaunya. Taka pun tidak mengerti, sungguh aneh. Ia sepertinya sebentar lagi akan gila.

"Sudah saya bilang, kan, tadi? Saya mencemaskan kamu. Tidak kah itu cukup?" wajah Taka terlihat mulai frustasi.

"Saya baik-baik saja kok. Kamu ini bodoh atau apa? Malam-malam seperti ini keluar. Itu berbahaya!" jawab Nada enteng.

Taka benar-benar frustasi sekarang. Sebenarnya wanita yang di hadapannya ini memiliki hati tidak? Oh, ya ampun rasanya Taka benar-benar terlihat seperti orang bodoh. Padahal jelas-jelas Nada yang bodoh, karena tidak bisa merasakan perasaan Taka terhadapnya.

"Kamu lupa? Saya ini lelaki. Bukan begitu?" tanya Taka sambil berusaha mengatur emosinya.

"Kamu benar," jawab Nada sambil mengangguk tanda mengerti.

"Saya tidak ingin kamu tidur terlalu larut. Saya tidak ingin kamu sakit lagi seperti waktu itu," ujar Taka panjang lebar.

Nada yang sedari tadi berusaha tidak melihat Taka akhirnya melihat Taka juga. Pada saat yang bersamaan tatapan kedua mata mereka bertemu. Buru-buru Nada mengalihkan pandangannya lagi.

"Kalau kamu butuh bantuan. Telepon saya," ujar Taka dingin.

"I ... iya saya tahu."

Nada tiba-tiba saja merasa sangat gugup. Sampai-sampai kini ia merasakan sakit perut. Mulai deh, pikir Nada kesal.

"Saya mau tidur dulu," ucap Nada sambil berjalan menuju kamarnya.

Nada tidak ingin melihat kedua mata Taka lagi. Karena begitu ia melihatnya, ia merasa ada sesuatu yang menyengat di dalam sana. Kenapa, ya? Sungguh aneh. Taka tersenyum manis melihat Nada yang mulai menggeser pintu kamarnya sambil menundukkan kepalanya sopan.

Taka pun berjalan keluar rumah. Untungnya Taka bisa meminjam sepeda motor milik temannya. Kalau tidak, mungkin ia tidak bisa pulang. Kalau dipikir-pikir Taka bodoh juga ya. Larut malam keluar, hanya untuk memastikan keadaan seseorang.

Hanya karena ia tidak membalas sms dan tidak menjawab teleponnya. Taka tersenyum simpul. Ia memakai helmnya, satu menit kemudian Taka sudah melaju cepat dengan motor besar berwarna putih itu.

Sementara itu Nada sibuk memukul-mukul dadanya, kenapa rasanya sangat sesak dan seperti ada sengatan dimana-mana. Apakah Nada sakit? Sakit apa? Entahlah, yang pasti rasa sakit ini baru terjadi beberapa menit yang lalu. Nada, Doshite?



Bersambung.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 96.5K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
645 461 26
"Apa kamu rela meninggalkan Tuhanmu?" Tanya seorang wanita yang mengenakan pakaian syar'i. Lama tak ada jawaban setelah pertanyaan itu dilontarkan pa...
170K 4K 4
Notes. Untuk pembelian PDF Original hubungi 082165503008 Admin Nana. Mayang Kania Putri, kehilangan masa depannya pada usia 17 tahun. Ia hamil dan d...
140K 8.2K 38
Harapan. Itu yang membuat kita kuat dalam cinta. Harapan. Itu yang membuat kita bersemangat mengejarnya. Tapi, bagaimana jika harapan yang kita buat...