Hanami | TELAH TERBIT

By Afnansyhrn

35.2K 6.1K 3.6K

Rantaian kisah berbagai rasa antara dua orang manusia yang dipertemukan karena 'Insiden Buah Talas'. Nada, se... More

Bogor Kota Hujan
Tuan Talas (2)
Bantu Aku!
Gugup
Kau Kenapa?
Doclang
Nada, Kau Kenapa?!
Duniamu
Cemas
Keluarga
Tetap Semangat!
Cerita dan Rahasia
Obasan! (Nenek)
Rumah
Halo Cinta!
Kamu
Jelas
Cepatlah!
Tidak Mungkin
Jatuh
Sudahlah
Kebahagiaan
Nenek (1)
Nenek (2)
Kehabisan Akal
He Said
Doshite? (1)
Lucu
Doshite? (2)
Shut Up!
Stay Here
This is Love, Isn't it?
The Truth
Isshoni
Osaka Jo dan Nenek
Pengumuman!

Tuan Talas (1)

3.2K 466 542
By Afnansyhrn

        Hari ini Nada ditugaskan untuk berkunjung ke Kebun Raya Bogor terkait tugasnya untuk melakukan penelitian pada bunga anggrek yang ada di Kebun Raya Bogor. Ya, tepatnya di Rumah Anggrek. Salah satu petugas dan humas di sana mengatakan bahwa ada beberapa bunga anggrek yang terjangkit penyakit.

       Sesampainya di Rumah Anggrek Nada langsung mengikuti arahan petugas di sana. Beberapa bunga anggrek yang telah terjangkit penyakit itu sudah diisolasi dari tempat sebelumnya. Agar tidak menyebabkan anggrek lainnya tertular.

        Nada mengeluarkan kameranya dari dalam tas. Lalu memotret semua bunga anggrek yang tampak sakit. Banyak bintik-bintik hijau dan kuning di kelopak bunga anggrek, Nada belum bisa memastikan apakah itu parasit, jamur atau lainnya?

          Hari pertama penelitian ini ia hanya ditugaskan untuk mensurvey dan mendokumentasikan apapun objek yang bersentuhan dengan bunga anggrek. Agar mempermudah penelitian.

        Nada baru bekerja selama satu tahun di salah satu Lembaga Penelitian Tumbuhan dan Hewan di daerah Bogor. Sebelumnya ia bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak selama dua tahun lamanya. Setelah itu ia melanjutkan kuliah S1. Yup, Nada adalah seorang Sarjana Farmasi.

       Ia berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi di daerah Bogor. Selama bekerja di Rumah Sakit, Nada bekerja sebagai Asisten Apoteker. Pekerjaan yang menurutnya menyenangkan dan penuh dengan tantangan.

      Hingga akhirnya ia memutuskan untuk resign karena akan melanjutkan pendidikannya. Walau bagaimana pun pendidikan itu nomor satu bagi Nada. Mungkin bagi kebanyakan orang juga.

        Nada termasuk mahasiswi berprestasi di tempat kuliahnya. Selain itu ia pun sangat aktif, ia bahkan menjadi anggota BEM. Dengan seluruh kepadatan yang dimilikinya, ia tetap konsisten dalam menjaga keduanya.

      Bahkan keduanya berjalan dengan sangat baik bersama. Ya, nilai akademiknya maupun kegiatan-kegiatan di luar itu. Ia pun menjadi Asisten Dosen, hitung-hitung untuk membantu membayar uang kuliah. Nada tidak ingin merepotkan kedua orangtuanya.

        Nada menyelesaikan kuliah S1 nya dalam waktu 3,5 tahun. Prestasi yang baik. Tidak hanya di situ, cita-citanya untuk melanjutkan kuliah S2 di Jepang pun tercapai.

      Tiga tahun lamanya ia di sana. Satu tahun ia habiskan untuk mempelajari bahasa Jepang, lalu dua tahun lamanya ia gunakan untuk menyelesaikan pendidikan S2.

     Tapi Nada sedikit kecewa, ia pikir bisa bermain di sana. Yah, walau pun sebentar, kan tidak apa-apa. Waktu itu Nada mendapatkan beasiswa full. Semua kegiatan Nada diatur dan dipantau sangat ketat. Tahu sendiri negara Jepang itu terkenal sangat disiplin.

       Pernah hanya satu kali Nada jalan-jalan di sana, ia pergi Ke Menara Tokyo. Keren, Nada sampai sekarang saja masih terbayang-bayang. Itu pun ditemani oleh salah satu dosennya. Di sana pun Nada menjadi Asisten Dosen.


        Menara Tokyo atau Tokyo Tower adalah sebuah menara di Taman Shiba, Tokyo, Jepang.

      Menara Tokyo terkenal sebagai simbol kota Tokyo dan objek wisata daripada fungsinya sebagai menara antena pemancar TV analog (UHF/VHF), TV lokal digital, dan radio FM.

       Di dalam Menara Tokyo terdapat beberapa ruangan yang disebut lantai observasi. Dari lantai observasi, pengunjung dapat melihat pemandangan seluruh penjuru kota Tokyo, dan bila cuaca cerah, pengunjung bisa melihat sebagian wilayah Prefektur Kanagawa, Saitama, Chiba, dan Gunung Fuji.

      Di lantai observasi tingkat satu terdapat lantai yang dibuat dari kaca sehingga pengunjung bisa melihat pemandangan ke bawah. Sungguh keren, bukan? Tidak hanya itu saja sebenarnya, masih banyak lagi kejutan di dalam sana.

      Sudah berkunjung ke Menara Tokyo tak mampu membuat Nada puas. Ada satu hal yang paling ingin ia lihat ketika di Jepang, yang tidak mungkin ada di Indonesia.

       Hanami atau Ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga Sakura. Mekarnya bunga Sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi.

      Selain itu, Hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon Sakura. Pohon Sakura mekar di Jepang dari akhir Maret hingga awal April (kecuali di Okinawa dan Hokkaido).

       Padahal selama tiga tahun lamanya ia di Jepang, tapi tetap saja tidak bisa melihat dan menikmati keindahannya. Sudahlah Nada, ada banyak hal yang harus kau kerjakan sekarang. Buat apa memikirkan hal-hal itu. Kalau ada rezeki kan bisa saja nanti ke Jepang. Bukan untuk belajar tapi berlibur.

     Tidak dapat Nada pungkiri memang, pendidikan di Jepang sangat luar biasa. Pantas saja kualitas sumber daya manusianya berkualitas tinggi. Selama tiga tahun Nada di sana, ia benar-benar menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar.

      Tapi, anehnya ia tidak pernah merasa lelah atau bosan. Di Sana kondisinya sangat kondusif serta adanya fasilitas pendukung belajar yang sangat mudah untuk diakses.

      Karena pengalamannya selama tiga tahun di sanalah Nada mulai mengambil keputusan berani untuk mendalami semua tentang Ilmu Farmakologi dan Farmakognosi.

       Itulah alasan kenapa Nada sekarang lebih memilih bekerja di suatu Lembaga Penelitian. Ia ingin berbagi ilmu dengan masyarakat Indonesia lainnya.

     Begitu banyak ilmu yang ia dapatkan di sana, tiga tahun lamanya ternyata tidak sia-sia. Ia mendapatkan hasil dan manfaat yang malah sebenarnya lebih banyak daripada pengorbanannya waktu itu.

      Lamunan dan memori akan Jepang terhenti begitu ia melihat ke arah kamera miliknya. Nada mendengus, pekerjaannya semakin berat, dua kali lipat mungkin. Karena asistennya cuti hamil. Biasanya ia yang mendokumentasikan sedangkan Nada mencatat ini itu dan mencari beberapa objek terkait. Lalu membuat hipotesis sementara. Lelah juga, di hari pertama seperti ini saja sudah terasa.

      Setelah melaksanakan Shalat Dzuhur dan istirahat sejenak, Nada pun bersiap-siap untuk kembali ke tempat kerjanya. Ia harus memberikan laporan penelitian hari ini pada atasan.

     Ia menarik napas, menghirup udara sejuk. Andai saja kota Bogor masih memiliki udara sesegar di dalam Kebun Raya pasti sangat menenangkan hati dan pikiran. Tapi nyatanya sekarang bagi Nada kota Bogor tidak bedanya dengan Jakarta. Panas dan macet. Mungkin Nada melupakan satu julukan lagi untuk kota Bogor, apalagi kalau bukan kota Sejuta Angkot.

       Nada lihat ke arah jam tangannya, ia sedikit terkejut. Masih tersisa tiga puluh menit. Tempat bekerjanya tidak begitu jauh dari sini. Ia tersenyum, jalan-jalan sebentar tidak apa, kan? Walau ia sudah beberapa kali berkunjung ke sini.

     Rasanya tidak pernah berubah, ia tetap merasa senang dan rileks. Sejauh mata memandang hijau dimana-mana. Sungguh pemandangan yang memanjakan kedua mata.

        Hari ini tidak begitu ramai, karena hari ini bukan hari Sabtu dan Minggu. Hanya ada beberapa pengunjung di sini. Kebanyakan dari mereka adalah Turis.

       "Perru-misi."

      Nada menghentikan langkah kakinya sejenak. Suara darimana itu? Tidak ada siapa-siapa di sini. Lagipula suaranya terdengar sangat pelan dan sedikit aneh. Pengucapannya pun tidak begitu jelas, seperti orang asing.

      Nada lalu melanjutkan perjalanannya kembali.

      "Perru-misi."

     Wanita berhijab biru laut itu menghentikan langkah kakinya lagi. Ia menoleh ke arah kanannya dan langsung terkejut, bahkan hingga sedikit meloncat dan berteriak.

     "Maaf, Maaf."

      Nada berusaha menenangkan dirinya sejenak. Setelah merasa irama napasnya teratur ia mulai memberanikan diri untuk berinteraksi dengan orang asing ini.

     Darimana dia berasal? Rasanya tidak asing. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, namapkanya dia orang Asia juga, dari Jepang atau Korea mungkin?

      "Maaf, saya tidak bermaksud mengagetkan kamu. Saya hanya ingin bertanya dimana pintu keruar Kebun Raya Bogor ini?"

      Nada masih terdiam. Ia begitu lancar bicara bahasa Indonesia, tapi sayangnya cadel atau karena aksen bahasanya yang menyulitkan ia mengatakan huruf 'L'?

     Lucu juga, tanpa sadar Nada menahan tawanya. Melihat ekspresi Nada yang sangat jelas itu, lelaki asing yang ada di sampingnya menatap Nada dengan heran. Karena merasa tak enak Nada lalu mulai memasang wajah serius.

      "Kamu lurus saja, lalu ketika kamu melihat bangunan berwarna putih belok kiri. Itu pintu keluarnya," jawab Nada ramah sambil diikuti senyum yang manis.

    "Ah Sou Sou Sou (begitu), terima kasih."

     "Kamu dari Jepang?"

     Orang asing itu terdiam sambil menatap Nada,

      "Iya, betur. Kamu tahu darimana?"

      "Terlihat jelas."

      "Sungguh? Saya dari Osaka, Jepang. Kamu tahu, kan? Osaka?"

       "Saya tahu, saya ingin sekali ke sana.
Tapi belum bisa, entah kapan saya bisa ke sana."

      "Souka (oh begitu), boleh saya tahu nama kamu?"

     "Nama saya Nada Nur Syifa. Kalau kamu?"

     Drrt ... Drrt ... Drrt....

     "Tunggu, ada terepon."

      Nada pun mengangguk tanda mengerti. Sambil menunggu pria ini berbincang di telepon Nada malah asyik memperhatikannya. Ia rasa, pria Jepang ini sangat ramah dan mudah akrab dengan orang lain.

    Tapi, lamunannya tiba-tiba terhenti begitu  mendengar jeritan anak kecil di belakang. Ya ampun ternyata karena ice creamnya jatuh. Nada pikir karena apa.

      Begitu ia melihat ke arah lawan bicaranya lagi, dia. Dia menghilang, tunggu! Dimana dia? Lho, kenapa ia malah berlari?

     Nada berniat mengejarnya, tetapi kakinya tersandung sesuatu. Talas? Jangan-jangan ini miliknya?

     Ia melihat-lihat ke sana ke mari, itu dia! Nada segera berlari mengejarnya sambil membawa talas itu. Nada mulai payah begitu merasa jalan ini semakin menanjak ke atas.

     "Hei, ini milikmu!"teriak Nada sebisanya.

      "Hei! Ini talasmu!"

      Nada terus berlari walau kecepatannya mulai menurun.

      "Tuan Talas!" teriak Nada akhirnya berhenti berlari karena kelelahan.

      Kedua lututnya bergetar begitu kuat. Lemas sekali. Tuan Talas? Ia spontan saja memanggilnya dengan sebutan itu. Lagipula Nada belum tahu nama lelaki itu siapa. Tuan Talas yang aneh.



Bersambung.

Note:

- Farmakologi adalah ilmu pengetahuan.  yang berhubungan dengan obat-obatan.

- Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

                                 

Continue Reading

You'll Also Like

345 115 8
"Semua nya bisa berubah kapan pun itu, tapi mengapa mendapatkan kepercayaan kembali itu sangat sulit?" -Izyan dhaniswara Al-Syaviz "Aku terlalu jauh...
2M 96.6K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
5.2M 281K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.7M 85.2K 16
Carnation adalah bunga anyelir. Tidak. Aku sama sekali tidak menyukainya, tetapi tidak juga membencinya. Namun, aku akan menangis jika ingat kenangan...