The Reason I Love Tom : Calum...

By michaelum

99.4K 11.8K 587

Its really weird when someone you hate become your love. More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
FF baru
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Under The Tokyo Sky : Michael Clifford
30
31
32
33
34
SEQUEL

29

2.8K 306 13
By michaelum

Calum POV

Calista membuka pintu kamarku dengan air mata yang menetes-netes dari dagunya. Ia langsung membenamkan kepalanya di bantal yang ada disampingku. Sejenak kubiarkan sampai tangisnya mereda. Karena aku tahu, pasti sesuatu melukai hatinya.

Setelah berpuluh-puluh menit membenamkan kepalanya. Ia pun berbalik dan menatap langit-langit kamarku. "Heartbreak is not cool". Ucapnya sambil menyeka air matanya.

"Kenapa sih lo?". Ia duduk dan menghadapku. Mata sembab, rambut acak-acakan, dan seragam yang masih melekat pada tubuhnya.

"Tadi tuh, gue diajakin pulang bareng sama Egi. Eh taunya gue ditinggalin dan dia malah jalan bareng sama Zoe. Egi bilang, gue dikira pulang sama elo". Ia menyeka kasar air mata yang melewati pipinya dengan telapak tangan. "Heartbreak is not cool".

"Gue kan udah bilang, dia emang ga baik buat lo". Ucapku. Dan saat itu pula mata Calista melotot ke arahku. Okay, aku salah bicara lagi.

"Lo kan emang ga suka sama Egi. Buang aja gih, perasaan lo buat gue. Daripada sakit". Ucap Calista dengan nada serius. Dia sih bisa seenak jidatnya menyuruh aku membuang perasaan, tapi belum tentu dia bisa ngelakuin.

"Mending lo cuci muka, terus ikut gue ke rumah Michael". Ia mengernyit sejenak. "Gue mau workout".

***

Calista POV

Setelah mencuci muka dari rumah Calum, sekarang aku akan mengganti baju. Sungguh, Heartbreak is not cool, aku lebih mirip singa sekarang. Setelah selesai mengganti baju dengan celana pendek dan kemeja flanel oversized milik Michael, aku ke rumah sebelah.

Dan sesampainya disana, Calum duduk sambil memutar kunci dijari telunjuknya. Ia langsung menatapku dari atas kebawah. "Lo pake kemeja siapa?".

"Michael". Ucapku datar.

"Lo keliatan kaya jalangnya Michael". Ia tertawa keras dan pukulan lima jari mendarat di punggungnya yang tidak ditutupi sehelai benang. "Aww sakit, yaudah jalangnya gue aja". Kutendang pantatnya sambil terus mengumpat padanya.

Ia pun pari terbirit dan masuk ke dalam mobil. Aku pun duduk di bagian kursi penumpang. Tentu, dengan wajah memberengut.

"Yahh ngambek deh". Ucap Calum dan aku sama sekli tidak memperdulikannya dan memandang kearah jendela. "Bercanda kok, lo cantik. Okay?". Basi.

Calum pun diam dan akhirnya melajukan mobilnya. Tapi ada sesuatu yang salah sepertinya, kenapa Calum tidak memakai baju? Kau tahu, ia hanya memakai celana sport selutut dan sepatu hadiah ulang tahun dariku. Hot damn Calum.

Aku terus melancarkan jurus diam seribu bahasa. Sebenarnya aku tidak marah, hanya marah bohongan. Dan sedari tadi malah aku yang tidak bisa tenang, kulihat dari ekor mataku, Calum terus-terusan menggaruk tengkuknya dan menggigit bibir bawahnya. Jangan berpikir kotor Cals, jangan berpikir kotor. Masa depanmu masih panjang. Jangan berpikir kotor tentang Calum. Batinku.

Dan bukannya sampai di rumah Michael, kita malah berhenti di Pizza Hut. Katanya sih mau workout tapi kenapa membeli pizza?

"Okay, mungkin gue kelewatan bercandanya. Dan sekarang sebagai permintaan maaf, gue beliin lo pizza. Gimana?". Ugh....soswit. Aku menoleh ke arahnya yang sudah memasang tampang melas. Kenapa dia imut sekali?!

"Okay okay". Ucapku.

"Jadi lo maafin?". Aku mengangguk. Dan ada sebuah senyum yang terukir di bibir Calum. "Yaudah yuk kita pesen pizza".

"Ehhhh, lo mau kemana hah?". Ucapku sebelum Calum keluar dari mobil.

"Katanya mau pesen pizza? Yaudah ayo".

Sebenarnya aku sangat sangat sangat ini menoyor kepalanya saat ini juga, tapi karena ia berbaik hati membelikanku pizza jadi kuurungkan. "Lo ga pake baju Cal! Bisa-bisa gue emang disangka jalang lo". Aku memutar mata dan Calum sepertinya baru menyadari jika dia tidak pakai baju.

Ia terkekeh, "Yaudah, nih". Aku pun segera meluncur memesan pizza.

Setelah 15 menit menunggu, akhirnya pizza yang kupesan sudah di tangan. Dengan cepat aku melangkah masuk ke mobil Calum. Ia menyambutku dengan senyum. Dan kubalas juga dengan senyuman. Terkadang aku merasa heran padanya, apa yang ia pernah pikirkan tentangku?

Tak lama kemudian, kami telah sampai di pekarangan rumah Michael. Aku menenteng pizza yang meronta-ronta untuk masuk ke perutku. Dan tanpa permisi, kami langsung masuk dan mencari keberadaan Michael dan yang lain di dalam.

"Gue terlambat?". Tanya Calum. Betapa terkejutnya aku melihat keempat orang itu memakai pakaian yang sama seperti Calum-hanya berbeda warna- semacam shirtless.

"Oh ada Calista juga". Kini Ashton berjalan menghampiriku dan Calum. Tak lupa Michael dan Luke mengikut. "Lo mau ikutan juga?". Dengan cepat aku menggeleng.

"Baju gue". Umpat Michael ditemani tawaan dari Luke.

Jadi cerita bagaimana aku mendapatkan baju Michael yang sedang kupakai adalah : Dulu Michael suka dengan Geordie-gadis kelas sebelah. Lalu ia ingin tahu, apakah Geordie juga suka dengannya. Dan kamipun langsung membuat rencana. Aku dan Michael memakai baju yang hampir sama, tetapi aku tetap memakai baju Michael. Dan begitulah Geordie melihat dengan wajah cemburu. Dan setelah itu, Michael pun menembak Geordie.

"Udah punya gue ya". Aku berjalan lalu duduk di sofa yang menghadap ke arah mereka yang sedang workout. Tak lupa dengan pizza yang ada sekarang ada dipangkuanku. Semacam surga dunia, melihat 4 cowok yang sedang workout dan tidak memakai baju. Jika Alena ada disini, pasti ia akan kegirangan. Siapa sih yang tidak mau melihat mereka?

Oh fuck Calista, buang pikiran kotormu. Kau harus kuliah. Batinku.

"Calista!". Panggil Michael. Aku pun menaikkan satu alisku untuk menjawabnya. "Mau bantu temanmu yang berpipi gempal ga?". Umpatan fuck dari Calum pun terdengar. Jadi pipi gempal itu Calum?

"Lo cuma duduk di punggungnya, udah". Aku mengedip-ngedipkan mataku. Yang benar saja aku duduk di punggungnya. "Ayolah, ga mungkin Michael yang bakal duduk diatas Calum". Umpat Ashton.

Dengan berat hati-eh tidak, senang hati maksudnya- aku berjalan ke arah mereka. Dan Calum langsung memposisikan badannya tengkurap. Sebenarnya aku juga tidak tahu jelas bagaimana posisi yang mereka inginkan. Mereka kan hanya bilang duduk diatas Calum.

"Nah sekarang lo duduk di atasnya Calum". Ucap Ashton. Dan sepertinya Calum juga pasrah-pasrah saja. Apa ini salah satu latihannya juga?

"Kaya gimana? Posisi kaya naik kuda?". Dan tawapun meledak dari mereka semua. Kan benar, biasanya duduk diatas punggung itu seperti kuda.

"Kalo mau main kuda-kudaan sama Calum jangan disini, tapi di kamar". Aku langsung menunjukan dua jari tengahku pada Michael-si otak super kotor. Dan umpatan-umpatan lainnya dari Calum. "Lo duduk bersila aja diatasnya. Nanti Calum push-up 15 kali. Lo hati-hati biar ga jatuh". Aku pun mengikuti suruhan Michael dan mulai duduk diatas Calum. Setelah menurutku posisiku nyaman, aku mencoba menjaga keseimbangan.

"Siap?". Ucap Calum. Aku hanya diam. "Calista, siap?".

"Ehh..uhh...iya Cal, gue siap". Dan mulailah badanku naik ke atas juga. Dan yang lainnya menjaga disekeliling dan menghitung hasil push up Calum.

Antara takut-tegang-enak-dan lumayan membuat keringat menetes. Karena sangat susah menjaga keseimbangan diatas badan Calum. Apalagi punggungnya basah karena keringat.

"Oke, stop". Ucap Luke. Sepertinya sudah 15 kali. "Yang tadi itu, bener-bener indah". Lanjutnya.

Aku hanya mengernyitkan dahiku tak mengerti apa yang dimaksud Luke. "Iya bener, kalian so sweet banget".

Aku memutar mata dan melanjutkan menyantap pizza. Sekalian menghilangkan rasa deg-degan ku.

***

Setelah pukul 9 malam. Akhirnya kami pulang dari rumah Michael. Calum juga sudah mandi dan untungnya ada kaus dan celananya di mobil. Jalanan mulai sepi karena kami tidak melewati jalur utama, karena macet. Suasana hening hanya ada lagu Lost in stereo dari All Time Low. Calum juga lebih cenderung diam, semenjak acara push up tadi.

"Diem aja terus". Umpatku yang langsung mengalihkan pandangan ke jendela. Dan tiba-tiba saja ia menepikan mobilnya. Aku langsung menoleh padanya. Karena jalanan juga sepi dan gelap, aku tidak bisa melihat jelas wajahnya sekarang hanya ada lampu jalan didepan kami.

Wajahnya semakin mendekat ke arahku. Membuatku merinding tidak jelas saat nafasnya menerpa pipiku. Dan sebelum kejadian itu terjadi, aku segera meniup pelan wajahnya, reflek ia mundur.

"Ga asik lo". Aku hanya bisa tertawa sekarang. Ia pun melanjutkan perjalanan pulang kami. "Padahal suasananya udah pas banget".

"Gitu aja ngambek, mending sekarang nyetir yang bener". Aku tertawa lebih kencang melebihi suara radio mobil. "Lo ga inget gue punyanya siapa?".

"Oke oke lo punyanya Egi. Dan tadi gue nyium cewenya Egi. Dan cewenya Egi adalah first kiss gue dan first love gue. Dan mungkin first kiss cewenya Egi adalah Calum Thomas Hood". Ucapannya semakin membuat tawaku meledak. Bagaimana tidak, ia sama sekali tidak canggung dan mengatakan yang benar-benar sesungguhnya.

"Itu lo udah tau, jabatan first kissnya Calista emang masih kurang?". Ia mendengus.

"Kuranglah, gue kurang jabatan jadi suami Calista Harris". Ia tertawa.

"Dih, apa banget deh". Dan akhirnya di mobil itu hanya ada suara tawa kami yang dilanjut dengan bercerita tentang masa kecil kami.

***

"Kamu ngapain sih jalan sama Calum kemarin?". Bentak Egi. "Kenapa kamu ga bilang?".

"Perlu ya aku bilang? Kamu aja yang jalan sama Zoe ga bilang kan ke aku?". Aku memutar mata. Bisa-bisanya ia cemburu pada Calum. Sudah jelas Calum hanya temanku.

"Aku tuh ga ada jalan sama Zoe, rumah kita searah dan sekalian jalan bareng". Ucapnya mengelak. Ingin sekali aku menampar wajahnya. Sangat-sangat ingin.

"Bullshit, lo kalo cape sama gue, mending putus". Kutinggalkan Egi yang mematung ditempatnya. Emosiku sudah naik ke ubun-ubun. Sudah 2 kali Egi pulang bersama Zoe dan dengan alasan rumahnya searah.

Dengan langkah cepat aku melangkah ke kantin. Dan langsung menyambar kursi yang ada disebelah Michael.

"Kenapa lo?". Tanya Michael.

"Bukan urusan lo". Dan langsung saja aku mendapata sorakan 'wooo' dari mereka. "Pasti lo lagi berantem sama Egi, woho love birds".

"Mana ada love birds berantem, bodoh". Ucap Luke sambil melempari Michael sedotan ice teanya. Dan aku hanya memandangi Calum dengan tatapan bengis, ia sama sekali tidak menunjukan ekspresi peduli padaku.

"Caluuuummm".

"Uhh.. iya?". Aku memutar mata sarkas. Hanya 'uh iya' saja?

"Lo itu hihhh". Kucubit lengannya dan langsung mengalihkan pandangan.

"Lah emang gue kenapa?". Sumpah ya, Calum adalah laki-laki super bodoh-tidak peka-tolol-dan telat mikir.
Aku memutar mata dan tiba-tiba saja aku melihat Egi baru memasuki kantin. Dengan perasaan super gondok, aku meneguk air mineral yang ada disampingku. Sedangkan orang disampingku terus-terusan menyikutku dengan lengannya. Dan kenapa dibelakang Egi harus ada Zoe?

Ya aku tahulah, Egi dan Zoe ternyata mempunyai hobi yang sama. Menari. Tapi haruskah selengket itu mereka?

"Cemburu, huh". Aku melirik Michael dari ekor mataku. Kebiasaannya Michael, menyulut api kecil dan akan membesar. Oke ini lebay.

Aku berjalan kearah Egi dimana dibelakangnya ada Zoe. Secara spontan aku mengalungkan lenganku di lengan Egi, "All bitches, start a war". Teriakku. Dan itu membuat Egi terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Mengerti siapa yang kumaksud.

"Ada apa sih? Aku kan cuma temenan sama Zoe". Ucap Egi.

"Kau tahu, aku sama kamu juga dimulai dari temen. Karena dari temenan rasa itu ada, masa ga ngerti sih". Aku mendengus dan melirik ke arah lain.

"Okay, okay, i'm yours".

***

Kuhempaskan tubuhku di ranjang kesayanganku. Seandainya jika aku memberikan pelajaran pada Zoe untuk menjauh dari Egi, bisa juga. Tapi itu tidak mungkin. Aku bisa dikatakan gadis gila.

"Calista". Aku menengok ke arah jendela. Disana sudah ada Calum yang masih menggunakan seragam dan tersenyum lebar ke arahku. Aku menghampirinya, lalu duduk di jendela dengan kaki menggantung.

"Apa?". Kataku.

"Gak peduli lo mau percaya, atau enggak. Tapi tadi sebelum Egi nemuin lo, gue ketemu dia di depan toilet sama Zoe. Dia ngomongin lo". Mataku membelalak kaget. Berusaha tidak percaya dengan apa yang dikatakan Calum.

"Lo denger mereka ngomong apa?".

"Egi bakal mutusin lo". Aku tergelak. Itu tidak mungkin. Egi tidak mungkin memutuskan aku.

"Itu ga mungkin, Cal". Aku turun dari jendela. "Gue tau lo ga suka sama hubungan kami. Jadi ga usah kaya gitu deh". Aku berjalan meninggalkan jendela yang kututup dengan tirai biru mudaku. Kupandangi semua tempelan note didepan meja belajarku. Aku masih menyimpan note itu.

Maybe I'm scared to forget you. Because you mean more to me. You are everything I need, everything I want, everything I wish. - C

Aku juga takut untuk melupakan Calum. Mungkin memang kita tidak harus bersama. Kuambil note biru langit itu dan terus kupandangi tulisan khasnya itu. You are everything I need, aku juga membutuhkannya. Sama seperti ia membutuhkanku. Perasaan itu ada semenjak hubungan kami baik-baik saja. Everything I want, aku memang menginginkannya. Tapi ada suatu alasan yang membuatku tidak ingin bersama Calum. Everything I wish.

Kusobek lembar buku tulis dan menuliskan kata-kata dengan tinta hitam. Kutulis semua apa yang ingin kukatakan, kutulis semua apa yang kurasakan dan kutulis semua apa yang kumau.

Setelah selesai, aku berjalan ke arah jendela. Meremas kertas itu menjadi bulatan sambil memandangi jendela yang sudah tertutup rapat didepanku. Kulempar kertas itu ke jendela yang ada didepanku dan berakhir di tanah. Aku tidak peduli, kertas itu ditemukan atau tidak. Tapi aku benar-benar merasa seperti mengatakannya langsung pada Calum.

So confused when my hearts want you but my mind not. I'm trying to find the truth, you should be patient. One day if we meet again at another time, I give you the truth and don't make me disappointed. K?
- Calista Allison Harris

Karena mataku yang sudah terasa berat. Aku mencoba untuk memejamkan mataku. Hariku terasa lelah hari ini. Dan semoga saja esok tidak seperti ini.

***

Aku melihat Zoe dan Egi di ujung lorong. Dan lagi-lagi mereka hanya berdua. Dengan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun, aku menghampiri mereka.

Sesampainnya di tempat mereka berdiri, aku hanya memandangi mereka sambil melipat tangan di depan dada. Dan mereka, hanya memandangku dengan ekspresi takut. Terutama Zoe.

"Calis, ini ga seperti yang kamu kira. Kita cuma ngomong tentang dancing". Ucap Egi. Aku hanya memandang Zoe yang sedang menunduk dan memainkan jari-jari tangannya.

Kudorong tubuh Zoe sampai menghantam tembok di belakangnya, "Lo kalo mau ngambil Egi, ambil. Daripada lo ngiler". Dan saat itu juga aku meninggalkan mereka berdua.

Egi terus mengejarku dan ia meraih tangan kananku, "Cals, tadi kita cuma ngomong tentang dancing, ga ada lagi". Ucapnya.

"Tapi kenapa sih, selalu berdua? Emang cuma kalian aja yang ikut dancing?". Egi mendengus keras. Wajah lelah yang sekarang ia perlihatkan. "Aku cape, Eg. Sekarang kamu bebas".

Ia memelukku dari belakang, pertahananku hancur dan aku mulai menangis. "Aku sayang sama kamu. I wouldn't cheat you".

Ia membalikkan tubuhku menghadapnya. "Aku juga, Eg. Stop breaking my heart". Kedua lengan Egi membungkusku dan sesekali ia menciumi puncak kepalaku.

"Sekarang kita kekelas ya?". Aku pun mengangguk. Ia mengaitkan tangannya disela jariku. Jari kami bertaut.

Sesampainya di kelas, keadaan di bangkuku masih sepi. Padahal tadi aku ke sekolah bersama Calum. Egi langsung duduk dibangkunya dan mulai membaca suatu buku, sedangkan aku, duduk sendiri. Kebiasaan Egi memang membaca buku, dan kadang itu menyebalkan. Lihat saja, aku tidak dihiraukan.

Dan tak lama kemudian, gerombolan bocah terong itu masuk ke kelas ditambah Alena. Ngomong-ngomong soal Alena, ia sekarang lebih sering di perpustakaan karena ada perlombaan antar sekolah dan ia mewakili sekolah kami. Maka dari itu kami jarang kumpul bersama.

"Pacar lo punya dunia sendiri". Ucap Luke berbisik ke arahku. "Padahal ada lo disini".

"Bodo ah, ga penting". Ucapku.

Aku seperti tidak dianggap oleh Egi, dia lebih sibuk pada dunianya sendiri daripada bersamaku. Makanya aku lebih suka berkumpul dengan bocah di sekitarku.

Egi lebih sering di perpustakaan, sedangkan aku tidak, aku tidak suka membaca. Jadi kita memang jarang berdua.

"Berantem?". Tanya Calum yang berbisik ke arahku. Aku hanya membalas dengan gelengan. "Mau cerita ga? Gue siap dengerin". Dan lagi-lagi aku balas dengan gelengan kepala. Aku sangat malas berbicara sekarang.

Kuperhatikan Egi dari belakang. Di suatu sisi, aku bahagia mempunya pacar multitalent sepertinya. Selain bisa dance, ia juga bisa menyanyi. Dan di suatu sisi, aku tidak suka dengan sikapnya yang cenderung mendiamkanku, tidak perhatian, dan asik pada dunianya sendiri.

Tiba-tiba saja Michael menyodorkan kertas padaku. Dan aku melihat isinya,

Dalam keadaan kaya gini, harusnya lo tahu siapa yang baik buat lo, siapa yang ngesabarin lo, dan siapa tulus sama lo bukan yang asik sama dunianya sendiri - Mik

Lalu kertas kedua meluncur ke mejaku,

Dan harusnya lo tau, siapa yang bener-bener berjuang dari nol. Bukan dari pandangan pertama -Mik

Aku mengerutkan keningku, Michael masih berkutat dengan buku tulisnya, dan aku tetap menunggu kertas yang mungkin akan ia berikan lagi,

Yang ini dari Luke,

Lo harus inget, orang yang berjuang ngelawan gengsi buat minta maaf ke elo. Itu orang disebelah lo - Luk (eh anjir, kertas ini jangan sampe ketauan calum. Gue bisa mati. Yang punya Michael juga langsung lu kantongin kek, atau abis baca buang)

Memang sih, sedari tadi Calum memainkan PSP milik Michael. Selain buku tulis, di tas Michael ada bermacam-macam kaset PS yang akan dikembalikan atau akan dimainkan nanti.

Lalu dua kertas sekaligus ada didepanku,

Lo harus pikirin, karena ga selamanya bakal bareng-bareng. Dan disitulah ada penyesalan - Mik

One day - Luk

Dan 2 titik air mulai turun dari mataku. Dan dengan segera aku menyekanya sebelum ketahuan oleh orang disekitarku.

Aku cinta Egi, aku cinta Egi......kuucapkan kata itu terus menerus seperti mantra. Agar aku tidak berpikiran yang aneh. Seperti sekarang, semenjak surat dari Luke dan Michael, pikiranku langsung memutuskan Egi.

Jam istirahat sudah 5 menit yang lalu berbunyi, dan aku sangat bosan jika diam di kelas. Aku memutuskan untuk jalan-jalan di taman belakang sekolah yang selalu sepi. Jarang siswa akan diam disini. Dan saat aku ingin menuju kursi kosong ditengah taman, mataku tak sengaja melihat sepasang kekasih sedang berciuman. Awalnya aku biasa saja dan melanjutkan berjalan ke kursi itu.

Namun, daguku seperti jatuh ke tanah saat melihat laki-laki yang tadinya membelakangi posisiku jadi menghadapku. Dan kupastikan mataku masih sehat untuk mengenali dua orang itu yang jaraknya beberapa puluh centi dariku.

Fuck!

"Egi?". Ucapku

--to be continued--

Formasi bertiga itu ga bagus, 5sos masih butuh bassist. Tweetmu bikin kaget anjeng:"(



Continue Reading

You'll Also Like

157K 16.1K 63
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
190K 16.2K 86
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
764K 47.1K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...