KALIMAT CINTA tak Tertata

By VellaAprilianadefinu

6.6K 7.9K 2

⚠️Wajib folow sebelum baca⚠️ Gaura elyona gadis berusia dua puluh satu tahun, yang memiliki kehidupan keras p... More

PROLOG
BROKEN HOME
BROKEN HOME
BROKEN HOME
BROKEN HOME
BROKEN HOME
PERJODOHAN
PERJODOHAN❌❌🚫
PERJODOHAN
PERJODOHAN
PERJODOHAN
PERJODOHAN
PERJODOHAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
BATIN LUKA
BATIN LUKA
BATIN LUKA
BATIN LUKA
BATIN LUKA
KUNANG-KUNANG MALAM
KUNANG-KUNANG MALAM
KUNANG-KUNANG MALAM
KUNANG-KUNANG MALAM
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
DI HAMPAS KEKECEWAAN
DI HAMPAS KEKECEWAAN
DI HAMPAS KEKECEWAAN
DI HANPAS KEKECEWAAN
DI HAMPAS KEKECEWAAN
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
PENGECUT
PENGECUT
PENGECUT
SURAT CERAI
SURAT CERAI
SURAT CERIA
SURAT CERAI
SURAT CERAI
DUGAAN?
DUGAAN?✍️

HADIRNYA LUKA

104 134 0
By VellaAprilianadefinu

Suasana hotel malam, yang tampak hening dan asri, sangat cocok di gunakan untuk orang yang ingin menenangkan diri, dengan jiwa yang bisa merasakan ketenangan, karena keheningan dan keindahan di malam hari.

Gaura yang berdiri di sebuah balkon, sembari fokus menatap bintang-bintang di langit, dengan angin menerpa tubuhnya dan membuat rambut dan kain lingerie berkibaran dengan indah.

Sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang langsing Gaura, siapa lagi kalau bukan Gafi, awalnya ia pun ragu untuk memeluknya, karena ia sangat gengsi, namun apa dayanya untuk menahan, lagi pula juga ia istrinya.

Gaura hanya menoleh santai dengan wajah datarnya tanpa di dasari reaksi apapun.

"Ada apa?" Tanya dingin Gaura dengan berbuang wajah.

Gafi menggeleng, yang artinya tak ada tujuan, "Saya hanya ingin memelukmu."

"Kamu bilang, kamu tidak mencintaiku, tapi kenapa kamu mau memeluku?" Tanya Gaura dengan raut juteknya.

"Mmm .... Kamu tidak menyukai jika saya memelukmu?"

Gaura diam, dan membiarkannya untuk berfikir sendiri.

Gafi meletakan dagunya ke atas pundak Gaura, "Memangnya berpelukan harus di dasari rasa cinta, ya? Bukannya kamu bilang kita teman?" Tanyanya halus.

"Kita suami istri!" Cletuknya kesal.

Gafi tersenyum simpul, "Yasudah, jadi kalo gitu, apa salahnya saya memeluk kamu."

"Oh."

Gafi melepas perlahan pelukannya, lalu ia berdiri mengiringi Gaura, sembari ikut menatap bintang-bintang di langit.

Hening beberapa detik, "Sedari tadi kamu terus memperhatikan bintang, apa ada yang tengah kamu rindukan?"

"Ntahlah."

"Lalu?"

Gaura diam tak mengacuhkannya pertanyaanya, perasaannya begitu kesal, karena lelaki itu terus saja mengoceh, sangat brisik, dan sangat mengganggu dirinya yang tengah berdiam menenangkan diri.

Gafi membuang nafas berat, lalu ia menghening kembali, dan terus menatap bintang-bintang.

Bosan menatap langit, Gafi pun menoleh ke arah Gaura kembali dan menatapnya lekat, sedangkan Gaura masih terus menatap langit-langit.

Gafi masih terus memperhatikan Gaura, terutama dari penampilannya yang menggoda itu, "Malam-malam gini pakai-pakaian seperti itu, tidak takut masuk angin, kah? Udaranya begitu dingin di sini," Ucap  Gafi, dengan sembari menyilang tubuhnya menahan hawa yang semakin terasa dingin, usai berlama-lama di balkon.

"Biasa aja."

"Kulitmu ini seperti baja."

"Baja? Mas sebut aku baja?" Ujarnya tak terima.

"Iya baja, kulitmu begitu tidak merasakan kedinginan, saya yang memakai piyama saja masih menembus sampai tulang dinginnya, apa lagi kamu yang hanya memakai lonjeri, kamu ini kebiasaan."

"Kalau tidak suka? Abaikan lah, kamu ini suka sekali melarangku untuk berpenampilan seperti ini, padahal aku ini istrimu," Kesal Gaura.

"Hmm ...."

Gaura kembali diam dan kembali menatap langit-langit.

"Kamu sudah makan?" Tanya Gafi dengan menampakan raut datarnya.

Gaura menggeleng.

"Kalau begitu makanlah, makanan sudah di siapkan oleh pelayan VIP, mereka meletakannya di atas meja."

"Aku tidak lapar."

"Kamu ingin mati? Dari kemarin kamu tidak mau makan, ada apa? Atau karena kamu masih marah dengan saya?"

"Diet," Jawabnya sepontan.

Gafi menghembuskan nafas pasrah,"Ada-ada saja wanita jaman sekarang, sudah memiliki tubuh yang begitu kurus, masih ingin di tambah kurus lagi, kalian ini ingin terlihat seperti tengkorak atau gemana?" Dumel Gafi terheran-heran.

Gaura mendelik sebal.

"Masuk lah, kita makan bersama," Ajak Gafi sembari menarik kain lingerie Gaura.

Gaura menoleh dengan wajah juteknya ke arah Gafi, sembari melipat lengan tangannya di dada, namun ia tetap terpaksa mengikuti ajakan Gafi.

"Cepat," Ucap Gafi tidak sabaran, dengan ia yang sudah masuk duluan ke dalam ruangan kamar hotel.

Gaura menampakan wajah kesal, karena begitu tidak sabarannya lelaki itu.

Saat sampai Gaura masuk, dan Gafi ingin merangkul pinggangnya, "Kamu ini tidak ada otak, bisa-bisanya  ke luar balkon hanya memakai lonjeri, kalau ada lelaki lain yang melihatmu bagaimana?"

Gaura menoleh cepat, sembari mengkerutkan keningnya, dengan ia yang berfikir heran, karena ucapan itu tiba-tiba ia pun jadi mau tersenyum, dengan ia yang tersenyum jail ke arah suaminya, "Kamu cemburu?"

"Mceh! Bukan itu maksud saya, maksud saya itu, kalau ada lelaki lain yang melihatnya apa kamu tidak malu?" Kesal Gafi menjelaskan.

Gaura mencebik kesal.

"Sudahlah, cepat makan, setelah itu kita tidur," Ujarnya tanpa senyuman.

Gaura pun segera duduk pada kursi makannya, dengan di atas mejanya yang sudah di penuhi hidangan makanan-makanan mewah.

Gaura segera meraih satu piring, lalu ia perlahan-lahan mulai meraihkan makannya satu persatu, setelahnya ia berikan dulu satu piring itu pada suaminya.

Dan lanjut, giliran dirinya yang tinggal meraih makanannya.

Setelah itu keduanya akan memulai makan.

Sebelum makan, Gaura menjedai rambutnya terlebih dahulu, agar tidak merempongkan saat ketika makan.

Dengan kedua tangan Gaura yang terangkat ke atas, sembari sibuk menjedai rambutnya, di situlah tubuh moleknya semakin terlihat, sampai-sampai Gafi pun jadi terbinar-binar memandang ke arah tubuhnya.

Setelah Gaura selesai menjedai rambutnya, Gaura pun perlahan akan mulai untuk makan, dengan tak sengaja menoleh ke arah suaminya, dengan ia yang malah melihat suaminya yang masih terus menatap bengong ke arahnya, ntah apa yang ada di fikirannya.

"Mas," Panggil Gaura, sembari menyerngut bingung.

Gafi masih belum sadar.

"Mas, helooww ...," Panggilnya satu kali lagi, sembari melambai-lambaikan telapak tangannya di depan kedua mata Gafi, untuk menyadarkan.

Lamuannya terbuyarkan,"O-ouh, i-iya," Gafi langsung tersadarkan dengan gugup.

"Kenapa sih?" Bingung Gaura.

"O-ouh, g-gak papa, ayok silahkan, lanjut makan," Gugup Gafi.

Plis Fi,  jangan sampe tergoda ama tuh bocah, coba satu kali ini aja, jangan ke goda lagi kek kemarin-kemarin,  ucap batinnya menahan diri dari syahwatnya.

Gafi masih terus melanjutkan makannya, dengan sikap tergugup-gugup, dan tangan yang terus bergetar.

"Pelan-pelan mas, nanti keselek."

Gafi pun menghentikan makannya sejenak, lalu ia lanjut lagi makannya dengan pelan.

Gaura ini pandai sekali menggodaku, batin kesal Gafi.

"Mas."

"Hm!"

"Tolong ambilkan buah itu," Tunjuk Gaura pada buah-buahan yang terletak di dekat Gafi.

Gafi pun segera meraihnya, dan menyerahkan padanya.

"Makasih."

"Hmm ...."

Gafi lanjut melahab makannya sendiri.

"Mas mau," Tawar santai Gaura, sembari menyodorkan buah yang di tusuk garpu ke arab bibir Gafi.

Gafi menggeleng kekeh, "Jan aneh-aneh deh, masa lagi makan nasi di suruh makan jeruk."

"Ya siapa tau mas mau."

"Y."
























••••••••🌼🌼🌼•••••••

Pagi itu kembali datang, dengan kini Gaura dan juga Gafi yang sudah siap berpenampilan rapih, karena keduanya ingin pergi berjalan-jalan keluar hotel.

Sebelum pergi, keduanya memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu.

Kini keduanya tengah menikmati porsi sarapan dalam satu piring bersama.

"Mas aku gak suka yang ini," Ucap Gaura sembari meminggirkan satu lauk makanan yang tidak ia sukai, pada pinggir piringnya.

"Biarin aja, nanti saya makan."

"Okeh."

Gaura lanjut makan dengan tenang.

Saat tengah asik menikmati sarapan bersama, namun tiba-tiba saja terdengar dering handphonenya yang sangat menggangunya.

Dering itu berasal dari handphone Gafi, lalu Gafi pun dengan segera meraih handphonenya.

Saat melihat siapa yang menelfonnya, seketika Gafi pun langsung berdiam ragu dengan bingung untuk mengangkatnya, ia terus menoleh bimbang ke arah Gaura.

Baby❤️
Panggilan ...

Ngapain ya Mayang nelfon-nefon? Bingung batinnya.

Namun karena merasa tidak enak pada Mayang, akhirnya Gafi pun nekat untuk mengangkat telfonnya, dan akan melawan keraguannya.

Perlahan Gafi menyentuh tombol berwarna hijau.

Gaura yang memperhatikannya curiga.

📞"Halo, ada apa sayank?" Ujar Gafi gugup.

📞"Halo yank."

Gaura yang memperhatikannya pun, seketika perasaannya langsung terenyut, saat tau itu benar Mayang yang menelfonnya.

📞"I-iya k-kenapa yank?"

📞"Kamu lagi di hotel refana ya? Nih aku udah sampe di depan ruangan hotel kamu, pintu nomor lima belas kan?"

Seketika Gafi yang mendengarnya pun langsung terkejut-kejut dan terheran, wajahnya seketika berubah menjadi pucat pasi, dengan perasaan gugup dan panik berlebihannya.

Kenapa Mayang bisa tau aku ada di sini? Dia tau dari mana aku ada di sini? Gemana ini?

Fikirnya sudah negatif, takut Mayang menghampirinya karena mencuirgainya bersama Gaura.

📞"Halo??"

📞"I-iya, mmm ...."

Gafi begitu kebingungan.

Dengan Gaura yang memperhatikan keduanya tengah bertelfonan, seketika ia pun juga memandang bingung, apa sih yang tengah mereka bicarakan.

📞"Yank ih, kenapa sih kamu? Ini buruan keluar, aku malu di sini banyak orang yang lewat-lewatan," Ucap Mayang tidak sabaran.

📞"Ouh iya-iya, a-aku k-keluar sekarang, t-tunggu ya."

Seketika Gafi langsung mematikan handphonenya tanpa beraba-aba.

Gafi bangkit berdiri dengan tingkah membingungkan menurut Gaura.

"Kenapa sih mas?" Tanya kebingungan Gaura.

"Cepet-cepet, kamu ke sini," Gugup Gafi, sembari membangunkan tubuh Gaura dari duduknya dengan paksa.

"Ihs mas sakit, ada apa sih?" Bingung Gaura.

"Cepeet ...," Gafi terus menarik gugup tubuh Gaura, dengan sikap gelagapan, dan jalannya yang terpingkal-pingkal.

"Iiihs .... Mas ihs, sakit," Rintih Gaura dengan tubuhnya yang di tarik-tarik paksa itu.

Hingga sampailah sudah pada dekat lemari, ntah kenapa dengan konyolnya Gafi memasukan paksa tubuh Gaura ke dalam lemari, hingga menutupnya pintunya rapat-rapat dan segera menguncinya.

Sangkin tak ada fikiran untuk menyembunyikan Gaura di tempat yang layak, akhirnya Gafi pun terpaksa menyembunyikan Gaura di dalam lemari, karena hanya jalan satu-satunya itu yang melintas di fikirannya.

"Kamu diam di sini," Ujar Gafi.

"Ihs mas pengap," Rintih Gaura.

Gafi sudah pergi meninggalkan Gaura begitu saja, lalu dengan cepat-cepat ia berlari menghampiri pintu ruangan kamar, dan akan segera menghampiri pacarnya di sana, ia begitu tak memikirkan resikonya Gaura yang berada di dalam lemari sana.

"Hai sayaaank ...," Sapa manis Mayang, saat Gafi sampai membuka pintunya.

Gafi pun tersenyum manis ke arahnya, untuk menyembunyikan sikap kegugupannya.

"Tadi ada apa sih?  Kok kamu lama banget bukain pintunya?"

"O-ouh t-tadi aku tuh lagi ada di dalam kamar mandi, jadi maaf ya kalo lama bukain pintunya," Ucap Gafi.

"Ouuh .... Gitu, yaudah kalo gitu aku mau masuk donk ke dalem, mau liat-liat suasananya kek apa."

"Hah! T-tapi___"

"Tapi? Tapi kenapa?"

Gafi terus menoleh gugup, dan cemas ke arah lemari di mana ia menyembunyikan Gaura di dalamnya.

"Kenapa sih? Kok kamu keliatan kek gugup banget gitu, ada apa sayank?"

"E-enggak," Gafi begitu terlihat gelagapan.

Fi plis, jan gugup, nanti bisa-bisa ketauan.

"Ouh jangan-jangan kamu tegang karena ketemu sama aku."

"Hehe, i-iya itu," Ujar Gafi sembari tertawa.

"Ah kamu bisa aja."

Gafi tersenyum paksa.

"Yaudah ah, aku mau masuk," Dengan sembronohnya Mayang langsung menrobos masuk ke dalam.

"E-euh ... M-mayang."

"Hmm ...?"

Mayang yang sudah langsung melihat-lihat sekeliling  indahnya suasana di dalam ruangan kamar Gafi.

Gafi terus saja tergugup-gugup, dan terus waspada menghalangi Mayang.

Batin Gafi semakin tegang dan ketakutan.

Gaura sendiri mengenali suara-suara wanita itu.

Ouh ada Mayang rupanya, Batin Gaura, saat telinganya faham atas suara yang terdengar dari luar.

"Cantik banget ruangannya Fi, rapih banget, kok bisa sih kamu pesen hotel di sini? Kek orang lagi hanimun aja, padahal kamu cuma sendirian, mana gak ngaja-ngaja aku lagi," Gumam Mayang tak sama sekali mencurigai Keadaan dalam ruangan.

"M-maaf sayank, k-kan aku ada tugas di daerah sini, jadi maaf ya kalo aku gak ngajak-ngajak kamu, lagi pula aku sibuk banget."

"Ya sibuk, sampe lupain aku," Kesal Mayang, dengan ia yang masih sembari berjalan-jalan melihat-lihat isi ruangan.

"Ya gak gitu sayank."

Mayang mendelik sebal.

"O-ouh iya kamu ke sini sama siapa?"

"Sama temen."

"Loh temenmu di mana sekarang?"

"Lagi di luar tuh."

Di situlah Gafi akan mulai berkesempatan unuk mengusir Mayang secara halus.

"Mmm .... Sayank."

"Hm?"

"K-kamu g-gak kasihan sama temen kamu yang nungguin di luar? Kalo kamu lama-lama di sini?"

"Enggak kok, tadi kan aku udah izin mau nemuin kamu."

"Y-ya iya, tapi kan kasian kalo temen kamu di suruh nungguin lama-lama."

"Mmm .... Memangnya temen kamu yang mana? Gaura ya?" Tanyanya berpura-pura untuk menutupi keadaan, agar tidak terlalu mencurigakan.

"Mmm .... Bukan sih, kalo Gaura kan katanya dia lagi pergi jalan-jalan sama keluarganya, jadi aku jalan sama Amena."

"O-ouh gitu ya."

"Iya sayank," Mayang berbalik badan ke arah Gafi.

Gafi yang berhdapan dengannya, dengan keduanya pun saling berpandang-pandangan.

Mayang tersenyum manis ke arahnya, "Sayank," Tanpa aba-aba Mayang langsung memeluk tubuh Gafi.

"Ow, kenapa sayank, hm? Muach!" Halus Gafi sembari mengkecup keningnya.

Gafi berharap Gaura tidak melihatnya, namun tetap saja Gaura masih bisa mendengarnya.

"Aku kangen," Cloteh manjanya.

"Iya sayank, aku tau kok, sabar ya, nanti aku secepatnya pulang dari sini, gak lama kok paling cuma tiga hari aja."

"Ya tapi kan itu lama banget sayank," Cemberutnya.

"Loh segitu lama?"

"Lama lah, aku kan orangnya gampang kangen."

"Iya-iya, sabar ya sayank," Lembut Gafi, dengan sembari terus mengusap-usap halus rambut Mayang.

Keduanya yang berpelukan dan saling berpandang-pandangan.

Tak di sangka pada pintu lemari ternyata ada sedikit lubang yang tertera, sehingga membuat Gaura jadi bisa sedikit mudah untuk mengintip keadaan di luar, namun tetap saja ia sulit untuk mengambil oksigen, rasanya begitu sumpek di dalam, Gaura begitu tidak tahan jika di suruh untuk berdiam lama di dalamnya.

Dalam keadaan Gafi dan juga Mayang yang saling berpelukan, namun fikiran Gafi terus saja tertuju pada Gaura, ia sangat mengkhawatirkan Gaura yang ia kurung di dalam lemari.

Ra tahan ya, maafin saya.

"Kamu kenapa sih yank, dari tadi ngliatin lemari mulu."

"O-ouh enggak."

Mayang malah hanya tersenyum-senyum namun Mayang begitu tidak mencurigainya.

Hingga karena itulah diri Gafi jadi sedikit merasa aman.

Apa lagi di dalam ruangan kebetulan keadaannya sudah tertata rapih, dan tak ada sedikitpun barang Gaura yang terlihat di luaran.

Mayang begitu lama memeluk Gafinya, sehingga membuat Gafi jadi tidak sabaran ingin segera menyuruhnya pergi.

Batin Gafi begitu cemas.

"Sayank."

"I-iya kenapa?"

"Mau cium," Manjanya, dengan ia yang langsung mencium bibir Gafi.

Keduanya menikmati kesenangan itu bersama.

Dengan sedangkan Gaura yang sedari tadi terus mengintip keduanya dari lubang yang berada di pintu lemari, seketika batinnya pun langsung terbakar panas, sakit sekali rasanya melihat suamiyan bermesra dengan wanita lain, tepat di hadapannya langsung.

Ya Allah cobaan apa lagi ini? Sakit sekali rasanya, jika terus-terusan bertahan hidup, dengan keadaan seperti ini.

Gafi masih menikmati ciuman romantis bersama Mayang, namun fikiran dan hatinya tetap saja tertuju pada Gaura, ia semakin mengkawatrikan Gaura yang berada di dalam sana.

"Mmm .... Ah," Gafi melepas paksa ciuman itu, "Udah sayank," Ujarnya dengan nafas terengah-engah.

"Iiihs .... Aku masih mau sayaaank ...."

"Udah dulu, plis jangan lama-lama, kasian tuh temen kamu yang nungguin, mending sekarang kamu pulang deh, kasian temennya yang nungguin."

"Iiihs .... Tapi aku masih kangen."

"Iya sayank, kapan-kapan kita ketemu lagi, ya sayank ya ,cantik, pinter, baik, nurut donk, pliiss ...., Soalnya sebentar lagi aku mau ada kerjaan."

"Ouh gitu ya, yaudah deh."

"Yaudah sekarang kamu pulang ya."

"Iya."

Keduanya pun saling melepas pelukan.

Dengan Mayang yang segera berjalan keluar ruangan, Gafi pun ikut membuntutinya.

Saat sampai di luar ruangan.

"Sayank ku pulang dulu ya."

"Iya sayank, hati-hati ya."

"Babay, muach!"

"Baayy ....," Gafi ikut melambaikan tangannya.

Mayang tersenyum lalu ia berjalan pergi.

Saat perlahan Mayang mulau menjauh, dan semakin tak terlihat.

Di perhatikan sepertinya keadaan akan semakin aman, di situlah Gafi dengan buru-buru langsung menutup pintunya, lalu ia dengan cepat dan gugupnya berlari menghampiri lemari.

Dengan gelagapannya Gafi, terburu-buru membukak pintu lemarinya, Gafi berharap Gaura akan baik-baik saja.

Dan ya, hingga saat pintu lemari sudah mulai terbukak, di situlah Gafi melihat keadaan Gaura yang sudah terlihat begitu lemah tak berdaya, dengan nafas yang terlihat sesak.

"G-gaura!" Terkejut saat melihat keadaan Gaura.

Gafi pun langsung panik ketakutan.

"Ra, Gaura," Gafi berusaha menyadarkan Gaura agar jangan sampai pinsan.

Lalu dengan buru-buru, Gafi pun segera mengangkat dan membopong tubuhnya untuk segera ia letakan ke atas ranjang.

Hingga sampai berjalan pada dekat ranjang, dengan ia yang sudag meletakannya langsung di atasnya.

"Ra bangun Ra, maafin saya," Paniknya.

Gaura sudah semakin diam, tak berdaya.

"Ra, ya ampun, Gaura."

Karena sangkin paniknya, Gafi pun segera menelfon petugas hotel, melalui panggilan darurat.



Continue Reading

You'll Also Like

STRANGER By yanjah

General Fiction

297K 33.6K 37
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
956K 22K 50
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
Istri Kedua By safara

General Fiction

205K 6.7K 39
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
95.1K 7.5K 84
Ini hanya sebuah fiksi dan jangan sangkut pautkan kepada real life. Selamat membaca. Jangan lupa untuk votenya.