Love My C.E.O !!! (The End)

By new_angel95

1.3M 36K 361

Bak seorang dewa yang memiliki wajah sempurna, sungguh. Namun sayang, dia datang dengan segudang kesombongan... More

Prolog
#1
#3
##4 whatever!
##5 She Repost!
##6 Choice!
##7 PDKT..
##8 Start!
##9Hm???!!!
## 10. Party...!!!
##11 The First
##12 I LOVE HER
#13 Girls Out
##14 Revisi! Our Trip
##15 Holiday....
##16 Holiday part II
##17 back to Jakarta
## 18 kantor vs kampus
## 19 awkward moment
## 20 Tentang Dia
PENGUMUMAN
##21 Pertemuan
## 22 Pertemuan (II)
## 23 Dispute!
## 24 informant
## 25 New Page!
## 26 fully for you
## 27 Waived
#28 accident
## 29 Accident II
##30 Aku Mendengarmu
##31 Syukurlah kamu kembali...
## 32 Penantian selama ini
#33 The Proposal
##34 The Day...
Author Note
Epilog
Author note's

##2

56K 1.6K 14
By new_angel95

mulmed: Diana

Sedang dalam tahap revisi untuk part 1-8, khususnya untuk nama Risky aku ganti menjadi Adit, lengkapnya Aditya Agata. Karena aku belum selesai melakukan revisi tolong harap maklum ya. Jadi jika kedepannya kalian menemukan nama Risky itu sama saja dengan Adit ya, terimakasih untuk pengertiannya.

---------

Diana Pov
seperti biasa alarm di hp ku berbunyi pada jam 6.20 dengan sangat malas aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi, bersiap untuk pergi kuliah. Sudah dua malam ini aku kurang tidur, dan tidak terlalu fokus belajar atau mereview bahan ujian.
hari ini adalah hari pertama ujian semester enamku. Aku hanya berharap paling tidak aku bisa menjawab setengah dari soal, aku tidak mau terlalu berharap banyak mengingat memang usahaku yang tidak maksimal.

Tepat jam 10.00 pagi saat ujian ku selesai, aku memutuskan untuk pergi ke kantin sebelum pulang, mengisi perut ku yang mulai lapar. Mengingat pergi ke kampus tadi aku tidak sarapan. Untunglah hari ini juga aku hanya ada satu ujian.
"hoi... pagi - pagi udah gak semangat aja. gimana ujian tadi?" tanya Reika yang segera duduk di depan ku.
"lumayan" singkatku.

"hmm... gitu. lo kenapa Na? kok kaya capek banget gitu? mata lo juga, kenapa jadi mata panda?" cecar Reika.

"ya ampun... Reika lo itu kalau nanya satu - satu napa si? gak usah kayak kereta beruntun gitu".

"iya sorry deh Na, terus lo kenapa? ada masalah?" suara Reika memelan.
aku menarik nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan Reika

"hmm... gua putus sama Adit"

"seriusan, lo putus sama Adit? Kapan?!" Reika kembali bersemangat. seketika aku langsung menatap sinis ke arahnya, yang membuat Reika lagi - lagi tak enak hati.

"hari jumat kemarin gueikutin Adit diem - diem, dan akhirnya gue bener - bener lihat dia selingkuh di belakang gue. Dia ciuman sama perempuan lain. Lo bayangin Rei! For the god shake! Ciuman depan umum. Oh... God! gue benar - benar merasa bodoh" jawab ku seadanya.

"hah? gila, parah banget terus si Aditnya gimana, reaksi dia gimana Na?" sekarang Reika terlihat begitu antusias mendengarkan cerita yang keluar dari mulut ku.

aku memutar ke dua mata ku, menatap jengah ke Reika. "tau ah, gue males inget - inget nya lagi. Jangan bahas - bahas dia lagi deh, gue gak mau ngerusak mood makan gua" kemudian aku langsung memakan mie ayam pesananku yang kebetulan sudah terhidang di atas meja.
"iya deh iya... maaf ya Diana sayang, tapi gue seneng lo udah putus sama tuh cowok gila. Paling enggak, lo gak makin lama dibohongin sama Adit playboy cap kucing. Gue dukung lo" tangan Reika memegang pundak ku lembut dan memberi senyuman tulusnya. Aku memperhatikan Reika sebentar memberikan seulas senyumku lalu melanjutkan acara makanku.

"lo abis ini mau kemana Rei?" tanyaku, masih sibuk dengan benda kecil yang ku pegang sambil melihat - lihat notifikasi yang masuk ke handphone.
"eh iya? gua mau pergi sama Raihan, mau nemenin Raihan cari handphone baru. kenapa Na?" jawab Reika yang sedikit kaget, lalu terkekeh.
Aku menghembuskan nafas kecewa mendengar jawaban Reika "ooh gitu... tadinya gue mau minta temenin lo jalan hari ini, tapi kalau lo mau pergi sama Raihan may be next time" aku mengukir senyum tipis di wajahku.

Reika menatap lekat ke arah ku, sambil menaikan satu alisnya yang tak terlalu lebat itu dan sekatika raut wajahnya tampak tak enak melihat ku. "i'm ok girl. lo pergi aja sama Raihan. Kita jalan nya besok - besok lagi aja. Salam buat Raihan ya." aku menyakinkan Reika.
Reika tersenyum tulus pada ku "yakin lo gak apa Na? gue bisa batalin janji gue ke Raihan kok kalau lo mau. Raihan juga pasti ngerti".
Aku menarik nafas dalam, dia memang sahabat ku yang terbaik. "gue gak apa Reika sayang... santai aja kali. Have fun with boyfriend's" sambil memainkan alis ku naik turun menggoda Reika.

Sesampainya di parkiran kampus aku bergegas masuk mobilku, merutuki diriku sendiri mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, saat aku memergoki Adit yang sedang berselingkuh di depan mataku, "haah.... pait! pait! pait banget"
--------------

Author Pov's

Suasana makan malam ramai seperti biasanya. Diana masih fokus dengan makanan yang ada di depannya.

Ini sudah seminggu sejak terakhir Diana bertemu dengan Adit dan memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Bukan, bukan Adit yang tidak mau menemui Diana. Tapi Dianalah yang selalu menghindar ketika lelaki itu mencoba bertemu dengannya.
'sudahlah buat apa aku terus menerus bersedih memikirkan Adit. Tidak ada gunanya' batin Diana.

"Diana..." suara papa membangunkannya dari lamunan.
"iya pa..?"
"malam ini kita akan kedatangan tamu. kamu siap - siap ya sayang, jangan buat papa malu." kini tatapan papa begitu intens padanya.
Diana mengernyitkan keningnya bingung " siapa pa? kok sepertinya tamu penting? Lagi pula, kapan Diana pernah buat papa malu, heh?"

"oh.. itu hari ini teman baik papa semasa papa masih kuliah dulu yang mau datang kesini. Makanya kamu jangan membuat papa malu, apa lagi dengan wajah kamu yang terus - terusan seperti orang yang baru putus cinta itu" celetuk papa. Sementara Diana hanya melengos mendengar kata - kata terakhir papa. Dia juga bingung, terkadang celetukan papanya itu sesuai dengan kenyataan. Apa jangan – jangan papanya punya bakat menjadi seorang cenayang?
"sudah sekarang semuanya cepat habiskan makan malamnya. Lalu bersiap - siap menyambut tamu kita"


Setelah selesai dengan makeupnya yang tidak terlalu menor, Diana sedang asik memilih - milih baju apa yang akan dia kenakan, saat ketukan pintu menginterupsi kegiatannya dan muncullah wajah Sela yang langsung duduk di pinggir ranjangnya. Memerhatikan Diana yang tidak kunjung selesai.

" Mbak... udah selesai belum? tamunya udah sampe tuh"
Diana kembali melanjutkan kegiatannya memilih baju apa yang akan ia pakai. "dek menurut kamu, mbak pake baju yang mana? Lagian nih ya, mba bingung deh gak biasanya papa minta mba dandan gini, Cuma karena teman papa mau dateng?" kini menghadap ke Sela.
" Mbak tuh pake apa aja cantik kali..." sahut Sela yang tersenyum sambil menaik turunkan alis nya.
"ih kamu nih ya... malah ngerayu. Mbak serius La" singut Diana.
"yang mana aja asal cepet mba, papa udah nyuruh turun tuh" suara teriakan papa Handoko sayup - sayup terdengar yang memanggil Sela dan Diana. Kemudian Sela segera berdiri dan turun ke ruang tamu.

Akhirnya Diana memutuskan mengenakan terusan berwarna peach yang panjangnya selutut. Setelah dirasa cukup, Diana bergegas keluar dari kamarnya.

Saat mendekati tangga, suara tawa dari lantai bawah begitu jelas di telinga Diana. Sambil berjalan turun, samar - samar Diana melihat sosok pria yang membuatnya tidak bisa berpaling dari wajah tampannya dan semakin mendekati tangga terakhir wajah itu semakin jelas dan Diana membeku di depan anak tangga terakhir.

"Ehm.." suara papa membawa Diana kembali ke kesadarannya. Diana yang tersadar segera menundukkan wajahnya yang mulai merah karena malu.
"kenapa diem saja Diana? sini cepat" panggil papa Handoko. Diana segera duduk disamping Sela dan memberikan senyuman pada teman papanya itu.

"nah ini loh anak kami yang paling cantik. Diana kenalin pak Baskoro, bu Ayu dan anak mereka yang ganteng Ricardo Verdan Baskoro. Ayo salim sayang dan perkenalkan diri kamu nak." pinta mama sambil tersenyum manis pada Diana. Sementara adiknya Sela yang sedari tadi duduk di samping mama Teri hanya senyum - senyum penuh arti kepada Diana.

Perasaan Diana tiba - tiba aneh, seperti ada yang sedang ditutup - tutupi oleh keluarganya. Namun segera perasaan itu ditepis oleh Diana.
"i..iya Ma. malem tante, om. Saya Diana, Diana Melisa Handoko" menjabat tangan mereka satu persatu dan melemparkan senyum termanis nya.
Tangan Diana disambut baik oleh pak Baskoro dan bu Ayu bahkan bu Ayu sampai tersenyum penuh kelembutan dan kehangatan pada Diana
"hm.. Ricardo, panggil saja Ricard" sahut nya dingin tanpa ekspresi bahkan tersenyum sedikit pun tidak lalu segera duduk meninggalkan Diana yang masih berdiri beku di depannya.

'wajahnya sih ganteng banget dan sekilas mirip malaikat yang turun dari lagit walaupun gue sendiri belum pernah liat si.. tapi, idih ampun deh sombong banget' batin Diana.

"Ricard kok kamu gak sopan kaya gitu si? Aduh nak Diana maafin anak tante ini ya. Dia kalau depan perempuan cantik kayak kamu emang suka malu." tante Ayu menatap sinis pada Ricard, yang di balas dengan tatapan jengahnya Ricard.
" iya tante gak apa kok. Mari silahkan duduk om, tante".
"Sebenarnya anak om sama tante ada dua. satu lagi perempuan namanya Sisi tapi gak bisa dateng malem ini karena ada urusan yang gak bisa di tinggal" jelas tante Ayu kembali.

Sementara aku hanya manggut - manggut mendengarkan uraian tante Ayu. Diana menatap Sela yang masih bingung dengan sikap adiknya yang sedari tadi tak henti - hentinya tersenyum aneh kepada Diana.

"dek kamu kenapa si, kok dari tadi senyum - senyum terus ke Mbak? ada yang aneh ya sama mbak? apa make up mba malem ini terlihat berlebihan " bisik Diana.
"enggak ada apa - apa kok mba, mba cantik banget malem ini, aku aja sampe pangling" bisik Sela kemudian terkekeh kecil.
"ih kamu ni ya... Mbak serius dek, senyum kamu itu seperti ada yang disembunyikan" selidik Diana. Sela kembali menahan tawanya saat melirik Diana dan menggeleng.

"Ehm!" suara papa Handoko membuat Diana terdiam. "gini Diana ada yang mau papa dan mama bicarakan dengan mu" sambung papa.
Diana mengernyitkan keningnya menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"mau bicara apa Pah? Mah?"
papa Handoko menarik nafas dalam sebelum melanjutkan omongannya.
"Begini sebenarnya tujuan papa dan mama mengundang keluarga Pak Baskoro kemari, ingin membicarakan lebih lanjut masalah perjodohan kamu dengan Ricard".

Mata Diana terbuka lebar yang makin memperlihatkan jelas warna coklat pada matanya. Mulutnya sedikit terbuka setelah mendengar penjelasan dari papanya.

"iya sayang gimana? pilihan mama dan papa gak mengecewakan kan..?" kini giliran mama yang angkat bicara.
Diana mengedarkan pandangannya pada semua orang "mak... maksudnya perjodohan itu apa Pa, Ma?" dengan terbata - bata.
"ya kamu dan Ricard kami jodoh dan kalau bisa si.. mau mama sampai ke pelaminan, kami sudah merencanakan hal ini dari sangat lama." jelas mama masih dengan senyuman diwajahnya.

Sementara Ricard yang mendengar hal itu seolah - olah tak mau ambil pusing malah terkesan acuh tak acuh. Dia hanya memperhatikan Diana sekilas lalu kembali sibuk dengan gadget miliknya. Mengecek setiap email yang masuk.

"Ma... Pa... ini maksudnya apa si... kenapa gak tanya dulu sama aku? Mama dan Papa gak bisa seenaknya gitu dong mutusin hal sepenting ini" dengan nada yang mulai emosi Diana menatap kesal pada orang tuanya.
"justru karena hal ini penting Diana dan karena kami menginginkan hal yang terbaik baik untuk kamu, kami melakukan ini semua" tegas papa Handoko.
" tapi Pa... Diana"

tiba - tiba tante Ayu memotong kalimat Diana "loh kok jadi malah ribut gini si... Diana kamu gak boleh gitu sama orang tua. Kamu boleh kok mikirinnya dulu sebelum menjawabnya. Jangan tergesa - gesa mengambil kesimpulan. Sementara ini kamu dan Ricard bisa saling mengenal dulu satu sama lain" ujar tante Ayu dan masih menatap Diana penuh kelembutan dan harap.

"iya Diana mama setuju dengan ucapan Ayu. Lebih baik kamu sekarang mencoba mengenal satu sama lain. Setelah begitu kamu baru boleh mengambil keputusan." kini tangan Mamanya telah memegang kedua pundak Diana berusaha meyakinkan dirinya.

Diana masih tak percaya dengan apa yang baru Ia dengar beberapa menit lalu di ruang tamu ini. Dia di jodohkan dengan lelaki yang menurutnya tak menganggap ini sebuah hal penting, lalu melemparkan pandangannya pada Ricard.

'apa hal ini bukan hal penting baginya? kenapa ia bisa begitu santai menghadapi ini semua? apa dia menerima perjodohan ini sehingga ia bersikap seperti itu?' wajah Diana terlihat begitu sedih seketika. Diana seakan kehilangan seluruh tenaganya.

"Maafkan Diana Ma.. Pa.. semuanya. Diana pamit ke kamar. Diana sangat lelah hari ini" kemudian berjalan menuju kamarnya meninggalkan semua orang yang masih menatapnya terkecuali Ricard yang masih tak peduli dan masih asik dengan dunianya sendiri.

--------------

halo.. halo.. balik lagi. votemment nya jangan lupa ya :)

u

Continue Reading

You'll Also Like

1M 18.2K 16
"Sorry, saya nggak level sama berondong," -Mitha Tri Wahyuni- "Saya bisa bikin kamu menarik kata-katamu barusan," -Revan Widyatama- *** Mitha mengi...
20.6K 520 44
"Karena dia itu penting melebihi diri ku sendiri" WARNING!MENGANDUNG BAHASA KASAR DILARANG MENJIPLAK !MIKIR AJA KALAU KALIAN MAU JIPLAK GAK USAH NGAM...
6.4M 326K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
583K 25.3K 30
Hanya sebuah kisah klasik tentang perjodohan antara Chandra dan Rose. 🍁🍁🍁 Start : 11-11-2018 Finish : 11-08-2019 ©2018 by vvmulanx