Aiy duduk di tepi pantai sambil memandangi bintang-bintang di langit sana. Malam itu bintang terlihat sangat bersinar. Mungkin mereka ikut berbahagia atas pernikahan Aiy dan Arez.
“Ini jagungnya.”
Aiy melirik Arez dengan dua jagung di tangan pria itu. “Makasih, Sayang.”
Arez tersenyum lalu ikut duduk di samping Aiy. Mereka berdua sibuk melahap jagung sambil menikmati semilir angin malam yang dingin dan juga suara deru pantai.
Aiy jadi teringat tentang dia dan Arsha. Mereka pernah dalam situasi yang mirip seperti ini. Namun Aiy dengan cepat menepis ingatan itu, dia tidak ingin memikirkan Arsha lagi.
“Sayang, aku masih gak nyangka akhirnya kita berdua nikah. Padahal rencana aku ke Indonesia kan, cuma buat melamar kamu bukan nikahin kamu,” kata Arez. Dia jadi terkekeh sendiri mengingatnya.
Aiy tersenyum. “Maafin aku, ya, Rez.”
Arez mengelus lembut kepala istrinya. “Kamu udah puluhan kali minta maaf. Udah, ya.”
Aiy menyandarkan kepalanya di bahu Arez. “Aku bersyukur bisa punya kamu, Lagu tadi itu romantis banget.”
Arez hanya mengulas senyum tipis. Andai kamu tau, Ay, aku juga punya anak dengan orang lain.
“Eh, Arez!”
Aiy dan Arez menoleh pada suara seseorang dari belakang mereka. Mata Arez sedikit terbuka ketika melihat orang itu.
“Erick, ini lo?” Arez dan Aiy berdiri di depan Erick.
“Yoi, Bro!” Erick tersenyum sambil menepuk bahu Arez beberapa kali.
“Apa kabar lo? Udah lama banget kita gak ketemu, ya."
“Gue baik, kok. Gue denger kabar kalian nikah. Maaf, ya, gue gak bisa datang. Ada kerjaan dan baru selesai. Happy wedding, ya, buat kalian. Semoga pernikahannya langgeng terus,” kata Erick tulus. Matanya mengarah pada Aiy yang hanya diam memperhatikan keduanya.
“Sayang, kenalin dia Erick temen yang pernah aku bawa ketemu kamu di Sydney. Masih ingat?”
Aiy mengangguk. “Aku tau, kok. Aku sempat ketemu Erick juga di Bali iya, kan, Erick?” Aiy menoleh pada Erick.
“Iya, Rez. Gue sempet ketemu Aiy, kok. Dia sama seseorang.”
Senyum Arez yang tadinya mengembang kini mulai luntur secara perlahan. “Siapa, Rick?”
Mata Aiy membulat pada Erick. Dia tau Arez sudah tau semuanya tapi Aiy tidak ingin merusak mood Arez di hari bahagia mereka. Aiy mencoba menggeleng pada Erick memberikan kode untuk jangan memberitahu Arez.
Erick melihat gerak-gerik Aiy. Dia paham sebenarnya tapi apakah Aiy akan menyembunyikannya terus-menerus? Tidak, Erick tidak bisa menyembunyikan itu terus dari Arez.
“Sama temen gue di kafe. Dia ngaku kalau Aiy itu pacarnya,” adu Erick.
Sontak mata Arez langsung menoleh ke arah Aiy. Wajahnya berubah drastis tidak seperti tadi. “Pp--pacar? Pacar siapa? Kan gue pacar Aiy waktu itu,” heran Arez. Apakah masih ada hal yang disembunyikan Aiy darinya?
“Iya. Dia Arsha. Dia temen gue. Arsha bilang dia bareng sama pacarnya dan waktu gue lihat Aiy gue juga terkejut. Setahu gue dia itu pacar lo. Itulah kenapa gue sempat telepon lo beberapa bulan lalu karena itu. Maafin gue udah sembunyiin ini dari lo, Rez,” jelas Erick.
Arez sedikit bernapas lega. Dia pikir Aiy bersama laki-laki lain lagi. Tapi … pacar? Kenapa Arsha mengaku kalau mereka berpacaran? Apa Aiy memang berpacaran dengan Arsha selama dia di Sydney?
“Gue udah tau soal Arsha. Aiy udah cerita semuanya ke gue, jadi lo gak perlu khawatir,” jawab Arez. Dia rasa dia akan menanyakan hal itu pada Aiy secara pribadi saja nanti.
Aiy menghembuskan napasnya. Dia pikir Arez akan marah dengannya namun ternyata tidak. Wajah Arez malah kembali ceria seperti tadi.
“Benarkah? Gue kira Aiy masih sembunyiin ini semua. Bagus, deh. Gue lega dengernya. Kalau gitu gue pamit dulu, ya. Mau pulang,” pamit Erick.
“Gak makan dulu, Rick? Gue traktir,” tawar Arez.
Erick menggeleng. “Gue udah makan. Langgeng terus, ya, buat kalian berdua.”
Erick meninggalkan Arez dan Aiy. Erick merasa lega jika Arez sudah mengetahui semuanya. Setidaknya Erick tidak merasa bersalah lagi pada Arez.
“Kamu pacaran sama Arsha selama aku di Sydney?”
Sesi interogasi dimulai. Arez menatap tajam mata Aiy, membuat gadis itu sedikit gugup.
“Ng--ngg--nggak, Rez.”
“Terus kenapa cowok berengsek itu ngaku pacar kamu ke Erick?” tanya Arez lagi.
Aiy menggeleng tiga kali. “Mungkin dia cuma ngaku-ngaku aja, Rez. Kamu kaya gak tau dia gimana aja. Jangan curiga gitu, dong. Aku gak pacaran sama Arsha, Rez. Percaya samaku,” bujuk Aiy. Memang benar Aiy dan Arsha tidak pacaran. Arsha saja yang terlalu menganggapnya seperti itu.
“Oke aku percaya. Apapun soal Arsha dan kamu jangan pernah sembunyikan lagi dari aku. Aku ini suami kamu jadi aku berhak tau semua hal tentang kamu, ngerti?”
“Ngerti, Sayang.”
🌱🌱🌱🌱🌱
Arsha membuka matanya. Sinar matahari pagi masuk menembus kamarnya. Cowok itu menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur. Hal pertama yang Arsha lakukan adalah membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon untuk menghirup udara segar. Namun bukannya udara segar yang dia dapat, justru malah pemandangan yang membuat matanya sakit.
Di bawah sana, Aiy dan Arez sedang asik menikmati sarapan sambil saling suap dan bercanda bersama. Arsha meringis ketika melihat mereka berdua.
“Anjir, pagi-pagi gue disuguhin beginian. Rasanya masih kaya mimpi buruk. Gue masih gak percaya mereka berdua udah jadi suami istri sekarang,” gumam Arsha miris.
Ceklek!
“Pagi, Sayang.”
Arsha menghela napas kasar begitu mendengar suara Elina. “Cobaan apa lagi ini, ya Tuhan,” bisik Arsha pelan. Cowok itu masuk kembali ke kamar dan menutup pintu balkon.
“Aku baru aja mau bangunin kamu, tapi kamu udah bangun. Kita sarapan, yuk!” ajak Elina. Tangannya meraih lengan milik Arsha.
“Gue mau mandi.” Arsha menepis tangan Elina kasar.
Elina menatap Arsha yang sudah memasuki kamar mandinya sambil menenteng handuk. “Apa dia masih belum bisa terima pernikahannya Aiy sama Arez?”
🌱🌱🌱🌱🌱
“Aduh, yang pengantin baru pagi-pagi udah suap-suapan aja.”
Aiy menoleh pada Zara yang datang bersama dengan Jevan.
“Biasalah, masih pengantin baru. Ntar juga kita begitu, kok,” balas Jevan.
Zara mendecih. “Awalnya aja mesra, tunggu aja ntar pasti tau bangsatnya,” sindir Zara.
“Hah? Maksud lo gimana?” tanya Arez yang kurang jelas dengan ucapan Zara.
Zara menggeleng. “Gak, kok. Gak ada apa-apa. Ya udah lanjut, ya, mesra-mesranya. Kita mau ke pantai dulu sarapan. Yuk, Sayang.” Zara menggandeng tangan Jevan dan berlalu dari sana.
“Maksudnya Zara tadi apa, ya?” tanya Arez pada Aiy.
Aiy mengangkat kedua bahunya, tak tau. “Ntah, gak jelas. Dia palingan cuma becanda.”
Arez melanjutkan makannya tidak mau ambil pusing dengan hal tadi.
“Oh iya, Rez, kamu jadi terima tawarannya kak Sean? Buat buka perusahaan sendiri,” tanya Aiy ketika tidak sengaja teringat akan ucapan Sean kemarin.
Arez menghentikan aktivitas makannya. DIa berpikir sejenak. “Aku masih belum mikirin itu, Ay. Kenapa? Kamu mau aku terima tawaran kak Sean?”
Aiy mengangguk. “Aku gak mau kita balik ke Sydney. Aku mau di Indonesia aja.”
“Tapi kalau pun aku mau, aku akan bangun perusahaanku dengan uangku sendiri,” tutur Arez.
Aiy menyentuh tangan Arez yang bebas di atas meja. “Sayang, kak Sean hanya berinvestasi aja, kok. Toh, nantinya perusahaan kamu bakal butuh investor, kan.” Aiy mencoba untuk membujuk Arez. Dia tidak ingin Arez bekerja dengan orang terus, Aiy mau Arez membuka lapangan pekerjaannya sendiri.
“Nanti coba aku pikirin. Udah kamu habisin makanannya biar kita jalan-jalan.”
🌱🌱🌱🌱🌱
Kabar Arez menikah sudah tersebar luas ke seluruh penjuru kantor tempat Arez bekerja. Bahkan semua orang di sana heboh membicarakan Arez dan istrinya Aiy. Mereka sibuk membincangkan bagaimana cantiknya Aiy yang bersanding dengan Arez.
“Sir Arez and his wife really really match..”
"Right. His wife is very beautiful, suits Mr. Arez who is handsome and firm.”
“How can these two be like kings and queens, so beautiful and handsome.”
Laicia meremas kuat genggaman tasnya. Dia merasa kesal karena semua orang membicarakan tentang Arez dan istri barunya itu. Wanita itu berjalan cepat menuju ruangannya.
“Why is that woman still not replying to my messages? Shouldn't she be angry with her husband's behavior like that with other women?” kesal Laicia.
Perempuan itu mengecek ponselnya kembali. Dia mencoba untuk menghubungi nomor Aiy dan ternyata tidak tersambung. “Shit! Turns out it was blocked!”
Laicia duduk di pinggiran mejanya dengan perasaan cemas. “What if he doesn't want to marry me before my belly gets bigger? Everyone will know I'm pregnant. It's all because Raxel was too lustful and put her seed in my womb. He forgot to wear safety that day. Really annoying! What should I do if it's like this?”
Laicia mengambil kembali ponselnya dan membuka kontak Arez. Wanita itu menghubungi Arez, namun sepertinya nomor Laicia juga diblokir oleh cowok itu. “He also blocked my number. How dare he! I'll make him regret what he did!"
🌱🌱🌱🌱🌱
Ify duduk bersandar di ranjangnya bersama dengan sebuah bingkai foto di tangannya. Itu adalah foto dirinya bersama Dev ketika masih bersama.
Ify terus memandangi pigura itu, mengusap foto Dev dengan lembut, hingga tak terasa air matanya mulai menggenang. Ada perasaan rindu yang sangat dalam yang disimpan wanita yang sudah seabad umurnya itu.
“Sudah hampir tujuh tahun, pi. Sudah hampir tujuh tahun kamu ninggalin aku. Rasanya aku masih belum bisa menerima ini semua. Tapi aku harus ikhlas agar kamu tenang. Kamu pasti bangga karena putri kebanggaanmu, Aiy, kini sudah menikah dengan seorang pria yang sangat baik dan menerimanya apa adanya. Papi, aku harap kamu bisa lihat dia tersenyum bahagia ketika pestanya kemarin. Dibalik senyumnya itu, ada rasa bersalah yang sangat dalam yang dia ingin sampaikan buat kamu.”
Ify menghapus air matanya yang mulai jatuh membasahi pipi hingga turun mengenai bingkai foto tersebut. “Aku harap kamu memaafkan kesalahan Aiy. Jangan benci ke dia. Jika dia datang ke makam kamu nanti, dia akan datang sebagai istri orang. Dia sudah tidak menyandang marga kita lagi. Kamu akan bangga dengan anak kita yang sudah semakin dewasa dan akan menjadi seorang ibu sebentar lagi. Kita akan memiliki cucu kedua kita.”
Ify menghela napasnya. Dia memejamkan mata sejenak, mencoba untuk menenangkan dirinya. Banyak hal yang masih ingin dia sampaikan pada sang Suami yang sudah berpulang ke sisi Tuhan. Tapi satu hal yang paling ingin dia ungkapkan pada Dev.
Kamu tidak akan pernah menyesal memberikannya kesempatan kedua untuk menjalani hidup.
🌱🌱🌱🌱🌱
Hai haloo prennddd. Akhirnya kita bertemu lagi di lapak ini. Gimana, nih? Udah ketebak bakal ada konflik apa ke depannya?
Uuuuuu, bukan Tila namanya kalo gak banyak konflik, hehehehe. Kira-kira, kalian sudah bisa menebak A: Antara akan ending seperti apa?
Habis ending aku mau up cerita baru, nih. Kalian masih mau stay di lapak aku dan baca yang lain, kan? Dijamin yang ini gak kalah seruu jugaa. Aku berharap banget Antara bisa terbit tahun ini.
Oh iya, akuu juga mau republish Private Gurl yang sempat aku unpub. Kali ini sudah aku revisi biar kalian asik bacanya.
Okeee, stay tune terus pwendd. Babaayyy.