A: Antara (Seq SEPATU) #Aliso...

By iniitila

3.3K 614 285

Note: Baca SEPATU dulu. Masa lalu bukanlah hal yang perlu diperhitungkan bagi seorang Aiy. Karena mengingat m... More

THROWBACK
PROLOG
KEMBALI
JANGAN BERJANJI
KISS
BERTEMU KEMBALI
ARSHA BERBEDA
SELF INJURY
KONSEKUENSI MENCINTAIKU
RASA
TAHTA, KELUARGA, AIY!
Pre-quel (SEPATU)
SEAN DAN SEKRETARIS BARUNYA
BIARKAN DIA BAHAGIA
BREAK
SEPATU PUBLISH
PERMINTAAN ELINA
CALONNYA AREZ
BYE, AREZ.
PENJELASAN ARSHA
PERASAAN YANG RUMIT
CINTA DI WAKTU YANG SALAH
JATUH PADA MASA LALU
PERMINTAAN TERAKHIR
LOVE IN SUNSET
AREZ? ARSHA?
FEELING REGRET
ERICK GAMA
PENGHIANATAN
SUARA SIAPA?
KITA BERAKHIR?
DUA BULAN LAGI
SELF HARM ... AGAIN?
MANTAN MERESAHKAN
TIDAK TERKENDALIKAN
TERLUKA KEMBALI
SHAMELESS BITCH
ORANG TUA ARSHA
DIKA PULANG
PENGUMUMAN PERNIKAHAN
SIAPA PRIA ITU?
THE FOURTH FACT
SASA DAN ZARA
TIGA GADIS YANG TERLUKA
KITA YANG TERJEBAK
PERMOHONAN SASA
KISSMARK
KENYATAAN BERAT
HAMIL?
SHOCKED
TANGGUNG JAWAB
THE WEDDING
HADIAH LAICIA
AFTER WEDDING
MASIH KAMU
SEMAKIN RUMIT
SORRY BANGET
KELUARGA BESAR AREZ
SASA DAN ZIAN
ANGGUN
KENANGAN RUMAH POHON

PERUBAHAN ZARA

25 2 0
By iniitila

Kenyataan itu harus diterima, bukan diperdebatkan.

🌱🌱🌱🌱🌱

Angin sore yang menerpa wajah seorang gadis membuat beberapa helai rambutnya berterbangan. Dia menatap matahari yang hampir terbenam di ujung sana. Perlahan matanya pun melirik ke bawah.

Gadis itu menarik napas dalam melihat suasana di bawah sana. Matanya terpejam, mencoba menetralkan pikirannya.

"Sasa!"

Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang hingga terjatuh dari atas kursi.

"Sa, lo gak apa-apa?"

Sasa menatap wajah orang yang menariknya. Dia msnggeleng pelan. "Gue gak apa-apa, Van."

Jevan mengulurkan tangannya dan membantu Sasa berdiri. "Maaf, lo jadi jatuh karena gue. Habisnya lo bikin gue takut. Maafin ucapan Zara, dia gak bermaksud kaya gitu sama lo. Lo tau dia masih dalam keadaan shock."

"Gue ngerti," jawab Sasa.

"Lo jangan sampe pikir pendek gitu, dong. Lo gak kasihan sana tante Ify, Aiy, kak Sean, cowok lo Dika, papa lo? Lo gak kasihan?" cerocos Jevan.

Sasa menatap Jevan aneh. Mengapa tiba-tiba cowok itu memarahinya? Memangnya dia salah apa?

"Inget Tuhan, Sa. Banyak yang lebih besar masalahnya daripada lo. Lo jangan mau langsung akhirin hidup lo."

"Eh, bentar-bentar. Maksud lo apaan, sih? Siapa yang mau bunuh diri? Gue cuma mau netralin pikiran gue. Gue juga masih sayang nyawa."

Jevan tiba-tiba diam. Dia mengira Sasa sudah sangat putus asa karena ucapan Zara hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya.

"Maaf, gue kira lo bakal ngelakuin hal yang--"

"Udah-udah. Gue gak bakalan loncat. Gue cuma tenangin diri gue aja. Lo ngapain di sini, Van? Ntar Zara liat bisa ngamuk dia."

Sasa kembali menatap pemandangan di depannya, membuat Jevan juga melakukan hal yang sama. Pekerjaannya yang sedikit sibuk, dan persiapan pernikahannya cukup membuat Jevan kelelahan. Ia membutuhkan ketenangan seperti saat ini.

"Wakto lo pergi abis berantem sama Zara, gue ngikutin lo. Soalnya lo lari-lari sambil nangis gitu, gue khawatir aja sama lo," jujur Jevan.

Sasa menolehkan kepalanya ke arah pasangan Zara tersebut. "Makasih udah khawatir sama gue, ya, Van. Gue kira lo bakal nyalahin gue kaya Zara."

Jevan menatap Sasa kembali. Tangannya menepuk pelan pundak gadis itu. "Gak apa-apa, Sa. Lo gak salah, yang salah itu perlakuan orang tua lo dan Zara di masa lampau. Gak usah dipikirkan. Semua udah terjadi. Mau lo stres pun, gak akan mengubah apapun," pesan Jevan.

Sasa membalas senyum Jevan dengan tulus. Zara sudah mendengar ucapan tersebut hampir sepuluh kali. Namun mendengarnya dari orang yang berbeda membuat Sasa tau bahwa masih banyak orang yang mengerti keadaannya.

"Jevan!"

Sasa dan Jevan sontak membalikkan tubuh mereka saat mendengar teriakan dari seorang gadis. Mata Sasa membulat ketika melihat Zara mendekati mereka dengan langkah cepat dan wajah penuh amarah.

Jevan langsung menarik tangannya dari bahu Sasa dengan cepat. "Sayang, kok kamu di sini?"

Plaak!

Tanpa sepatah katapun, Zara langsung menampar pipi Sasa dengan kuat. "Ternyata lo gak jauh beda sama ibu lo. Ngapain lo berduaan sama cowok gue? Lo mau rebut Jevan dari gue? Setelah ibu lo ngerebut papa dari mama, sekarang lo yang ngerebut Jevan dari gue? Murahan!"

"Zara, stop!" teriak jevan.

Bukannya berhenti, gadis itu malah mendekatkan tubuhnya ke Sasa. "Apalagi alasan lo? HAH? APALAGI? GUE LIAT, YA, LO SENYUM KE COWOK GUE. MAKSUDNYA APA?"

"Gue sama Jevan gak ada apa-apa, Za. Sumpah. Gue udah punya Dika. Cowok lo yang tiba-tiba datang nyamperin gue ke sini," jawab Sasa dengan air mata yang mulai mengalir kembali.

"Gak usah bacot lo! Lo itu sama aja kaya ibu lo! Perusak hubungan orang."

"ZARA, CUKUP!"

Jevan mendorong tubuh Zara sedikit kasar agar menjauh dari Sasa. "Sasa gak salah, aku yang datangin dia ke sini."

Zara tertawa sumbang melihat Jevan. "See? Bahkan kamu berani dorong aku sekasar itu demi jalang itu!"

Zara semakin mengamuk. Dia kembali mendekati Sasa dengan tangan melayang tinggi. "JALANG MURAHAN!"

"Siapa yang lo panggil jalang?"

Tangan Zara tertahan di udara bersamaan dengan cengkraman seseorang di pergelangannya.

"Kak Sean," gumam Sasa.

Sean membuang kasar tangan Zara membuat si empu meringis.

"Kak Sean!"

Sasa langsung memeluk Sean erat, menangis sejadi-jadinya. Dia menumpahkan semua kesedihannya di jas hitam milik pria itu.

Sean mengelus punggung Sasa lembut, memberikan ketenangan untuk gadis itu. "Lo gak apa-apa, Sa?"

Sasa hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan Sean. Tangisannya seolah menyiratkan bahwa dia tidak baik-baik saja.

"Zara, gue tau lo masih shock. Gue tau lo masih belum bisa terima kenyataan. Tapi lo harus tau kalau Sasa gak salah. Kalau lo mau salahin orang, salahin bokap lo. Salahin dia, kenapa dia selingkuh!" bentak Sean.

Zara tersentak. Ini pertama kalinya Sean membentak dirinya.

"Kak Sean bentak gue?" tanya Zara tak percaya.

Selama ini Sean selalu bersikap baik padanya. Sean bahkan sudah menganggap Zara sebagai adik. Gadis itu juga sudah terhitung dalam anggota keluarga Alison. Tapi hari ini, sepertinya semua akan berubah.

"Lo ngaca, kenapa gue bentak lo. OMONGAN LO KE ADEK GUE KETERLALUAN!" Amarah Sean bangkit. Rahangnya menegas, urat-uratnya mengetat.

"DIA PANTAS DAPATIN ITU, KAK!"

"LO YANG PANTAS DAPATIN ITU BUKAN SASA!"

Zara terdiam. Bulir air matanya mulai mengalir. Meski tidak diungkapkan secara langsung, omongan Sean bisa diartikan bahwa penghinaan Zara untuk Sasa tidak seharusnya didapatkan oleh Sasa, tapi Zaralah yang pantas mendapatkannya.

"Kak, gue kecewa sama lo." Zara mulai menangis.

Jevan yang sedari tadi sebagai penonton mulai memeluk pacarnya. Dia tak berani menyela omongan Sean ketika sedang emosi.

"Lo kecewa sama gue? Gue lebih kecewa sama lo. Gue gak nyangka Zara yang baik dan ceria bisa berubah jadi manusia jahat kaya lo," cecar Sean.

Sean membawa Sasa pergi dari sana. Dia tadinya ingin pergi ke kantor. Tapi melihat Zara yang seperti mengikuti seseorang, membuat Sean curiga. Perasaannya menjadi tidak enak.

"Kak, makasih," bisik Sasa dalam senggukannya.

Sean berhenti. Dia menatap manik mata Sasa. "Lo adek gue, gak usah berterimakasih. Kita ke ruangan Aiy, ya. Lo istirahat di sana aja," ajak Sean.

Sasa hanya mengangguk. Mereka kembali melanjutkan langkah.

🌱🌱🌱🌱🌱

Aiy menatap Sasa yang tertidur pulas di sofa ruangannya. Kini pandangan itu teralih pada Sean yang sibuk dengan ponselnya.

"Dika mana, Kak?" tanya Aiy.

"Katanya ke resto karena ada sedikit masalah. Tadi gue udah telpon dia, katanya habis nguus resto bakal segera ke sini," jawab Sean.

Aiy mengangguk. "Gue gak nyanbka Zara bisa sampai sekasar itu," gumam Aiy.

Sean mematikan ponselnya lalu meletakkan benda pipih itu di atas meja.

"Gue paham, dia masih shock. Emosinya masih belum terkontrol. Cuma gue tetep gak terima dia bilang Sasa jalang. Kelewatan tau, gak," kesal Sean.

"Biar gue yang bicara sama dia."

Baru saja Aiy akan bangkit, tangannya ditahan oleh Sean. "Gak usah, Ay. Ada cowoknya di sana. Gue yakin Jevan pastu nasehatin Zara. Lebih baik kita jangan ganggu Zara dulu, deh," kata Sean.

Aiy kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Dia menghela napas berat. "Kak, lo gak kerja?"

"Gue udah suruh Nova buat skip semua schedule gue hari ini. Gue mau jagain Sasa dulu. Dia pasti terpuruk banget. Gue gak mau ninggalin dia sendiri. Orang frustrasi kalau dibiarin sendiri bisa bahaya," jelas Sean.

"Kan ada mami, Kak."

"Mami udah ke butik, soalnya ada gaun pengantin yang harus mami urus."

"Ya udah, deh. Gue balik kerja dulu, ya. Mau cek beberapa pasien," pamit Aiy.

"Iya, semangat kerjanya."

Aiy mengambil jas putih dan peralatannya untuk segera kembali pada pekerjaannya.

🌱🌱🌱🌱🌱

"Obatnya jangan lupa diminum, ya, Bu. Semoga cepat sembuh."

Aiy bersama seorang perawat keluar dari ruangan tersebut. Mereka kembali memasuki ruangan lainnya.

"Selamat pagi menjelang siang," sapa Aiy begitu memasuki ruangan tersebut.

"Kita per--Tante Gina? Tante sakit?"

Aiy begitu terkejut ketika melihat Gina, ibu dari mantannya itu terbaring lemah di brankar rumah sakit. Di sana juga ada Andi dan Elina yang menemani wanita itu..

"Darah tinggi tante Gina kumat karena stres. Tante Gina stres karena Arsha," jawab Elina.

Aiy yang merasa ini akan membawa masalah dirinya dan Arsha, segera menyuruh perawat yang menemaninya untuk keluar. "Biar saya saja. Suster urus pasien lainnya."

"Gak apa-apa, Dok?"

"Gak apa-apa," balas Aiy dengan senyuman.

"Baik, Dok. Saya permisi."

Perawat tadi keluar menuruti permintaan Aiy. Sementara gadis itu mulai memeriksa Gina.

"Saya gak mau diperiksa sama kamu. Saya maunya dokter yang lain," tolak Gina.

Aiy tersentak. Ada perasaan sakit di dadanya, tapi dia herus menahannya.

"Maaf, Tante. Dokter lain sedang sibuk operasi dan beberapa sedang mendapatkan panggilan darurat. Biar saya saja, ya," bujuk Aiy.

Aiy baru saja akan menempelkan stetoskop pada dada Gina, namun tangan wanita itu mendorong tubuh Aiy.

"Saya bilang saya gak mau!" bentak Gina.

Aiy menjauh. "Tante tapi--"

"Semalem Arsha gak pulang ke rumah. Kemana Arsha?" tanya Elina.

Aiy diam sejenak, namun sedetik kemudian gadis itu menjawab dengan cepat. "Gue gak tau."

"Arsha pasti sama kamu semalaman, kan?" tuding Gina.

Aiy menggeleng, menyangkal ucapan Gina. "Enggak, Tante. Saya gak tau Arsha dimana semalam."

Andi berdiri dari tempatnya lalu menatap Aiy datar. "Saya mau bicara sama kamu."

Aiy menatap Andi yang berjalan keluar dari ruangan itu. Aiy mengalihkan tatapannya pada Elina dan Gina. Selanjutnya gadis itu melangkahkan kakinya mengikuti Andi keluar dengan ragu.

"Ada apa, Om?" tanya Aiy ketika mereka sudah berdiri sedikit menjauh dari ruangan Gina.

"Kamu sama Arsha semalam, kan?" Andi mengulang pertanyaan Gina pada Aiy.

"Saya udah bilang saya gak sama Arsha, Om."

"Jangan bohong. Saya lihat rekaman CCTV dari lorong apartemen Arsha."

Andi mendekatkan dirinya pada Aiy, lalu membisikkan kalimat yang membuat Aiu mato kutu.

"Kamu keluar dari sana tadi malam."

🌱🌱🌱🌱🌱

Happy New Year semuanyaaaa. Meskipun rada telat tapi gapapalah ya kaaan.

Maaf banget teman-teman, aku updatenya lama banget. Kalian masih pada nungguin, kan? Maklum, Aing sibuk natalan sama tahun baru.

Tapi aku janji bakal up cepet, kalau komeman sama likenya banyak, hehehe. Bakal double up, deh. Ayo share cerita ini ke teman kalian. Kawal naik 5k viewers, wkwkwk.

Segini dulu, babay.❤

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 40.1K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
3.6M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.5M 136K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.5M 38.2K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...