A: Antara (Seq SEPATU) #Aliso...

By iniitila

3.3K 614 285

Note: Baca SEPATU dulu. Masa lalu bukanlah hal yang perlu diperhitungkan bagi seorang Aiy. Karena mengingat m... More

THROWBACK
PROLOG
KEMBALI
JANGAN BERJANJI
KISS
BERTEMU KEMBALI
ARSHA BERBEDA
SELF INJURY
KONSEKUENSI MENCINTAIKU
RASA
TAHTA, KELUARGA, AIY!
Pre-quel (SEPATU)
SEAN DAN SEKRETARIS BARUNYA
BIARKAN DIA BAHAGIA
BREAK
SEPATU PUBLISH
PERMINTAAN ELINA
CALONNYA AREZ
BYE, AREZ.
PENJELASAN ARSHA
PERASAAN YANG RUMIT
CINTA DI WAKTU YANG SALAH
JATUH PADA MASA LALU
PERMINTAAN TERAKHIR
LOVE IN SUNSET
AREZ? ARSHA?
FEELING REGRET
ERICK GAMA
PENGHIANATAN
SUARA SIAPA?
KITA BERAKHIR?
DUA BULAN LAGI
SELF HARM ... AGAIN?
MANTAN MERESAHKAN
TIDAK TERKENDALIKAN
TERLUKA KEMBALI
SHAMELESS BITCH
ORANG TUA ARSHA
DIKA PULANG
PENGUMUMAN PERNIKAHAN
SIAPA PRIA ITU?
SASA DAN ZARA
TIGA GADIS YANG TERLUKA
KITA YANG TERJEBAK
PERMOHONAN SASA
PERUBAHAN ZARA
KISSMARK
KENYATAAN BERAT
HAMIL?
SHOCKED
TANGGUNG JAWAB
THE WEDDING
HADIAH LAICIA
AFTER WEDDING
MASIH KAMU
SEMAKIN RUMIT
SORRY BANGET
KELUARGA BESAR AREZ
SASA DAN ZIAN
ANGGUN
KENANGAN RUMAH POHON

THE FOURTH FACT

21 5 0
By iniitila

Fakta apalagi ini? Apakah semesta memang selalu sebercanda ini?

🌱🌱🌱🌱🌱

Sasa memasuki sebuah kafe sendirian tanpa ditemani siapapun. Ini sedang jam makan siang dan Sean tengah makan di kantornya.

"Eh, Za!"

Sasa menghampiri seorang wanita yang juga tengah ingin masuk ke dalam kafe itu. Dia Zara, sahabat Aiy yang juga menjadi temannya.

"Za, lo ngapain di sini?" tanya Sasa ketika sampai di depan Zara.

"Gue disuruh ke sini sama Aiy. Lo? Ada meeting, ya?"

Zara menggeleng. "Gue juga disuruh kesini sama Aiy. Kenapa, ya?"

Sasa menggeleng pelan. "Mungkin hanya ingin makan siang bersama doang. Udah lama juga gak makan bareng."

Zara mengangguk. "Udah, yuk, masuk."

Sasa dan Zara masuk bersama ke dalam kafe. Mereka mencari tempat dimana Aiy duduk.

"Ay," sapa Zara.

Aiy yang sedang memandang berkas-berkas di hadapannya, langsung berdiri menyambut Sasa dan Zara.

"Duduk," pinta Aiy.

Mereka berdua duduk lalu memandang Aiy.

"Kenapa ngajak kita ketemu, Ay?" tanya Sasa.

Aiy mengulum bibirnya sejenak. "Mau mesen dulu, gak?" tawar Aiy.

Zara mengangguk. "Boleh."

Mereka berdua memanggil pelayan kafe untuk memesan minuman. Setelah memesan, mereka bertiga diam dalam keheningan. Baik Aiy, Sasa dan Zara tidak ada yang buka suara.

"Ini pesanannya, silakan dinikmati."

Pelayan itu menyimpan minuman Zara dan Aiy di atas meja lalu kembali ke dapur.

"Ay, kok diem aja? Ada apa?" tanya Sasa tak sabaran.

Aiy menarik napasnya dalam sebelum berbicara.

"Gue mau kasih tau sesuatu sama kalian."

"Apa?"

Aiy mengeluarkan beberapa berkas dari dalam amplop coklatnya.

"Gue nemuin orang tua lo, Sa. Sebenarnya selama ini gue menyelidiki orang tua lo buat nemuin mereka."

"Lo nemuin orang tua Sasa?"

Aiy memberikan berkas itu pada Sasa untuk membiarkan gadis itu melihatnya.

Sasa membaca berkas itu dengan seksama. Kerutan muncul di dahinya.

"Ini orang tua gue?"

Aiy mengangguk, membenarkan.

"Gue gak kenal sama mereka, bahkan gue gak pernah merasa kenal dengan mereka. Gimana gue bisa ketemu sama mereka?" lirih Sasa.

"Gue tau siapa mereka. Bahkan gue udah ketemu sama salah satunya, dan gue tau di dimana."

"Serius? Lo tau?" Sasa tampak antusias mendengarnya.

Aiy mengangguk. "Gue tau."

Namun tiba-tiba, keantusiasan Sasa berubah. Wajahnya tampak dingin dalam sekejap. Dia meletakkan berkas itu tanpa minat.

"Gue gak perduli. Mereka udah buang gue. Biarinlah, Ay. Mereka gak sayang gue."

"Sa, lo gak boleh kaya gitu. Gue tau lo kecewa, tapi mereka tetap orang tua lo," ujar Zara mencoba memberi pengertian.

"Gue dibuang, Za. Dibuang! Gue gak berharga, jadi buat apa gue perduli sama mereka."

"Lo gak mau lihat wajah mereka? Lo selalu bilang sama gue kalau lo pengen lihat wajah orang tua lo," bujuk Aiy.

Sasa menggeleng keras. "Setelah gue pikir-pikir, gue merasa gak butuh tau soal mereka. Selama ini apa mereka pernah cari gue? Enggak, kan! Mereka gak sayang gue. Udahlah."

Sasa bangkit dari tempatnya untuk pergi meninggalkan Aiy dan Zara.

"Bahkan ketika dia sedang berjuang melawan kematian?"

Ucapan Aiy cukup untuk membuat Sasa berhenti di tempatnya.

"Lo bilang apa? Kematian?"

🌱🌱🌱🌱🌱

Aiy, Sasa dan Zara sampai di rumah sakit tempat Aiy bekerja. Kini mereka ada di depan ruang ICU.

"Masuk, Sa. Papa lo ada di dalem."

Sasa langsung masuk ke dalam untuk melihat orang tuanya. Meski Sasa membenci mereka, tapi Sasa masih memiliki hati nurani.

Zara melihat ruang ICU itu dengan sedih. "Kasihan Sasa. Dia gak pernah ketemu orang tuanya. Sekalinya ketemu malah lagi koma."

Aiy tersenyum. Tangannya menepuk bahu Zara pelan.

"Gak mau ikutan masuk?" tanya Aiy pelan.

Zara menggeleng. "Biarin aja Sasa sendiri. Dia mungkin butuh waktu sendiri sama papanya,"ujar Zara menolak.

"But he's your dad too."

"HAH?"


🌱🌱🌱🌱🌱

Nova memasuki ruangan Sean yang didominasi warna cokelat itu. Dia menghampiri Sean yang sedang sibuk memeriksa beberapa berkas.

"Ada apa, Pak?" tanya Nova sopan.

Sean menatap Nova ketika mendengar suara wanita itu. Dia mengerutkan keningnya bingung. "Perasaan saya bukan manggil kamu. Saya manggilnya Sasa."

"Bu Sasa sedang keluar, Pak. Katanya mau ketemu sama bu Aiy," jawab Nova.

"Ketemu sama Aiy? Gak biasanya dia keluar di jam kantor gini. Dia ada bilang ketemuannya dimana?"

Nova menggeleng pelan. "Enggak, Pak. Bu Sasa hanya menitip berkas buat rapat hari ini pada saya, Pak."

Nova meletakkan berkas di tangannya itu ke meja di hadapan mereka.

Sean mengangguk-angguk. Pasti mereka niat jodohin gue sama Nova. Udah tau gue, batin Sean.

"Ya udah kalau gitu kita pergi berdua saja tanpa Sasa."

Sean bangkit dari kursinya dan mengambil jasnya.

Nova melirik jam di pergelangan tangannya. "Rapatnya masih satu jam lagi, Pak. Apa kita tidak kecepatan? Lokasi rapatnya pun tidak jauh dari kantor, Pak."

"Saya mau ngajak kamu makan dulu sebelum rapat," ujar Sean santai.

"Ah, tap--"

"Ini perintah, gak usah dibantah!" tegas Sean.

Nova yang ingin menginterupsi segera menutup kembali mulutnya. "Baik, Pak."

Sean berjalan menuju pintu ruangannya sembari menenteng jasnya, sementara Nova membawakan tasnya.

"Pak, biar saya yang bawa jasnya," tawar Nova.

Sean membalikkan badannya lalu memberikan jasnya pada Nova.

Mata Nova kini beralih pada dasi Sean yang sedikit miring. Matanya agak sakit melihat dasi milik bosnya tidak tertata rapi pada tempatnya.

"Pak, maaf itu dasinya miring," kata Nova memberitahu.

Sean melirik dasinya sejenak, lalu mendekatkan diri pada Nova. Dia mengangkat kepalanya sedikit. Nova yang melihat itu sontak merasa bingung.

"Ada apa, ya, Pak?"

"Perbaiki."

Nova sedikit terkejut dengan perintah dari bosnya itu. "Gimana, Pak?"

"Kamu budeg? Saya bilang perbaiki!" ulang Sean.

Nova segera melakukan suruhan Sean tanpa bantahan lagi. Dia takut jika Sean akan memarahinya kalau Nova terus bertanya.

Sean bisa melihat raut wajah Nova yang serius ketika sedang memperbaiki dasinya. Nova tampak telaten melakukannya. Senyum Sean sedikit terbentuk saat melihat wajah Nova yang menurutnya cantik.

"Sudah, Pak."

Sean buru-buru mengalihkan wajahnya dari Nova, tak mau ketahuan.

"Ya sudah, ayo."

Mereka kembali meneruskan langkah mereka yang sempat tertunda.

🌱🌱🌱🌱🌱

Sasa melihat banyak alat yang menempel pada tubuh seorang pria yang sudah tak muda lagi. Dia sedanang terbaring dengan mata tertutup tanpa mengetahui kedatangan putrinya yang dia buang bertahun-tahun yang lalu.

"Jadi ini papa? Begini wajah bokap gue?"

Sasa terus mendekati brankar itu sambil menatap wajah pria yang sudah berkerut itu.

"Ini orang yang udah buang gue bertahun-tahun lalu? Orang yang sudah menyebabkan kesengsaraan di hidup gue."

Sasa terus bermonolog sendiri dengan air mata yang mulai jatuh ke pipinya.

Sasa duduk di bangku yang tersedia di sana. Dia terus saja menatap wajah itu dengan haru.

"Pa, kenapa tega banget lakuin hal itu samaku? Salahku apa, pa? Kenapa papa sama mama tega banget buang aku? Hidup aku berantakan, asal papa tau itu," racau Sasa.

Sasa menenggelamkan wajahnya pada tubuh Zian. Menggoyang-goyangkan badan itu berharap orang tersebutb bisa bangun dan menyebut namanya.

"Pa, aku benci papa. Kenapa papa sakit? Aku jadi gak bisa keluarin semua uneg-unegku selama ini ke papa. Aku gak bisa bilang kalau aku selalu ingin ketemu papa dan mama setiap harinya. Aku mau dipeluk papa dan mama. Pa, jangan tinggalin aku sebelum meluk aku."

Sasa menangis dengan kencangnya di dalam ruangan itu. Dia tidak bisa menahannya. Sasa ingin sekali mengucapkan betapa rindunya ia pada orang tuanya. Sejak kecil Sasa tidak pernah melihat wajah orang tua kandungnya. Kini Sasa bisa melihatnya namun dalam keadaan yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.

"Pa, bangun! Ayo bangun, pa."

Ceklekk!

Sasa menghentikan tangisnya dan melihat Zara dan Aiy masuk. Sasa melihat Zara dengan wajah bingung dan mata terus menyorot ke arah Zian.

Sasa menyeka air matanya. "Za, ini papa gue. Dia yang--"

"Papa!"

Teriakan Zara barusan mampu membuat Sasa bingung setengah mampus.

"Papa?"

"Pa! Papa kenapa? Papa kenapa ada di sini? Kemana aja papa selama ini? Zara kangen, pa," isak Zara kencang.

"Papa gak pernah nemuin Zara, bahkan papa gak dateng ke acara pertunangannya Zara. Papa gak kangen Zara? Kemana papa selama ini?" racau Zara.

Zara memeluk tubuh Zian erat. Sudah lama Zian tidak memeluknya dan kini Zara yang memeluk pria itu.

"Papa kenapa ninggalin Zara sama mama. Kenapaaa?"

Kini Sasa dibuat bingung oleh tingkah Zara. "Kok ...?"

Aiy mendekati Sasa untuk menjawab kebingungan gadis itu.

"Papa lo ini, sebenarnya dia juga papanya Zara," ucap Aiy pelan pada Sasa.

"HAH? PAPANYA ZARA?"

Zara menghentikan tangisnya. Dia menatap Sasa dan Aiy sambil menyeka air matanya. "Gue butuh penjelasan."

🌱🌱🌱🌱🌱

Hai, gaiisss.

Jadi mau cerita sedikit. Waktu itu aku sempat mau unpub ceritaku yang satu lagi, tapi malah ini yang kena, huhuhuhu. Gila, ternyata capek juga publish ulang semuanya, wkwkwk. Aku bingung seketika kenapa A: Antara tiba-tiba masuk draf, wkwkwk.

Oke, skip. Gak penting banget, awokwokwok.

So, guys! Sekarang udah tau, kan, Zian Dare Vian itu siapaaa. Selain dia adalah papanya Sasa, dia juga papanya Zara. Hah? Kok bisa? Gimana ceritanya? Oke, ini baca di part selanjutnya aja, hihihiw.

Jadi part ini gak panjang sebenarnya, gais. Biar kalian gak tegang juga, aku suguhin adegan Sean sama Nova, wkwkwk.

Btw, mau up part selanjutnya kapan, nih? Kalau vote dan commentnya banyak, aku janji bakal up cepat. Makanya jangan lupa buat like, comment and share cerita ini ke teman-teman kalian, gais. Biar bisa samaan baca A: Antara. Oke, sekian dulu.

Babay.<3

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.9M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...