RATSEL

By ARLINADJULIAPERDANA

13.1K 6.6K 8.1K

"ᴴⁱᵈᵘᵖ ⁱⁿⁱ, ᵗᵉⁿᵗᵃⁿᵍ ˢⁱᵃᵖᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵈᵃᵗᵃⁿᵍ ˡᵃˡᵘ ᵖᵉʳᵍⁱ." ••• Ini tentang Aleta-seorang gadis, belasan tahun. Di u... More

Prolog
1. Sea Lingga
2. Perjodohan
3. Black Eagle?
4. Angka 103
5. Masih belum ada rasa?
6. Hubungan
7. Aghisma Feri
8. Cecilia Company
9. Tentang jam itu
10. Danendra
12. Sam atau Rando?
13. Memori Nando dan Aarav
14 Su jufe, debe morir
15. Teror
16. Kambuh
17. Bully?
18. Kematian Nayla yang mengejutkan
19. Sepasang kekasih yang mengerikan
20. Cemburu
21. Pembalasan
22. Sandra ketakutan
23. Amukan Gustira
24. Di rumah Sena
25. Pandu berulah
26. Ancaman dari seseorang
27. Siapa Alena?
28. Keributan
29. Kedatangan Alena
30. Alena, si ratu drama
31. Dibully lagi?
32. Bukti
33. Bahaya
34. Pengorbanan Feri
35. Durga
36. Terungkap
37. Ancaman Helena
38. Thania hamil?
39. Tanggung jawab
40. Alvaro menjauh?
41. Semesta yang suka bercanda
42. Celaka
43. Penyesalan Helena
44. Undangan
45. Arti Cinta sesungguhnya
46. Aryana Raskal Aldebran
47. Bertemu Feri
48. Permohonan Aleta
49. Paru-paru untuk Alena
50. Akhir dari segalanya
Epilog

11. Insiden

252 170 141
By ARLINADJULIAPERDANA

Happy reading <3


"Tetap semangat, semua orang punya masalah berat masing-masing, jangan merasa sebagai manusia paling tertekan."

***

Hari pertunangan Dewadaru dan Aleta akhirnya tiba. Yang dihadiri sedikit teman mereka berdua lalu ditambah dari kliennya Danu dan klien nya Gustira serta teman-temannya Daniar, Helena serta Nando menyempatkan hadir. Acara pertunangan ini berlangsung di depan restaurant yang sudah di backing oleh Helena dan Daniar.

Sela, Arya, Sesil, Cakra, Ginjar dan Alvaro juga turut diundang. Namun, Ginjar mau pun Alvaro tidak bisa datang menghadiri acara pertunangan ini.

Nakula berjalan mendekati Adiknya dan Aleta dengan gagah, juga penuh wibawa.

"Selamat ya, Dek. Gak nyangka lo udah tunangan aja," ujar Nakula memberikan selamat saraya tersenyum haru.

"Thanks, Kak, lo juga cepetan nyusul." Aleta tersenyum tipis.

Setelah kepergian Nakula, entah kenapa perasaan Daru tiba-tiba berkecamuk.

"Gimana?" Daru bertanya pada tunangannya sambil menyungingkan senyum manisnya.

Aleta mengangkat sebelah alisnya, tak mengerti apa maksud Daru. "Maksud lo? Gak jelas banget!"

"Lo udah ada rasa buat gue?" tanya Daru, menjelaskan.

Aleta menggeleng pelan sambil meremas gaun mahal yang ia kenakan. "Belum."

"Masih belum bisa lupain Feri?" Daru bertanya lagi dan di jawab gelengan kepala dari Aleta.

"Maafin gue,"

"Bukan salah lo, Aleta. Gue gak bisa maksa lo buat bales perasaan gue kok, tapi gue yakin, suatu saat nanti, gue pasti bisa bikin lo buat suka balik sama gue!" ujar Daru, riang. Membuat Aleta tersenyum tipis.

Aleta dan Daru tidak menyadari ada seorang perempuan bertopeng yang sedang mempersiapkan sebuah tembakan dari jarak yang lumayan jauh, harapan orang itu agar peluru tembakannya mengenai punggung Aleta, lalu Aleta masuk rumah sakit dan keadaanya kritis. Kemudian perempuan itu bisa dengan mudah membunuh Aleta.

"Lo harus mati,"

Setelah itu, perempuan dengan masker yang tertempel diwajahnya ini menyeletukkan peluru tembakannya sambil mengarahkan ke punggung Aleta.

Namun Daru memeluk Aleta cepat dan menukar posisi. Hingga peluru itu menancap di punggung Dewandaru sempurna.

****

DOR!

"DARU?"

Semua orang yang berada di acara pertunangan itu. Terpekik histeris melihat banyaknya darah yang keluar dari punggungnya Daru.

Daru jatuh ke pelukan Aleta. "Tahan Ru, jangan merem."

Nakula melihat semuanya, laki-laki ini langsung menelepon mobil ambulance.

Saat ambulance sampai, Daru langsung dibawa oleh beberapa perawat menggunakan tanduk. Di dalam ambulance, Aleta memegang lengan Daru erat, sedangkan orang tua Aleta juga Daru mereka segera menyusul memakai mobil pribadinya.

Semua tamu akan pulang.

"Semoga Daru cepat sadar, alhamdulillah acara pertunangannya sudah selesai. Oh iya kamu juga harus cari tau siapa pelakunya."

Nakula mengangguk. "Aamiin, iya, Bu alhamdulillah. Pasti, saya akan mencari tahunya."

Salah satu kliennya Daniar tersenyum. "Baiklah jika begitu, saya pamit. Permisi," pamitnya dan langsung pergi setelah melihat anggukan dan senyuman tipis dari Nakula.

Sela, Sesil, Arya dan Cakra berlari kecil menuju Nakula.

Mereka berempat sudah berada didekat Nakula. "Siapa?" tanya Arya.

Siapa yang dimaksud Arya itu pelaku yang menusuk Aleta. Wajah mereka semua terlihat begitu khawatir.

Nakula menggeleng lemah. "Gue gak tau," jawab Nakula lesu.

Nakula menunjukan benda yang mungkin terjatuh dari pelaku itu. "Gue nemuin ini," ujar Nakula sembari memperlihatkan benda yang berada ditangannya ke mereka.

"Gelang?" Gelang berwarna biru laut berbandul boneka berinisial S dengan harga terbilang mahal dan langka di Indonesia.

"Ada kemungkinan pelakunya itu cewe," pungkas Arya, mereka semua mengangguk kecuali Sela.

"Ke rumah sakit dulu dan kasih tau ini ke Aleta,"

****

Aleta berada di ruangan Daru, menatap cowok itu yang masih setia memejamkan mata.

"Woi met, bangun gak lo?"

"Lagi ngapain sih lo nolongin gue... makasih ya? Maaf karena gue, lo malah yang di rumah sakit,"

Orangtua Aleta dan, Dewandaru berada di depan ruangan ICU. Mereka sedang menunggu Daniar untuk diambil darahnya dan di donorkan pada putranya-Daru.

Di luar ruangan, teman-temannya khawatir menunggu kabar keadaan Daru.

"Gue nemuin gelang ini di kamar mandi restoran tadi," ucap Nakula.

"Sesil atau Sela?" Tuduhan itu keluar dari mulut Nakula.

"Itu bukan Sesil, dia sama gue mulu dari tadi," bela Arya.

"Kalo bukan Sesil, Berarti Sela." tuduh Nakula seenaknya.

"Nakula, lo dengerin gue, enggak mungkin lah gue nusuk Aleta. Nyakitin sahabat gue sendiri. Dan satu lagi, lo enggak boleh nuduh-nuduh kayak gini cuma karena inisialnya S," tekan Sela. Nadanya penuh penekanan dengan tangan yang terkepal erat.

"Loh kok Aleta? Kan yang kena tembak Daru?" sinis Nakula.

"Semua juga tau kalau tembakan itu ngarahnya ke Aleta, kalo Daru gak tukar posisinya cepet sama Aleta pasti yang di dalam Aleta bukan Daru." Jawaban Sela ke mana-mana membuat Nakula semakin curiga.

"Terkadang, orang yang dekat dengan kita. Memiliki potensi besar untuk menyakiti kita," sahut Cakra tajam. Berhasil membuat Sela terbungkam oleh kata-katanya.

Nakula menatap Sela penuh permusuhan. "Terus kenapa lo bisa tau kalo pisaunya ngarah ke Aleta? Kalau lo tau dan liat duluan, harusnya lo langsung tolongin. Setidaknya teriak, biar mereka berdua bisa menghindar." Nakula masih menuduh Sela sambil bersedekap dada.

"Anjir? Gue aja jauh gimana mau nolong?! Dan lo kenapa malah nuduh gue bangsat?" Sela tak terima di tuduh begitu saja.

Nakula terkekeh sinis.

"Kalo lo bukan pelakunya, lo gak bakalan marah kayak tadi, Sela." Sesil ikut menyahut membuat Sela kesal setengah mati.

"Gimana gue gak marah kalo Nakula aja dari tadi terus nuduh gue dan kayak mojokin gue gitu, anjir!" teriak Sela mengundang beberapa orang di rumah sakit menatapnya bingung.

"Maaf, tolong jangan berdebat di sini, ini rumah sakit. Pasien di sini butuh ketenangan." Salah satu perawat di rumah sakit dengan kerudung berwarna putih berujar demikian.

"Maaf, Sus."

Perawat tadi tersenyum tipis, lalu segera pergi dari sana untuk membantu beberapa dokter yang sedang berusaha menyembuhkan pasien yang sakit.

Aleta terdiam menatap gelang itu lama, merasa tidak asing dengan gelang yang harganya terbilang mahal sekitar 20 juta. Dan hanya sedikit yang memilikinya karena gelang itu berasal dari Negeri Italia.

***

Berita duka, kapal Samudra dengan rute Spanyol - Samudra Atlantik - pantai timur Benua Amerika - selat di ujung selatan Benua Amerika tenggelam. Sampai saat ini belum ada kabar baik-

"Kapal Alana sama Aluna?"

"Anjing! Berita ini bener gak sih?"

"Gak mungkin!"

"Alana sama Aluna naik kapal buat jalan-jalan, besok udah sekolah. Kapal yang di tumpanginya pasti baik-baik aja," Alvaro berusaha tenang walau resah.

Ponsel berdering, nomor tidak dikenal. Langsung saja Alvaro angkat takut dari orang-orang yang memberi kabar bahwa kapal Aluna dan Alana selamat.

"Gimana? Hebat gak gue? Gue berhasil buat Queen nya Sea Lingga dan Pelindungnya Sea Lingga celaka sekaligus?" Suara dari sebrang sana terdengar seperti suara Pandu-Ketua Star Light, rival terbesar Sea Lingga.

"Pandu sialan! Ini semua ulah lo, ternyata!" Makian dari bibir Alvaro keluar begitu saja. Membuat tawa jahat Pandu menggelegar.

"Lapor polisi," ujar membuat Pandu terkekeh sinis di sebrang sana.

"Walaupun, bukan tangan gue sendiri si yang buat Aleta celaka, tapi, gue udah naruh bom di kapal Samudra, kapal yang Alana naikin," balas Pandu licik, lalu sambungannya tiba-tiba terputus membuat Ginjar menelepon nomer itu beberapa kali, tapi nomer tersebut tiba-tiba saja sudah tidak aktif.

"Ini Abian ke mana sih? Ginjar juga masih belum pulih. Dan sekarang Alan dan Luna? Argh!"

***

"Lo pikir gue cuma dokter biasa, yang gak bisa ngurusin perusahaan?" gumam Nando

Rando dan Nando mempunyai perusahaan yang cukup besar lalu disatukan dengan perusahaan Almarhum Aryana Raskal-ayah kandung Aleta. Membuat perusahaan yang ia pegang bertambah besar, ia mengurusi sendiri karena Rando dipenjara.

"Saya perlu bertemu dengan Pak Sam Arasya Cecilia."

"Maaf Pak, Tuan Sam kebetulan sedang kedatangan tamu juga. Anda bisa menunggunya di depan ruangan Tuan Sam sambil duduk, saya ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal." Jo meninggalkan Nando begitu saja sedangkan Nando yang ingin duduk kembali berdiri mendekati pintu ruangan Sam.

"Sebentar Pak, ada telepon." Sam menjauh untuk mengangkat telepon. Sementara Nando juga menjauh ketika menyadari bahwa sekretaris Sam memasuki ruangan Sam lalu mendekati pintu ruangan Sam lagi.

Kemudian Sam duduk kembali dengan wajah cukup panik, pintu ruangannya di gedor-gedor. "Masuk,"

Sekertaris perusahaan masuk tentunya membawa data di dalam isi map. "Pak, mohon maaf menganggu waktunya. Saya ingin menyampaikan sesuatu yang cukup penting,"

"Silahkan,"

"Lima orang sudah melakukan korupsi lagi dengan nominal yang besar, tiga orang Manager dan dua orang Karyawan biasa."

"Berapa nominalnya?" Sam terkejut namun ia harus tetap tenang.

"20 Miliyar, belum lagi karyawan-karyawan lain protes karena selalu lembur dan tidak pernah dapat upah lembur. Serta uang gajian mereka hanya setengah,"

"Bagaimana bisa?! Saya sudah memberinya gaji pas dan upah lembur, ke mana uang itu?!"

"Di bawa oleh 5 orang tadi, Pak. Perusahaan ini diambang kehancuran, ditambah banyak perusahaan-perusahaan yang cukup besar membatalkan kerja sama dengan perusahaan kita."

Nando terkekeh, ingin mentertawai nasib Sam saat ini juga.

"Pak, bapak tidak akan membatalkan-"

"Maaf, Pak. Saya ke sini justru mau menagih hutang perusahaan anda dengan bunga yang anda tawarkan sebelumnya." Pria itu menyela.

"Atau jika tidak bisa membayar, perusahaan ini jadi milik saya seutuhnya." tambahnya lagi membuat Sam melotot kaget.

"Suaranya kayak gak asing? Padahal gue belum mutusin kerja sama perusahaannya Sam tapi udah hancur aja nih." Nando terheran seraya mengingat seseorang yang memiliki suara ini.

***

"Rencana gue berhasil kan?"

"Berhasil, Bi! Gak nyangka sih gue. Tapi tetep gue ngerasa masih gak aman, gue takut ada bukti kalau gue sama Orion yang udah naro bom," Pandu menjawab.

"Aman sih menurut gue secara yang di kapal sedikit, gak bakal mungkin ada yang ngerekam sih. Tapi kapal Samudra bukan kapal biasa, pasti ada kamera kecil yang terpasang."

Pandu terdiam. "Gue gak mikir sampe ke sana lagi anjing!"

"Tapi pasti juga rekamannya bakal hancur, videonya gak bakal sejernih itu ditambah lagi pas kapal tenggelem pasti banyak air masuk." Itu jawaban dari Abian.

"Gila banget si Abian sok banget jadi pahlawan padahal ini semua rencana dia." Mendengar sahutan dari Orion membuat mereka menyemburkan tawa seolah mentertawakan Abian.

Feri mendengar semua karena memang mereka berkumpul di rumah Feri karena rumahnya sepi orang tuanya belum pulang serta kedua saudara kandungnya pergi ke rumah temannya. Tangannya mengotak ngatik ponsel untuk menyimpan rekaman yang sudah terekam. Kemudian menaruh 2 alat perekam suara ukuran kecil tersembunyi karena perhatian mereka merujuk ke Thania.

"Than, Bian, gue pergi dulu bentar. Titip rumah ya!"

Mendengar itu Thania mau pun Abian tegang karena tidak mengetahui keberadaan Feri yang berada di ruang tamu dua berada di belakang rumah.

Feri menuju ke rumah sakit Alana dan Aluna sebagai korban atas tenggelamnya kapal Samudra agar mengetahui siapa nahkoda kapal Samudra untuk mencari tau bukti-bukti.

"Sel, gimana?"

"Kacau Than, Daru ngorbanin dirinya."

"Anjir?!" Thania shock.

"Tapi pertunangan mereka selesai-"

"Tapi mereka tetep aja udah tunangan, dan Daru malah yang celaka!" potong Thania kesal.

"Lo gimana sih? Bisa ceroboh gitu!" Abian menyahut.

"Gue minta maaf gue juga gak bakal ngira kalau Daru yang celaka, dan gelang lo ditemuin Nakula, abangnya Daru.." cicit Sela.

"Sialan lo? Lo mau buat semuanya kacau?! Durga adek lo pasti kecewa punya kakak ceroboh kayak lo!" sembur Thania.

"Udah Than, masih ada kesempatan lain. Jangan terus-terusan buat adek gue terpojok." Orion membela.

"Durga dan Sela adek gue," tambahnya.

"Tapi bukannya lo ngasih gelang yang inisial S?" Pandu yang daritadi diam bertanya juga.

"Iya, maksud lo apa sih Than?! Mereka langsung ngira gue atau Sesil pelakunya!" ketus Sela.

"Setelah lo ngilangin jam Ayah lo terus sekarang ngilangin gelang juga, Than?" garang Abian.

"Ck, gue emang sengaja kalau gelang itu beda lagi sama jam! Udah lah tenang aja, kalau Sela terus terusan dituduh kita balik aja nyalahin Sesil," kompor Thania.

"Jangan, biarin Arya ngejalanin tugasnya dulu buat mereka percaya sama Arya dengan terus bela Sesil." Itu suara Pandu.

"Gue yakin Alvarez bakal setuju sama gue, secara Arya itu orang kepercayaan Alvarez di Black Eagle. Jangan buat Alvarez kecewa."

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 228 11
menceritakan tentang 5 anak bersaudara yg di tinggal oleh orang tua nya ke alam lain😎 orang tua mereka meninggal karena kecelakaan pesawat saat perj...
213K 17.4K 91
"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipu...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.4M 303K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...