Eps.27 - Bertengkar di Toilet

Começar do início
                                    

Aku menggeleng, tak habis pikir. "Minta maaf? Atas dasar apa?"

"Ya karena lo udah mempermalukan gue." Cherry berkata di dalam tangisannya.

Aku tak peduli lagi, siap melangkah hendak menyudahi semua ini. Namun, gerakanku terhenti lantaran tiba-tiba datanglah tiga pengawal setia Cherry.

"Ayya, lo apain Cherry? Kok dia sampai nangis?" ujar Sefrila dengan curiga.

Aku bisa melihat ekspresi Sefrila, Mikhaila dan Dinar yang seolah-olah baru saja mendapati diriku yang telah menindas Cherry.

Sementara cewek yang disinggung tampak masih menangis tersedu-sedu.

"Tanya aja sama temen lo itu!" tukasku sebal, lalu tak berpikir apa-apa lagi segera berbalik arah.

"Ayya, lo jadi cewek nggak tahu diri banget ya!"

Perkataan dari Mikhaila menghentikan langkahku. Lalu aku menoleh ke arah mereka. "Terserah kalian mau ngomong apa."

"Lo belagu banget sih." Dinar berjalan mendekat ke arahku.

Aku mengembuskan napas. "Terus ... mau kalian apa?"

"Mau kita? Lo minta maaf sama Cherry ...," ujar Mikhaila yang kini sedang merangkul bahu Cherry.

"... dengan cara sujud di bawah kakinya Cherry," tambah Sefrila yang juga sedang merangkul bahu Cherry di sisi satunya.

Mulutku terbuka demi mendengar kata-kata yang sebelumnya pernah mereka ucapkan tempo hari. Jadi mereka sungguhan mau mengerjaiku lagi. Ya Tuhan, kenapa hidupku harus berurusan sama cewek-cewek ini? Cepat-cepat aku menggeleng, tak setuju. "Oke, gue bisa aja minta maaf sama Cherry meski gue nggak tahu letak salah gue di mana. Tapi ... sujud di bawah kakinya? Jangan berharap."

Tentu saja aku tak sudi berlutut di bawah kaki Cherry bak seorang budak yang telah melakukan kesalahan besar. Enak saja, hal konyol itu takkan pernah aku lakukan seumur hidupku. Melakukan kesalahan dengan orang tua saja aku tak sampai sujud-sujud di bawah kakinya untuk meminta maaf.

Bel berdentang membuatku sedikit bernapas lega. Berusaha tak menghiraukan reaksi mereka yang terkejut berat, aku segera jalan dengan langkah lebar menuju ke dalam kelas.

***

Baru saja aku masuk kelas yang cukup riuh, tiba-tiba Syamsir sang ketua kelas mengetuk-ngetuk papan tulis untuk meredakan suasana. Sontak, kami semua menoleh ke arahnya termasuk aku yang baru saja duduk di sebelah Decha.

"Kok lo datang telat banget, Ay?" tanya Decha. Biar kutebak, pasti dia sudah mengirimiku pesan di WhatsApp.

Aku tak perlu menjawab lantaran suara Syamsir segera menguasai keadaan kelas.

"Jadi teman-teman, ada pengumuman sebentar, bahwa hari ini nggak ada upacara bendera dikarenakan bapak ibu guru sedang rapat. Sekian dan terima kasih."

Sebagian dari kami menyambut senang pengumuman tersebut. Sementara aku mengembuskan napas lega, sebab rasanya tidak mood sekali berdiri di bawah terik matahari pagi di saat perasaan kacau seperti ini.

"Ya elah, gue udah datang pagi juga," kata Heksa tak terima.

"Ya udah gih lo upacara aja sendiri," sahut Decha, menoleh ke belakang.

Heksa tak menggubris omongan Decha, langsung kembali sibuk dengan sobat-sobatnya yang siap keluar kelas sembari mengeluarkan kemeja dari celana.

Aku bergidik geli saat melihat Arraja melakukan itu, nyaris saja aku melihat pakaian dalam raja jahil titisan neraka tersebut. Buru-buru aku menggeleng untuk menepis pikiran aneh itu.

Be My Miracle Love [End] ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora