Eps.35 - Good Bye

822 126 282
                                    

Aroma nasi goreng capcay yang sangat menggiurkan dari meja makan membuatku cepat-cepat turun ke lantai bawah seusai beberes dandan memakai seragam sekolah.

Masih seperti hari kemarin, aku mengucir rambutku menjadi satu bagian agar terkesan tak berantakan.

Sembari bersenandung pelan, aku membawa piring bekas sarapan nasi goreng buatan Mama yang sudah tandas ke bak pencucian. Rasanya dari kemarin selera makanku semakin naik pesat, dan hal itu bisa saja membuat berat badanku jadi bertambah. Triple O em ji, aku tidak mau terlihat gendut seperti Dinar yang songong itu. Oke, mulai sekarang, aku harus kembali menjaga pola makanku seperti biasa saja.

Tampaknya Orion belum datang untuk menjemputku pagi ini. Padahal aku sudah selesai mengenakan sepatu dan bersiap untuk berangkat.

Aku menghela napas, beranjak dari satu set sofa yang tersedia di kamar lalu berjalan menuju meja belajar. Tanganku segera mengambil sebuah makalah yang ditugaskan oleh Pak Arnold satu minggu yang lalu. Tidak kusangka, satu minggu ini terasa begitu lama dengan kejadian banyak drama yang kualami satu demi satu dalam setiap episode hidup yang kujalani. Dan hari ini tepat pula aku harus menyerahkan makalahku kepada guru kece tersebut untuk menutupi segala kekurangan nilai-nilaiku di mata pelajaran olahraga, persis seperti anjuran guru muda tersebut.

Bibirku melengkung tipis membayangkan hal manis yang sudah aku alami akhir-akhir ini. Tanpa sadar, aku memeluk makalah di tanganku ini dengan erat, lalu menciumnya dengan penuh perasaan.

"Ayya!"

Pintu kamar segera terbuka lebar, berhasil membuatku berjengit kaget. Aku merengut sebal mendapati Mama yang membuka pintu dengan penampilannya yang mengenakan sebuah celemek.

"Mama bikin kaget aja ih!"

"Kamu lagi ngapain sih? Itu di bawah sudah ada Orion."

"Triple O em ji, seriusan, Mah?" tanyaku tak percaya, seraya memasukkan makalah bersampul plastik mika merah itu ke dalam tas sekolah.

"Memangnya kamu pikir Mama tahu nama Orion dari siapa?" Mama bersedekap dada. "Kan dia sendiri yang ngenalin diri ke Mama."

Aku tercekat, lalu buru-buru menggendong tas dan siap turun ke bawah. Tak memedulikan raut muka Mama yang kepo. Tunggu, apakah Mama sudah tahu aku dan Orion pacaran?

"Kenapa?" tanya Mama begitu melihatku yang berhenti di undakan tangga.

"Ma, aku sama Orion cuma...." Aku menggigit bibir, rasanya belum siap untuk mengakui semua ini.

"Cuma teman kan? Mama tahu kok. Orion tadi juga sudah bilang," sahut Mama seolah sudah mengetahui isi pikiranku.

"Iya, Mah, dia baik banget sama aku, Mah."

"Mama harap juga begitu. Baru kali ini loh anak Mama yang ini punya temen cowok. Mana tampang dia lumayan," kata Mama sambil menuruni tangga, mendahuluiku. Kata-katanya barusan berhasil membuatku sedikit tercengang. Apa aku terus terang saja sama Mama bahwa Orion adalah pacarku? Dengan demikian mungkin saja Mama setuju dan akan merestui hubungan ini, kan? Ah sudahlah lupakan dulu itu, sekarang waktunya untuk berangkat sekolah.

"Orion, kok lo nggak WA gue dulu sih?" tanyaku begitu menginjakkan kaki di teras depan.

Orion bangkit berdiri, lalu tersenyum lebar mendapatiku. "Nggak perlu WA lagi lah, sekarang menjemput lo sudah jadi kewajiban gue."

Sementara Orion tersenyum lebar di wajahnya, justru aku memegangi dada untuk sebuah usaha menormalkan degup jantungku yang menggila.

"Ciee pipinya merah." Orion kini tertawa lebar.

Be My Miracle Love [End] ✔Where stories live. Discover now