Eps.32 - Be Mine

862 130 227
                                    

Di atas panggung masih tampak meriah dengan penampilan Arraja yang kini membawakan lagu lain bergenre ska. Sontak, semua penonton segera menikmati musik dengan mengentak-entakkan kaki dan saling berangkulan dengan kompak. Bahkan, aku bisa melihat Decha, Vinny dan Erin melakukan hal yang sama dengan Heksa, Darwin dan teman-teman Arraja lainnya. Ketiga sobatku itu benar-benar sudah melupakan shoping yang direncanakan siang tadi.

Aku mengembuskan napas gusar, lalu pura-pura menguap lebar menyaksikan semua itu. Tak bisa dipungkiri sebenarnya itu asik banget, belum lagi tak lama kemudian Cherry, Mikhaila, Sefrila, dan Dinar bergabung bersama mereka dan lebih merapat ke dekat panggung, menyeruak penonton yang lain. Ya Tuhan, kenapa mendadak aku merasa terasingkan?

Tanganku membekap mulut saat melihat aksi Arraja yang turun dari panggung, kemudian cowok itu menghampiri Cherry dan menggandeng lengannya untuk dibawa ke atas panggung. Cherry tersenyum dengan sangat manis saat Arraja bernyanyi dan satu tangannya memberikan sekuntum bunga untuk cewek berbando kelinci itu. Triple O em ji, kenapa terlihat romantis sekali?

"Lo udah ngantuk, Ay?" tanya Orion di sampingku. Aku tersadar dan buru-buru mengulum senyum lebar. Aku ini berpikir apa sih? Jelas-jelas ada yang lebih romantis dan asik dari semua yang mereka lakukan yaitu ada Orion di sisiku.

Aku mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Kalau gitu, kita bisa langsung pulang sekarang."

"Tapi, Yon, gue harus ke rumah Erin dulu. Seragam sekolah dan tas gue ada di rumah dia. Jadi ya gue harus nungguin Erin dulu."

Orion mengangguk pelan. "Oke, no problem. Gue tungguin lo kok."

Aku menoleh dengan senang. "Beneran?"

"Iya dong ... masa bohongan. Lagian ini udah malam, ntar lo balik dari rumah Erin sama siapa?"

"Jadi intinya lo mau nganterin gue, kan?"

Orion mengedip singkat sebelum menjawab, "Pasti."

"Eh, Yon, tapi gimana sama Decha dan Vinny? Mereka-"

"Gampang. Decha sama Vinny bisa pulang bareng Yudis dan Agil kayak waktu itu. Beres, kan?" Orion memotong ucapanku, segera memberi saran.

Akhirnya sekitar 5 menit lagu yang dinyanyikan Arraja baru selesai. Entah cowok itu akan bernyanyi lagi atau tidak, aku tidak peduli. Sekarang aku ingin pulang saja, menenangkan pikiran yang sebenarnya dari tadi menggelayut di kepala. Tentang....

"Ay, kok lo nggak ikut seru-seruan sama kita sih? Kapan lagi coba kita kayak gini?" Erin seketika datang menghampiriku, tentu saja bersama Decha dan Vinny juga. Napas mereka tampak memburu, namun mereka berusaha mengontrolnya.

"Iya, Ay. Lo kenapa nggak ikut?" tanya Vinny sembari mengucir rambutnya.

Sebelum aku menjawab, Decha ikutan bersuara. "Gue jadi kepikiran kalau kita perpisahan nanti, kita bisa bikin mini party dan Arraja bisa jadi salah satu pengisi acara hiburannya."

Aku memutar bola mata, merengut sebal dengan teman-temanku yang mulai terkena virus Arraja. What the hell? Kenapa jadi seperti ini sih? Kenapa pula ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.

"Udah ah. Sekarang mau ngapain? Kalau udah nggak ada keperluan shoping, kita pulang aja yuk. Gue ngantuk berat nih." Aku memeluk diri untuk menghilangkan rasa dingin yang mendera. Merasa menyesal hanya memakai t-shirt lengan panjang tanpa dilapisi jaket.

Teman-temanku itu mengecek jam di pergelangan tangan dan di ponsel. Pukul 10 lebih sedikit.

Erin mengembuskan napas. "Ya udah deh, gue ngabarin Pak Agus dulu ya."

Be My Miracle Love [End] ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum