Eps.36 - Romeo Juliet

803 119 253
                                    

And I said,

"Romeo take me somewhere we can be alone.
I'll be waiting, all there's left to do is run.
You'll be the prince and I'll be the princess.
It's a love story, baby, just say yes."

Alunan lagu dari Taylor Swift berjudul Love Story terputar dari ponsel yang kudengarkan melalui sambungan earphone. Sembari menyenandungkan lagu berlirik romantis tersebut dengan pelan, aku duduk di bangku taman dekat parkiran untuk menunggu Orion.

Siang ini rupanya Miko memintaku untuk menemuinya karena ada suatu hal yang akan dia sampaikan kepadaku, dengan begitu aku terpaksa tak bisa pulang berdua bareng Orion.

Angin lembut berembus, memanjakan wajah yang terasa gerah. Aku sedang menghayati lagu tersebut dengan memejamkan kedua mata ketika dari arah belakang bahuku ditepuk oleh seseorang.

"Juliet."

Aku membuka mata dan menoleh ke belakang, mendapati Orion dengan senyuman khasnya. Kekasihku itu melangkah dengan tangan kanan yang tersembunyi di balik punggung. Keningku mengernyit bingung tatkala Orion duduk berlutut di hadapanku, lalu seketika dia mengangsurkan sebuket bunga yang semerbak wanginya begitu menguar di sekitar. Aku tersenyum canggung dan juga deg-degan kembali menyerang perasaanku.

"Romeo?"

Orion masih mengulas senyum rekah, lalu ia membuka suara. "Juliet, kita bisa hidup berdua hingga hari tua, mengarungi waktu penuh bahagia, berjalan saling menggenggam bila badai menerpa, bersatu dalam ikatan cinta yang abadi. Maka dari itu, will you marry me?"

Demi Romeo dan Juliet yang kisahnya abadi, akankah kisah mereka bisa menurun kepadaku? Untuk beberapa detik yang berjalan pelan, aku tak bisa bereaksi sedikit pun. Triple O em ji, Orion melamarku secepat ini?

Aku mengangguk perlahan, tak kuasa berpikir panjang. "Juliet mau, Romeo. Juliet mau menikah denganmu, Juliet mau mengarungi hari berdua hingga tua bersamamu." Dengan senang hati, aku menerima buket bunga yang sangat indah itu lalu mendekapnya dalam pelukan, mendekap erat penuh rasa cinta. Aku bisa melihat mata Orion berbinar-binar sebelum akhirnya perlahan ia mendekat ke arahku, hendak melayangkan sebuah kecupan manis di keningku. Oh Tuhan, benarkah ini? Sepertinya aku akan mati sekarang lantaran jantungku nyaris melorot ke perut. Aku akan mati di hadapan Romeoku.

Aku memejamkan mata rapat-rapat saat bibir Orion tinggal beberapa sentimeter dari keningku. Namun selang beberapa saat, tidak terjadi sesuatu seperti yang kubayangkan tersebut. Lagu terus berputar dan aku masih menunggu kecupan dari sudut bibir Orion alias Romeoku. Sepersekian detik, aku tercekat saat sebuah suara mengejutkanku, membuyarkan sebuah imajinasi yang baru saja terputar di otakku.

"Ayya...."

Triple O em ji, aku membuka mata pelan, mendapati tangan Orion yang sedang menepuk bahuku. Di sampingnya, Yudis menatapku dengan kening berkerut.

"Eh Romeo." Aku melepas kedua earphone dan cepat-cepat membenahi kuciran rambutku, takut berantakan atau menjadi awut-awutan. Kan tidak lucu seandainya bad looking di hadapan pacar yang sedang ada teman.

"Ro-Romeo? Siapa dia?" tanya Orion bingung. Kepalanya celingukan ke sekitar.

"Eh maksud gue Orion... nama lo kalau dipikir-pikir nggak beda jauh sama Romeo." Aku tersenyum kikuk, berusaha rileks.

Be My Miracle Love [End] ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن